Abbas Bin Abdul Muthallib, Sahabat yang Berperan Besar dalam Perjuangan Islam

Abbas Bin Abdul Muthallib, Sahabat yang Berperan Besar dalam Perjuangan Islam

PeciHitam.org Nama beken disekitaran Nabi Muhammad SAW tidak jauh-jauh dari tokoh Abu Jahal, Abu Lahab, Abu Thalib dan Abdul Muthallib. Dua nama tokoh awal adalah penentang utama dakwah Nabi SAW, dan yang kedua terakhir adalah pembela, walaupun sama-sama tercatat sejarah tidak pernah melafadzkan kalimah tauhid secara langsung.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Empat nama di atas adalah berasal golongan kelaurga Nabi SAW kecuali Abu Jahal. Selain keempat nama beken di atas, ada seorang paman Nabi SAW yang lahirnya berdekatan dengan kelahiran Muhammad SAW yaitu Abbas bin Abdul Muthallib.

Beliau adalah saudara termuda ayahanda Rasulullah SAW, Abdullah bin Abdul Muthallib. Beliau menjadi pembela Nabi SAW ‘garis keras’ karena kecintaannya kepada Muhammad dan Islam. Pun Nabi SAW sangat menghormati dan mencintai Abbas bin Abdul Muthallib sebagai seorang paman dan Sahabat Nabi SAW.

Daftar Pembahasan:

Siapa Abbas Bin Abdul Muthallib?

Abbas bin Abdul Muthallib adalah Sahabat senior yang banyak membantu perjuangan Islam sejak era dakwah Makkah dan Madinah. Umur Abbas bin Abdul Muthallib diberkahi panjang dengan banyak peran penting untuk perjuangan Islam bahkan sepeninggal Nabi Muhammad SAW.

Abbas bin Abdul Muthallib dilahirkan pada tahun sekitar 3 tahun sebelum peristiwa penyerangan Makkah oleh Pasukan Gajah Raja Abrahah. Merujuk pada literasi sejarah, Abbas bin Abdul Muthallib dilahirkan pada tahun 566 Masehi. Ibundanya adalah Natilah binti Khabbab bin Kulaib, yang pernah bernadzar menyelimuti Kakbah dengan Kain Sutra.

Nadzar tersebut terucap tatkala Abbas kecil hilang, jika ditemukan maka ia akan menyelimuti Kakbah dengan kain terbaik dari Sutra. Ketika Abbas ditemukan, maka dengan segera Ummu Abbas menepati Nadzarnya tersebut.

Abbas adalah paman termuda Nabi SAW, yang mana ia saudara bungsu dari Abdullah bin Abdul Muthallib, ayah Muhammad SAW. Diukur dari segi umur, Abbas dan Muhammad hanya terpaut umur sekitar 3-4 tahunan.

Namun tidak menghalangi Muhammad SAW menghormati Abbas sebagai paman beliau. Pun Abbas sendiri menyayangi dan menghormati Muhammad SAW sebagai Nabi-Rasul serta sebagai keponakan.

Abbas RA memiliki istri yang bernama Lubabah binti Harits, yang juga salah seorang Sahabat Khadijah al-Kubra binti Khuwailid RA. Istri Abbas banyak dituliskan sebagai wanita kedua yang masuk Islam setelah Istri Rasulullah SAW sendiri, Khadijah.

Baca Juga:  Bacalah Pasti Menangis! Kisah Sayyidina Husain Cemburu pada Sayyidina Hasan

Kedekatan personal dengan Nabi dan Khadijah menjadi faktor dzahir yang mendorong Lubabah masuk Islam. Tentunya dengan memahami kebenaran Risalah Muhammad SAW yang dikenal seorang jujur dan tanpa cela.

Abbas bin Abdul Muthallib juga ayah dari Abdullah bin Abbas, salah satu periwayat hadits yang masyhur, serta al-Fadhl, Ubaidillah, Ummu Habibah dan Qutsam. Nama kunyah atau nama panggilan Abbas adalah Abu Fadhl merujuk kepada nama anak sulung beliau.

Abbas bin Abdullah sendiri menjadi pembela Nabi sebelum beliau masuk Islam. Abu Fadhl baru masuk Islam sebelum peristiwa hijrahnya Nabi ke Yatsrib pada tahun 622 M secara diam-diam.

Bisa jadi, cara ini menjadikan Abbas sebagai informan Muhammad SAW dan Islam dalam melihat kekuatan dan keputusan orang Kafir Quraisy terkait Islam.

Buktinya adalah Abbas tidak ikut rombongan Islam Hijrah ke Madinah guna melakukan kegiatan rutin intelejen, mengirimkan informasi pergerakan orang Kafir Quraisy. Hal ini bermanfaat sebagai siasat untuk menghadapi represi dan peperangan di masa depan.

Abbas baru menyusul Nabi Muhammad SAW ke Madinah ketika perang Badar pada tahun 2 H. Dan setelah itu beliau rutin masuk dalam line up perang untuk Islam dan menjadi benteng kokoh mempertahankan panji Islam.

Peran Abbas Bin Abdul Muthallib untuk Islam

Abbas bin Abdul Muthallib, Paman yang berumur tidak jauh dengan Nabi menjadikan mereka berdua sangat akrab. Bahkan Nabi SAW pernah bersabda;

‘Abbas adalah Saudara Kandung Ayahku, Barangsiapa menyakiti Abbas (bin Abdul Muthallib) sama dengan menyakitiu (Muhammad SAW)

Bisa dipahami bahwa kecintaan Muhammad SAW karena pertalian keluarga diantara keduanya, dan didukung perjuangan Abbas dalam membela Islam. Peran Abbas dalam Islam sangat banyak sekiranya penulis rangkum dalam beberapa poin sebagai berikut;

Abbas, Berpidato Ketika Bai’at Aqabah Pertama

Bai’at Aqobah pertama terjadi pada tahun 521 M, setahun sebelum Hijrahnya Nabi ke Madinah. Peristiwa bai’at ini sangat vital dalam Islam, karena memperlihatkan kesetiaan dan kesiapan membela Nabi SAW oleh orang Madinah.

Abbas RA mengatakan kepada 12 perwakilan kaum Aus dan Kahdraj dari Madinah sebuah pidato sebagai berikut;

“Wahai kaum Khadzraj, kalian seperti yang saya ketahui telah mengundang datang Muhammad SAW (ke Yatsrib/ Madinah). Ketahuilah bahwa Muhammad itu orang yang paling mulia di tengah-tengah keluarganya. Ia dibela oleh orang orang yang sepaham dan orang-orang yang tidak sepaham dengan pikirannya demi memelihara nama baik keluarga. Muhammad sudah menolak tawaran orang lain selain kalian.

Kalau kalian memiliki kekuatan, ketabahan, dan pengertian tentang ilmu peperangan, mempunyai kekuatan menghadapi persekutuan dan permusuhan seluruh bangsa Arab, karena mereka akan menyerang kalian dengan satu busur dan satu anak panah, maka camkanlah baik-baik terlebih dahulu, rembukkanlah antara kalian dengan mufakat dan sepakat bulat dalam  majelis ini karena sebaik-baik bicara itu ialah yang jujur.”

Salah satu dari perwakilan suku Aus dan Khadraj meyakinkan Muhammad SAW dan Abbas untuk mempercayai kredibelitas dan kekuatan orang Yatsrib. Dengan faktor inilah Nabi Muhammad SAW membai’at 12 orang tersebut dalam peristiwa yang  terkenal sebagai bai’at Aqobah pertama.

Baca Juga:  Ketika Turunnya Wahyu Terhenti Sementara Waktu

Masuk Golongan Ahlu Badr

Perang Badar berkecamuk di sebuah sebuah tempat yang bernama Badar, yaitu sebuah daerah antara Makkah dan Madinah. Daerah ini lebih dekat dengan wilayah Madinah dibandingkan dengan kota Makkah yang jauh diselatan.

Perang Badar terjadi pada tahun 2 Hijriyah yang mana menjadi perang dengan kemengan besar pertama dalam Islam. Jumlah pasukan antara Islam dan kafir Quraisy sangat tidak seimbang, dengan komposisi pasukan Muslim 313 dan 1000 orang dipihak Kafir Quraisy.

Peralatan perang yang sederhana dipihak Islam serta jatuh pada bulan Ramadhan menambah situasi tidak mendukung bagi Islam.

Namun Allah SWT memberikan kemenangan kepada orang Islam berkat kerja keras, keridhaan berjuang untuk Islam dan pertolongan Allah SWT. Allah SWT mengabadikan Perang Badar dalam ayat;

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (١٢٣

Artinya; “Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, Padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya” (Qs. Ali Imran: 123)

Keutamaan Ahlu Badr termasuk Abbas dijelaskan dalam hadits Nabi SAW dari riwayat Imam Ahmad RA;

لَنْ يَدْخُلَ النَّارَ أَحَدٌ شَهِدَ بَدْرًا

Artinya; “Yang ikut serta dalam Perang Badar tidak akan masuk neraka” (HR. Imam Ahmad)

Jaminan yang dikatakan Nabi SAW tersebut menjadi garansi kepada mereka ahli Badr akan mendapatkan nikmat besar setelah meninggal dunia. Karena memang komposisi pejuang yang berjumlah 313, benar-benar berjuang untuk Islam.

Baca Juga:  Kisah Mbah Moen Jum'atan di Shof Belakang

Keturunan Abbas Bin Abdul Muthallib

Abbas memiliki Istri bernama Lubabah binti Harits, teman Khadijah binti Khuwailid RA. Menelisik dari sumber sejarah ditemukan bahwa putra-putri Abbas berjumlah 5 orang, yakni al-Fadhl, Abdullah, Qutsam, Ubaidillah dan Ummum Habibah.

Al-Fadhl bin Abbas bin Abdul Muthallib adalah putra pertama Abbas bin Abdul Muthallib yang mana memiliki ketampanan paras yang luar biasa. Nama beliau sering dijadikan asma’ kunyah bagi ayah dan ibundanya. Maka Abbad RA sering disebut dengan Abu Fadhl dan Labibah binti Harits sering disebut dengan Ummul Fadhl.

Beliau wafat di Syam ketika terjadi bencana Tha’un disana pada masa pemerintahan Umar bin Khattab. Penyakit Tha’un Amwas ini juga menjadi penyebab meninggalkan Abu Ubaidah bin Jarrah, Gubernur Syam yang ditunjuk Umar bin Khattab.

Abdullah bin Abbas, adalah putra paling terkenal dari Abbas bin Abdul Muthallib, dan terkenal dengan Asma’ Kunyah ‘Ibnu Abbas’. Dalam ilmu Hadits, Ibnu Abbas dipandang sebagai salah satu sahabat yang banyak meriwayatkan Hadits. Setidaknya 1.600 hadits berasal dan menggunakan trasmisi/ riwayat Ibnu Abbas.

Ibnu Abbas juga menjadi kakek dari pendiri Dinasti Bani Abbasiyah yang berkuasa atas sebagain besar wilayah Islam yang bertahan 8 Abad lebih. Pendiri dinasti Abbasiyah di Kufah dan kemudian pindah di Baghdad adalah cicit Ibnu Abbas.

Ialah Abbas memiliki putra Abdullah (Ibnu Abbas) memiliki putra Ali memiliki putra Muhammad memiliki putra Abdullah. Putra Abbas lainnya kurang terlalu terkenal sehingga tidak banyak dibahasa dalam literasi sejarah.

Ash-Shawabu Minallah

Mochamad Ari Irawan