Abu Ubaid Qasim bin Salam; Ulama Ahli Hadis dan Pencetus Ilmu Tajwid

Abu Ubaid Qasim bin Salam; Ulama Ahli Hadis dan Pencetus Ilmu Tajwid

PeciHitam.org Ilmuan atau bahasa Arabnya Ulama akan dinilai dari seberapa besar kontribusinya kepada dunia Akademik. Perkembangan dunia akademik akan mengukur seberapa jauh dan banyaknya sebuah karya akademik berkualitas dihasilkan dalam kurun waktu tertentu.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Semakin banyak karya akademik berkualitas dihasilkan, maka akan semakin mencorong era tersebut dikenal. Para Ilmuan atau Ulama-lah yang terus mendorong berkembangnya keilmuan.

Pada masa Islam awal, tidak ada klasifikasi atau pemisahan antara keilmuan Duniawi atau Ukhrawi. Semua ahli Ilmu (baik Ilmu Umum dan Agama) akan disebut dengan Ulama (Ilmuan).

Semangat mengembangkan keilmuan dalam Islam tidak terlepas dari pesan pembuka ayat yang pertama turun, yakni pesan untuk selalu Membaca/ Iqra.

Boleh jadi, semua realitas dan problematika ketika dibaca akan menghasilkan Ilmu sebagaimana yang dilakukan oleh Abu Ubaid Qasim bin Salam. Beliau adalah seorang Ilmuan/ Ulama yang mampu menjawab 2 keilmuan besar dalam Islam.

Keilmuan tersebut yakni Ilmu dalam teknik membaca Al-Quran atau terkenal dengan Ilmu Tajwid dan Ilmu Gharib Hadits, sebuah Ilmu observatif dalam memahami kata-kata langka dalam hadits. Berikut kiprah dan perjuangan Abu Ubaid Qasim bin Salam!

Daftar Pembahasan:

Mengenal Abu Ubaid Qasim bin Salam

Tokoh besar penggagas dan pencetus serta memiliki karya yang besar dalam bidang Ilmu Tajwid dan Hadits, Abu Ubaid Qasim bin Salam, bukanlah seorang keturunan Darah Biru.

Memang banyak Tokoh Besar yang dilahirkan dari seorang yang tidak memiliki kedudukan terhormat, namun mereka hebat karena karyanya.

Tokoh sekelas Hasan Al-Basri sebagai contoh, beliau adalah anak seorang Budak Tawanan Perang. Dan Ibundanya juga bernasib tidak jauh dari ayahnya yang seorang Budak yang dimerdekakan oleh Ummul Mukminin Ummu Salamah. Akan tetapi Hasan Al-Basri menjelma menjadi Ulama yang sangat terhormat dikalangan Sunni.

Tidak jauh dari Hasan Al-Basri yang mempunyai legitiminasi sanad (transmisi) keilmuan yang kuat dari Rasulullah SAW, Abu Ubaid Qasim bin Salam juga banyak berjasa dalam pengembangan keilmuan Islam. Abu Ubaid adalah seorang putra Budak dari Majikan orang Romawi di Herat (Afghanistan sekarang).

Abu Ubaid Qasim bin Salam dilahirkan dikota tempat ayahnya berada, Herat (Afghanistan) pada tahun 154 H bertepatan dengan 770 M. Dilahirkan dari seorang Budak tidak menjadikan Abu Ubaid menjadi kecil hati dan tidak berkarya.

Beliau diketahui wafat pada tahun 224 H atau 838 M di Makkah dan pernah menjabat sebagai Qadhi (Jabatan sekelas Hakim) dan Wali Kota.

Baca Juga:  Biografi Abd Shamad al-Palembani; Ulama Tasawuf Asli Sumatera

Jabatan yang beliau pangku tidak lain karena kepandaian beliau dalam keilmuan dan kemasyhuran namanya. Beliau wafat dalam usian 68 tahun jika menggunakan penanggalan Masehi dan 70 tahun ketika menggunakan kalender Hijriyah. Karya kitab gharib al-Hadits dan Ilmu Tajwid menjadi bukti fenomenal selain 20 kitab lainnya.

Abu Ubaid Qasim bin Salam pernah menjadi Qadhi (Hakim Tinggi) di kota Tartus (sekarang masuk Teritori Suriah) selama 18 tahun sejak tahun 192 — 210 H.

Dan pindah ke Khurasan sebagai Walikota selama 9 Tahun sejak 210 — 219 H. Beliau menunaikan Ibadah Haji pada tahun 219 H dan tetap menetap di Makkah sampai beliau wafat pada tahun 224 H.

Disamping sebagai Ulama dalam bidang Ilmu Tajwid dan Ilmu Gharib Hadits, beliau juga jago dalam bidang Bahasa Arab, Fikih dan Tafsir. Perjuangan dari seorang anak Budak menjadi Ulama dan Bangsawan yang mempunyai sumbangsih keilmuan sangat besar kepada Islam.

Ulama Gharib Hadits

Abu Ubaid Qasim bin Salam disebutkan dalam Muqaddimah Kitab Gharib Hadits (kitab karya beliau sendiri) oleh Ibnu Nadim, bahwa sekurangnya beliau menulis 20 kitab.

Karya beliau menurut Ibnu Nadim adalah, Gharib Mushannif, Gharib al-Quran, Gharib Al-Hadits, Maaniyal Quran, Kitabusy Syuaara, Al-Maqsur al-Mamdud, Al-Qiraat, Al-Madzkur wal Muannas, Kitabun Nasab, Kitabul Ahdats, Adabul Qadhi, Adadu Ayyil Quran, Al-Iman wan Nudzur, Kitabul Haid, Kitabu At-Taharah, al-Hijru wat Taflis, Kitabu al-Amwal, Al-Amtsalu Ast-Tsairah, An-Nasikh wal Mansukh, Fadlailul Quran.

Kitab-kitab lain yang beliau tulis masih banyak terutama dalam bidang Ilmu fikih. Ibnu Nadim mengatakan bahwa;

Akan tetapi Kitab Abu Ubaid Qasim bin Salam tidak semuanya sampai kepada generasi kita. Hanya Kitab Gharib Al-Hadits, Gharib Al-Mushannif, Kitabu al- Amwal, Kitabu Fadlailu Al-Quran dan Kitab Al-Amtsal as-Sairah saja yang berhasil terlacak. (Muqaddimah Gharib Al-hadits, Darul Ilmiyyah, Beirut)

Pada awalnya, Abu Ubaid Qasim bin Salam menulis kitab Gharib al-Hadits sebagai cara beliau bertahan hidup. Tidak syak bahwa beliau adalah seorang pengembara Ilmu yang pergi jauh dari Herat menuju kota Besar di Irak dan Iran.

Beliau menulis kitab dan termasuk Gharib Al-Hadits, untuk beliau hadiahkan kepada Ibnu Thahir. Dan Abu Ubaid Qasim bin Salam mendapatkan maisyah (Upah) sebanyak 10.000 dirham.

Baca Juga:  AGH Muhammad Harisah AS, Ulama Kharismatik Pendiri Pesantren An-Nahdlah Makassar

Kitab Gharib Al-Hadits beliau tulis selama 40 tahun sebelum beliau pindah ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji sampai beliau wafat pada tahun 224 H.

Ilmu Gharib al-Hadits adalah Ilmu yang menerangkan makna kalimat dalam matan (isi) hadits yang sukar diketahui maknanya. Kata yang dibahas dalam gharib al-Hadits juga jarang dipakai oleh umum.

Kontribusi pemikiran Abu Ubaid Qasim bin Salam dalam kitab Gharib Al-Hadits adalah mengartikan kata الدخ yang dalam lietarsi awal Islam tidak ditemukan/ kata langka dan aneh.

أن عمر انطلق مع النبي صلى الله عليه و سلم في رهط قبل ابن صياد حتى وجدوه يلعب مع الصبيان عند أطم بني مغالة وقد قارب ابن الصياد الحلم فلم يشعر حتى ضرب النبي صلى الله عليه و سلم بيده ثم قال لابن الصياد ( تشهد أني رسول الله ) . فنظر إليه ابن صياد فقال أشهد أنك رسول الأميين . فقال ابن صياد للنبي صلى الله عليه و سلم أتشهد أني رسول الله ؟ فرفضه وقال ( آمنت بالله وبرسله ) . فقال له ( ماذا ترى ) . قال ابن صياد يأتيني صادق وكاذب . فقال النبي صلى الله عليه و سلم ( خلط عليك الأمر ) . ثم قال له النبي صلى الله عليه و سلم ( إني قد خبأت لك خبيئا ) . فقال ابن صياد هو الدخ . فقال ( اخسأ فلن تعدو قدرك ) . فقال عمر رضي الله عنه دعني يا رسول الله أضرب عنقه . فقال النبي صلى الله عليه و سلم ( إن يكنه فلن تسلط عليه وإن لم يكنه فلا خير لك في قتله )

Kata الدخ adalah kategori kata gharib yang memerlukan penjelasan masuk akal dalam bahasa yang luas. Kata الدخ menurut makna mujam adalah asap, namun pendapat lain berarti tumbuh-tumbuhan, bahkan ada yang mengatakan juga berarti jima.

Namun melalui penelurusan riwayat dan perbandingan makna dalam beberapa khazanah keilmun didapatkan makna operasional kata الدخ adalah ASAP.

Pencetus Ilmu Tajwid

Selain menulis kitab Gharib Al-Hadits, Abu Ubaid Qasim bin Salam juga menulis kitab kitabu Al-Qiraat yang menjadi dasar penulisan lebih lanjut Ilmu Tajwid. Beliau melakukan ini pada sekitar abad ke-3 selama beliau menjadi Ulama yang berpindah-pindah.

Maka dalam buku kitabu al-Qiraat dijelaskan klasifikasi bacaan ketika membaca Al-Quran. Tersebarnya Islam keseluruh penjuru Jazirah Arab bahkan keluar Jazirah Arab yang memiliki latar belakang kebudayaan, tradisi, bahasa dan dialek berbede diperlukan adanya standardisasi bacaan Al-Quran. Tujuannya adalah untuk menyesuaikan diri dengan ayat Allah SWT;

Baca Juga:  Mengenal Sosok Salman al Farisi, Pencari Kebenaran Islam

وَرَتِّلِ الْقُرْآَنَ تَرْتِيلًا 

Artinya; Bacalah al-Quran itu dengan tartil (perlahan-lahan). (Qs. Al-Muzammil:  4)

Perbedaan bahasa, pengucapan dan dialek tidak terhindarkan dalam Islam beriringan dengan perluasan kekuasaan Islam. Ilmu yang berkembang lebih dahulu yang diinisiasi oleh Abu Aswad Ad-Duali dan Imam Khalil bin Ahmad Al-Farahidi terkait dengan penulisan titik untuk membedakan huruf, harakat/ syakal untuk membunyikan huruf belum cukup mampu membenarkan dan menyeragamkan bacaan Al-Quran.

Maka Abu Ubaid Qasim bin Salam hadir menjelaskan bagaimana membunyikan bacaan Al-Quran dengan memberikan klasifikasi bacaan jelas, panjang, pendek, samar dan lain sebagainya. Ringkasan Ilmu dalam Kitabu Al-Qiraat adalah;

  1. Membaca jelas atau Ad-Dzuhru yang kemudian terkenal dengan bacaan Idzhar.
  2. Bacaan Samar dalam al-Quran digolongkan dengan nama
  3. Bacaan Meleburkan suara atau memasukan suara ke huruf depannya disebut dengan
  4. Bacaan mendengung seperti orang pilek/ bindeng disebut dengan bacaan
  5. Bacaan membalik atau mengganti suara huruf dengan huru Mim disebut dengan
  6. Membaca panjang dan pendek disebut dengan bacaan Mad dan

Klasifikasi bacaan ini berkembang banyak sesuai dengan keilmuan tajwid sekarang. Bahkan dalam cabang bacaan Idgham bisa berkembang menjadi bighunnah, bilaghunnah, mutjanisain, mutaqaribain dan mutamasilain. Dalam pembagian Mad, bahkan sampai 13 cabang, ada Mad Tabii, Mad Fari, Mad Wajib. Mad Jais, Mad Lazim dan lain sebagainya.

Sumbangsih besar Abu Ubaid Qasim bin Salam dalam keilmuan Islam membawa dampak positif. Dengan kitab gharib hadits orang Islam mengetahui maksud kata-kata susah dalam hadits.

Sumbangan kitabu Al-Qiraat berkembang menjadi Ilmu Tajwid yang menjadikan kita mampu membedakan hukum-hukum membaca Al-Quran dengan benar sesuai Idzhar, Idgham, Mad, dan lain sebagainya. Ash-Shawabu Minallah.

Mohammad Mufid Muwaffaq