Abu Nawas Mencari Cincin yang Hilang

Abu Nawas Mencari Cincin

Pecihitam.org – Pada uatu hari, Abu Nawas terlihat sibuk sekali mondar-mandir dipekarangan rumahnya. Terlihat mencari sesuatu. Setelah begitu lama mondar-mandir, banyak tetangganya yang bertanya penasaran. Tak sedikit pula di antara mereka yang mendekati. Lalu, mereka pun bergabung.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

“Hai Abu Nawas,” seru salah seorang tetangganya, “apakah yang kaulakukan dari tadi disana?”

Jawab laki-laki ini santai, “Mencari cincin.”

Karena berempati, laki-laki penanya itu pun kemudian turut serta. Membantu sebisanya. Ikut mondar-mondir. Ke sana ke mari. Lama. Hingga, mereka pun kelelahan membantu Abu Nawas mencari cincinnya. Satu jam lebih mencari di pekarangan tersebut, tidak ketemu. Semua sudut udah diperiksa. Hasilnya juga nihil.

“Memangnya,” tanya salah seorang di antara mereka yang ikut membantu mencarikan cincin yang hilang itu, “cincinmu itu jatuhnya (kira-kira) di mana?”

Tanpa merasa bersalah, Abu Nawas menjawab santai, “Seingatku, cincin itu jatuh di dalam rumahku.”

Mendengar jawaban itu, orang-orang pun langsung berhenti dari pencariannya. Sebagian ada yang emosi, dan langsung pergi bahkan ada yang menganggap Abu Nawas sudah gila. Namun sebagian lainnya tetap tinggal.

Baca Juga:  Abu Nawas: Cara Menghitung Bulu Ekor Keledai

“Jika jatuh di dalam rumah,” tanya satu di antara mereka, “mengapa engkau mencarinya di luar rumah?” tanya orang-orang.

Sejenak menghela nafas, Abu Nawas pun sampaikan alasan, “Bukankah kita sering melakukan itu, saudara-saudaraku? Seringkali kita mencari penyebab di luar diri atas berbagai persoalan yang kita hadapi. Bahkan, kita menyalahkan pihak lain saat ditimpa masalah. Dan menjadikan orang-orang di luar diri sebagai penyebab utama atas persoalan yang melilit diri kita.” Kata Abu Nawas mengakhiri

Kisah ini cukup menyindir dalam kehidupan kita, terutama manusia-manusia modern zaman sekarang ini. Jika direnungkan lebih dalam lagi memang, hal itu sering kita lakukan, baik disadari atau tidak.

Misalnya saat jika kita sakit, seringkali malah berpikir yang aneh-aneh dan rumit. Padahal, yang menjadi sebab utama atas sakit yang kita alami bisa saja karena dholimnya diri kita sendiri terhadap tubuh.

Baca Juga:  Doa Abu Nawas Meminta Jodoh Wanita Cantik Dan Shalihah

Tidak jarang kita makan sembarangan, mengonsumsi makanan dan minuman yang tak jelas halal dan haramnya, dan sering mengabaikan hak tubuh untuk istirahat. Bahkan paling parah sering tidak peduli terhadap sisi rohaniah sebagai faktor yang amat penting dalam mempengaruhi kesehatan jiwa dan raga.

Begitu pula dengan beragai persoalan kehidupan lainnya. Jika kita yang salah, maka terlalu mudah memberi maaf pada diri sendiri. Namun berbanding terbalik, jika orang lain yang salah maka akan amat kejam dengan menuduh kedholiman kepada pihak lainnya.

Dalam kehidupan, persoalan apapun akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu, dan tidak akan pernah selesai, jika hanya dihilangkan dampaknya saja. Padahal, cara paling efektif dan penting untuk menyelesaikan masalah yaitu dengan mengatasi sebab utamanya.

Bukankah kita tahu bahwa yang mimiliki dan menggenggam waktu siang dan malam, suka dan duka, pahit dan manis, hidup dan mati itu hanyalah Allah Swt. Termasuk semua masalah-masalah yang kita hadapi itu hakikatnya adalah Allah Swt yang memiliki, Dia-lah yang maha Kuasa atas segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini.

Baca Juga:  Kisah Hasan al Bashri Mengejar Wanita Cantik

Karena segala sesuatu itu adalah milik Allah, maka sudah selayaknya baik dikala senang maupun sulit dalam hidup kita, sudah sewajibnya yang pertama kali kita fikirkan Allah SWT yang sudah mengatur semua yang terjadi. Dan mohonlah kepada Allah SWT agar segera mengangkat kesulitan dan kesusahan dalam hidup kita.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik