6 Agama di Indonesia yang Resmi dan Diakui, Lengkap Sejarah Masuknya

6 Agama di Indonesia yang Resmi dan Diakui, Lengkap Sejarah Masuknya

PeciHitam.org – Negara Kesatuan Republik Indonesia memang memiliki beraneka ragam suku serta kepercayaan. Namun ketika berbicara mengenai agama di Indonesia sendiri, hanya diakui ada enam agama.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Hal ini berdasarkan bunyi Pasal 28E ayat (1) UUD 1945, setiap warga negara bebas memeluk agama dan beribadah sesuai agamanya.

Berikut ini 6 Agama di Indonesia yang diakui keberadaannya oleh negara dan sejarah singkat masuknya agama tersebut, antara lain:

Daftar Pembahasan:

Islam: Agama Mayoritas di Indonesia

Mayoritas agama yang dianut di Indonesia ialah Islam. Hal ini berdasarkan data yang dilansir oleh pemerintah Republik Indonesia, yang menyebutkan bahwa pemeluk agama Islam di Indonesia mencapai 87,2% atau lebih dari 207 juta orang.

Jika kita menelusuri sejarah awal masuknya Islam di Nusantara sejauh ini, yang dianggap bukti tertua Islamisasi terdapat di Pulau Jawa, yaitu nisan Fatimah binti Maimun di Leran, Gresik, dari tahun 475 H (1082 M).

Namun hal ini disanggah oleh seorang peneliti dari Prancis yang bernama Ludvik Kalus dan Claude Guillot. Ia memiliki hipotesis bahwa nisan tersebut digunakan sebagai jangkar kapal (anchor).

Klaim Islamisasi yang sudah sejak abad ke-5 Hijriah dengan adanya nisan yang konon merupakan nisan Fatimah binti Maimun tersebut juga dibantah oleh Azyumardi Azra, guru besar sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ia juga berpendapat bahwa klaim Islamisasi telah terjadi sejak abad ke-7 di Barus, Sumatra Utara tak berbukti. Sebenarnya ia memang tidak meragukan jika sejak abad pertama hijriah sudah ada orang Islam yang datang ke Indonesia.

Namun tidak ada bukti sejarah yang valid atau jelas sebagai sumber rujukan yang mampu menjawab apakah mereka hanya datang untuk singgah atau membawa misi untuk mengislamkan penduduk lokal.

Ia mengatakan bahwa Islamisasi di Nusantara mulai sejak akhir abad ke-12 M, sebelum akhirnya menjadi agama mayoritas penduduk Indonesia seperti yang kita saksikan saat ini. Lebih lanjut, menurutnya bukti yang tak diragukan adalah dengan munculnya Kesultanan Samudra Pasai.

Kemunculan Kerajaan ini tertuang dalam catatan penjelajah asal Maroko yang bernama Ibnu Battutah yang kala itu pernah singgah ke Nusantara pada tahun 1345 M. Dia sempat singgah di Samudra Pasai kurang lebih sekitar selama 15 hari. Sultan yang berkuasa saat itu ialah Malik al-Zahir II.

Baca Juga:  Pondok Pesantren; Sejarah Munculnya di Indonesia dan Kitab-Kitab yang di Pelajari

Seperti yang sudah kita ketahui bersama, ada dua hari besar agama Islam yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Sedangkan, tempat ibadahnya merupakan masjid.

Protestan: Masuk Melalui Jalur Perdagangan

Agama Protestan muncul setelah protes Marthin Luther King pada tahun 1517 M. Di Indonesia sendiri, pemeluk agama Protestan ada sebanyak 6,9% dengan kitab suci bernama Al-Kitab atau Injil.

Kemunculan Protestan di Indonesia juga tak terlepas dari campur tangan Cornelis de Houtman dan VOC. Tepatnya pada tahun 1596, mereka pertama kali mendaratkan kakinya di Pelabuhan Banten.

Kunjungan kali pertamanya ini tak membuahkan hasil. Kemudian dikirimlah ekspedisi dagang yang dipimpin Jacob van Neck, van Heemskerck, dan van Waerwijck.

Pada kunjungannya yang kedua inilah mereka mendapatkan simpati dari penguasa Banten kala itu dan berhasil kembali ke negerinya dengan membawa muatan penuh.

Sementara kapal lainnya meneruskan perjalanannya ke daerah Maluku. Kemudian berlanjut setelah terbentuknya Kongsi Dagang Belanda (VOC), baru mereka menerapkan monopoli dagang, bahkan kekuasaannya di Nusantara.

Terbentuknya VOC tersebut juga membawa misi untuk mendukung Protestan dan mengambil-alih jemaah Katolik di kawasan timur Indonesia. Namun hanya di daerah Flores inilah Katolik terus berkembang. Protestan sendiri mengalami masa kejayaannya selama masa penjajahan VOC, sebab Protestan ini dijadikan anak emas.

Kita mungkin sering mendengar istilah gold, glory, gospel. Inilah salah satu misi yang dibawa atas kedatangan penjajah Portugis dan Belanda ke Nusantara. Mereka tidak hanya mencari rempah-rempah yang kala itu amat diburu oleh bangsa barat. Namun juga ingin menancapkan kejayaan dan keinginan untuk menyebarkan agama Kristen di Nusantara.

Bangkrutnya VOC sekalipun tidak mempengaruhi keinginan untuk mewujudkan kejayaan kerajaan Belanda untuk menerapkan pemisahan antara gereja dan negara. Pemerintah Hindia Belanda justru tetap memberikan kepercayaan dalam porsi yang besar bagi perkembangan Protestan.

Baca Juga:  Kontekstualisasi Ajaran-Ajaran Islam Walisongo dalam Masyarakat Jawa

Pemerintah Kolonial Belanda pada masa tersebut juga berinisiatif untuk menaungi orang-orang Protestan dengan menggabungkannya dalam satu organisasi Gereja Protestan di Hindia Belanda. Tidak hanya itu, Pemerintah Kolonial Belanda juga menyubsidi gereja dan menggaji para pendeta. Hal ini dilakukan demi melancarkan kepentingan politiknya agar pemerintah mengizinkan misi penginjilan hingga ke daerah-daerah pelosok.

Katolik: Denominasi Agama Kristen

Katolik merupakan salah satu agama di Indonesia yang denominasi dalam agama Kristen. Pemeluknya saat ini mencapai 2,9% dari total penduduk Indonesia. Agama ini muncul di Indonesia pertama kali saat bangsa Portugis berhasil sampai di kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah.

Perjalanan yang diinisiasi oleh Albuquerque dari Malaka dengan mengirimkan pasukan ekspedisi ke kepulauan rempah-rempah. Mereka tiba di Banda, menuju Maluku, dan akhirnya berlabuh di Ternate.

Di Ternate inilah, Portugis mendapat izin membangun benteng. Kemudian di Maluku, Portugis menancapkan kekuasaannya sekaligus dengan membawa misi untuk menyebarkan agama Katolik di sana. Bahkan secara khusus mendatangkan sekelompok pendeta Katolik bersama Antonio Galvao. Ia kemudian jadi pemimpin Portugis di Maluku dan memulai kerja misionaris mereka.

Setelah berhasil menguasai Malaka, bangsa Portugis kemudian memonopoli perdagangan dan menyebarkan agama Katolik di wilayah timur secara lebih teratur, yaitu di daerah Ambon dan Halmahera, Ternate dan Tidore.

Orang yang dianggap paling berjasa dalam menyebarkan agama Katolik di Indonesia ialah Franciscus Xaverius dari Ordo Yesuit. Ia merupakan salah satu zandeling Katolik, pastor dari Spanyol di kawasan tersebut yang datang dengan kapal dagang Portugis.

Berkat kontribusinya inilah orang Maluku pun menjadi orang beragama Katolik pertama di Indonesia. Hari besar agama Katolik di Indonesia ini adalah Natal atau Kelahiran Yesus Kristus.

Hindu: Agama Mayoritas di Pulau Bali

Agama Hindu saat ini memiliki jumlah 1,7% dengan pulau Bali sebagai pemilik penganut agama Hindu terbesar di Indonesia. Begitu kuatnya pengaruh agama Hindu di Bali tersebut, bahkan dapat kita saksikan secara langsung dalam keseharian masyarakat Bali. Terlebih ketika perayaan hari raya seperti Nyepi, seluruh wilayah Bali pun ikut sepi, bahkan bandara juga turut tidak beroperasi.

Baca Juga:  Waspada Generasi Baru Ibnu Muljam, Saat Qur’an Jadi Dasar "Menumpahkan Darah"

Agama Hindu selalu melakukan persembahyangan di Pura. Penganut agama Hindu memiliki kitab suci bernama Weda. Untuk hari raya Umat Hindu, adalah Nyepi, Kuningan, dan Galungan.

Buddha: Agama Tertua di Indonesia

Kitab suci agama Buddha adalah Tripitaka. Agama Buddha awalnya berasal dari India dan menjadi salah satu agama tertua di dunia serta Indonesia.

Saat ini, jumlah pemeluk agama Buddha di Indonesia mencapai 0,7%. Para penganut Buddha selalu bersembahyang ke Vihara saat perayaan upacara keagamaan, seperti Waisak.

Khonghucu: Agama Paling Muda di Indonesia

Kemudian agama di Indonesia yang terakhir ialah Khonghucu. Agama ini berasal dari orang-orang Tionghoa yang berdatangan ke Indonesia. Saat ini agama Khonghucu di Indonesia berjumlah 0,05% dengan kitab suci bernama Shishu Wujing. Hari rayanya yaitu Hari Raya Waisak.

Demikian merupakan penjelasan singkat mengenai 6 agama di Indonesia yang diakui keberadaannya. Sudah sepantasnya kita mengetahui hal tersebut. Sebab, tidak jarang dari kita sangat anti ataupun alergi untuk mengenal agama selain yang kita anut.

Ada peribahasa yang mengatakan, tak kenal maka tak sayang. Indonesia tidak akan ada tanpa keberagaman agama yang ada. Begitupun sebaliknya, Indonesia juga bisa hancur, hanya karena konflik agama yang disebabkan karena tak mau mengenal dan memahami satu sama lain.

Mohammad Mufid Muwaffaq