4 Etika Berteman dalam Islam Menurut Imam Al Ghazali

Empat Etika Berteman

Pecihitam.org – Apakah pernah terbesit di pikiran Anda, bisakah manusia hidup sendirian? Jawabannya tentu tidak bisa. Mengapa? Sebab, manusia tidak dapat hidup sendirian. Dalam kehidupan pertemanan pun demikian, makanya perlu ada etika berteman dan etika dalam berinteraksi sosial yang perlu diperhatikan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Manusia selalu butuh orang lain untuk tetap bertahan hidup dan mengembangkan kehidupannya. Dalam filsafat Yunani kuno, Aristoteles menyebut manusia sebagai zoon politicon, yaitu makhluk sosial. Makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesama dan lingkungannya. Sehingga ada hubungan timbal balik yang harmonis baik antar sesama manusia, ataupun manusia dengan lingkungannya.

Mengapa makhluk sosial? Sebab, tanpa ditemani dan berinteraksi dengan orang lain, sangat mustahil manusia betah hidup di dunia. Oleh sebab itulah, Allah SWT  menciptakan Nabi Adam beserta Ibu Hawa sebagai contoh paling awal bahwa manusia hidup butuh seseorang yang lain untuk menunjang kehidupannya.

Maka dari itu, manusia butuh pertemanan atau persahabatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Imam al-Ghazali mengibaratkan pertemanan ibarat akad nikah. Konsekuensinya adalah seseorang diharuskan untuk memenuhi hak-hak pasangannya.

Baca Juga:  Cara Agar Cepat Hamil dalam Islam, Begini Penjelasannya

Dalam hal ini sangat mungkin tercipta simbiosis mutualisme yang baik, sehingga pertemanan bukan hanya sekedar ikatan dua orang manusia, melainkan ada dampak nyata yang bisa dirasakan bersama, Al-Ghazali menyatakan:

اعلم أن عقد الأخوة رابطة بين الشخصين كعقد النكاح بين الزوجين وكما يقتضي النكاح حقوقا يجب الوفاء بها قيام بحق النكاح كما سبق ذكره في كتاب النكاح فكذا عقد الأخوة فلأخيك عليك حق في المال والنفس وفي اللسان والقلب بالعفو والدعاء وبالإخلاص والوفاء وبالتخفيف وترك التكلف

“Jalinan tali persahabatan antara dua orang seperti halnya akad nikah suami-istri. Dalam pernikahan terdapat hak yang harus dipenuhi sebagaimana disebutkan sebelumnya pada pembahasan nikah. Demikian pula dalam persahabatan ada kewajibanmu untuk memenuhi hak saudaramu, baik yang berkaitan dengan harta, jiwa, tutur kata, dan hati: dengan memberikan maaf, keikhlasan, pemenuhan janji, dan meringankan beban.”

Dari penjelasan diatas hal pokok yang harus digaris bawahi adalah tentang hubungan pertemanan yang sehat, bukan yang biasa-biasa aja dalam hal ini, seorang teman tidak bisa mengajakmu untuk lebih berkembang, apalagi malah sampai merugikan.

Baca Juga:  Dialektika Aswaja dan Salafi Wahabi dalam Pengambilan Hukum

Maka dari itu ada etika berteman dan hak yang harus kita jaga dalam persahabatan. Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin menjelaskan banyak hal terkait hal ini.

Ada empat etika berteman yang harus diperhatikan dalam menjaga hubungan persahabatan. Keempat hal tersebut yakni:

Pertama, seseorang seyogianya memberikan sebagian hartanya kepada temannya.

Imam al-Ghazali membagi persahabatan dalam tiga tingkatan: tingakatan paling rendah adalah orang yang memposisikan sahabatnya seperti seorang pembantu.

Tingkatan menengah adalah orang yang memperlakukan sahabatnya seperti dia memperlakukan dirinya sendiri, tidak membedakan sahabat dengan dirinya sendiri. sementara tingkatan paling tinggi adalah orang yang memosisikan sahabatnya di atas dirinya sendiri. Dia rela mengorbankan hartanya untuk sahabatnya. Dan sudah seyogianya kita semua mengejar tingkatan tertinggi dalam memperlakukan sahabat kita.

Kedua, membantu sahabat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sebelum dia meminta bantuan.

Baca Juga:  Hidup Bermewah-mewahan dalam Islam, Telaah Atas Kisah Kaum Add dalam al-Quran

Seseorang harus mengetahui bagaimana kondisi temannya, terutama kondisi ekonomi keluarga  atau dirinya sendiri. Supaya bila terdapat kesusahan kita dapat membantu mereka tanpa harus diminta terlebih dahulu. Hal ini bisa kita bangun melalui komunikasi yang baik dan continue

Ketiga, tidak melakukan sesuatu yang dibencinya.

Tidak semua orang suka dengan perilaku dan karakter kita. Alangkah baiknya pada saat bertemu teman, kita tidak melakukan hal-hal yang tidak disukai teman.

Keempat, bertutur kata sopan dan memujinya.

Tidak ada manusia di dunia ini yang tidak suka pujian. Karenanya untuk memperkuat persahabatan, sering-seringlah memujinya.

Empat hal tersebut hanya sebagian dari etika berteman dan persahabatan yang disebutkan Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin. Mari mengamalkankannya pada saat bergaul dengan sesama. Insya Allah berkah akan menyelimuti kehidupan kita semua.

Habib Mucharror

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *