4 Imam Mazhab Saja Mencintai Tasawuf, Mengapa Anda Bilang Tasawuf Itu Sesat?

tasawuf menurut 4 imam madzhab

Pecihitam.org – Berbicara tentang tasawuf, kita akan dihadapkan dengan banyaknya definisi dan makna terutama dari para tokoh sufi terdahulu. Masing-masing mendefinisikan tasawuf dengan definisi yang berbeda, namun muaranya tetap sama yaitu bagaimana membersihkan hati, menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhohir dan batin sehingga tercipta akhlak mulia dalam diri manusia.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Namun sayangnya tidak jarang tasawuf juga dianggap bidah dan sesat oleh sebagian kelompok, ya sebut saja Salafi-Wahabi dan kawan-kawannya-lah. Alasan mereka tidak lain bahwa tasawuf itu tidak ada contohnya dari nabi, sahabat, salafusshalih maupun imam Madzhab. Baca Tasawuf bukan bid’ah.

Padahal, empat imam madzhab besar semua adalah ulama-ulama yang mencintai tasawuf, memahami apa itu ilmu tasawuf, apa itu sufi dan seperti apakah ajaran tarekat yang sebenarnya yang saat ini di anggap sesat oleh orang-orang yang tak mau berusaha untuk belajar dan memahami barang sedikit tentang tasawuf. Berikut pernyataan para imam madzhab.

1. Imam Abu Hanifah.

Abu Hanifah adalah imam besar mazhab Hanafiyang ternyata ternyata juga seorang Mursyid Thariqah Sufi. Diriwayatkan oleh seorang Faqih Hanafi al-Hashkafi, menegaskan, bahwa Abu Ali ad-Daqqaq, berkata:

“Aku mengambil Thariqah sufi ini dari Abul Qasim an-Nashr Abadzy, dan Abul Qasim mengambil dari Asy-Syibly, dan Asy-Syibly mengambil dari Sary as-Saqathy, beliau mengambil dari Ma’ruf al- Karkhy, dan beliau mengam- bil dari Dawud at-Tha’y, dan Dawud mengambil dari Abu Hanifah”.

Sebagai fuqaha ulung, Abu Hanifah ternyata tetap memadukan antara syariat dan hakikat. Itu sebabnya Abu Hanifah terkenal zuhud, wara’ dan ahli dzikir yang begitu dalam, ahli kasyf, dan sangat dekat dengan Allah berkah Tasawuf yang diamalkannya.

Baca Juga:  Jika Cukup Quran dan Hadis Saja, Mengapa Allah Turunkan Nabi untuk Menjelaskannya?

Imam Abu Hanifah atau dikenal juga dengan nama Nu’man bin Tsabit adalah murid dari Ahli Silsilah Thariqat Naqsyabandiyah, Imam Jafar as Shadiq ra. …

Abu Hanifah berkata: “Jika tidak karena dua tahun, Nu’man telah celaka. Karena 2 tahun saya bersama Imam Jafar as Shadiq, maka saya mendapatkan ilmu spiritual yang membuat saya lebih mengetahui jalan yang benar. (Jalaluddin as Suyuthi dalam kitab Durr al Mantsur)

2. Imam Malik bin Annas.

Malik bin Anas pendiri mazhab Maliki juga merupakan murid dari Imam Jafar as Shadiq ra. Perkataan Imam Malik tentang tasawuf yang sangat masyhur hingga saat ini, yaitu, “Siapa yang bersyariat atau berfiqih tanpa bertasawuf, benar-benar menjadi fasiq. Dan siapa yang bertasawuf tanpa bersyariat (berfiqih) benar-benar zindiq. Siapa yang mengintegrasikan Fiqih dan Tasawuf benar-benar menapaki hakikat kebenaran. (Ali al-Adawi dalam kitab Ulama fiqih, vol. 2, hal. 195 yang meriwayatkan dari Imam Abul Hasan).

3. Imam Syafi’i.

Imam Syafi’i berkata: “Aku diberi rasa cinta melebihi dunia kalian semua: Meninggalkan hal-hal yang memaksa, bergaul dengan sesama penuh dengan kelembutan, dan mengikuti thariqat ahli tasawuf dengan menerima 3 ilmu: Mereka mengajariku bagaimana berbicara. Mereka mengajariku bagaimana memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan kelembutan hati. Mereka membimbingku ke dalam jalan tasawuf
(Riwayat dari kitab Kasyf al-Khafa dan Muzid al Albas, Imam ‘Ajluni, vol. 1, hal. 341)

Baca Juga:  Perbedaan Makna "Menyendiri" dalam Istilah Khalwat dan Uzlah, dan Praktiknya dalam Tradisi NU

4. Imam Ahmad bin Hambal

Sebelum mengenal Tasawuf, Imam Ahmad bin Hambal pernah menegaskan kepada putranya, Abdullah ra. “Hai anakku, hendaknya engkau berpijak pada hadits. Kamu harus hati-hati bersama orang-orang yang menamakan dirinya kaum Sufi. Karena kadang diantara mereka sangat bodoh dengan agama.”

Namun setelah beliau berguru kepada Abu Hamzah al-Baghdady as-Shufy, dan mengenal perilaku kaum Sufi, tiba-tiba ia berkata pada putranya “Hai anakku hendaknya engkau bermajlis dengan para Sufi, karena mereka adalah mata air ilmu dan mereka selalu mengingat Allah dalam hati mereka., melalui ilmu yang banyak, muroqobah, rasa takut kepada Allah, zuhud dan himmah yang luhur (Allah). Mereka adalah orang-orang zuhud yang memiliki kekuatan spiritual yang tertinggi. Aku tidak melihat orang yang lebih baik dari mereka”

Beliau mengatakan, “Aku tidak pernah melihat suatu kaum yang lebih utama ketimbang kaum Sufi.” Lalu Imam Ahmad ditanya, “Bukanlah mereka sering menikmati sama’ dan ekstase ?” Imam Ahmad menjawab, “Dakwah mereka adalah bergembira bersama Allah dalam setiap saat…”
(Ghiza al Albab, vol. 1, hal. 120 ; Tanwir al Qulub, hal. 405, Syaikh Amin al Kurdi)

Baca Juga:  Gagasan tentang Pluralisme Menurut Para Sufi, Filsuf dan Faqih

5. Imam Ibnu Taimiyyah.

Yang kelima bonus. Siapa yang tak kenal dengan Ibnu Taimiyah, ulama panutan kaum Wahabi dan penentang tasawuf, akhirnya mengakui tasawuf adalah jalan kebenaran, sehingga menjadi pengikut thariqah Qadiriyyah.

“Kalian harus mengetahui bahwa para syaikh yang terbimbing harus diambil dan diikuti sebagai petunjuk dan teladan dalam agama, karena mereka mengikuti jejak Para Nabi dan Rasul. Thariqah para syaikh itu adalah untuk menyeru manusia kepada Hadhirat Allah dan ketaatan kepada Nabi.” (Majmu al Fatawa Ibn Taimiyyah, terbitan Dar ar Rahmat, Kairo, Vol. 11, hal. 497, dalam bab. Tasawuf )

Dengan demikian, jika empat imam madzhab saja mencintai tasawuf mengapa kalian menganggapnya bid’ah? Dan jika Ibnu Taimiyah saja mengakui dan mengikuti tasawuf mengapa kalian masih menganggap kaum sufi itu sesat?

Wallahua’lam bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik