Agama Islam dan Kepedulian Terhadap Lingkungan Hidup

Agama Islam dan Kepedulian Terhadap Lingkungan Hidup

Pecihitam.org – Sejak awal ingin dijadikan sebagai mandataris kemakmuran Bumi, malaikat sudah protes dan meragukan kapabilitas manusia. Tapi Allah meyakinkan malaikat, karena memang manusia lebih superior. Ini karena manusia dibekali ilmu yang tidak diajarkan kepada malaikat ataupun pun Iblis. Wa ‘allama Adamal asma’a kullaha, begitu inormasi Al-Quran terkait kelebihan ilmu Adam, manusia pertama.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Singkat cerita, jadilah manusia sebagai khalifah untuk menjaga bumi walaupun sempat diprediksi malaikat sebagai makhluk yang gemar berbuat kerusakan dan kerusuhan. Karena memang Allah Maha Tahu. Allah mengetahui tidak hanya dari satu sisi. Dia mengetahui apa yang tidak diprediksi oleh malaikat.

Sejarah panjang hidup manusia pun dimulai sebagai khalifah Allah di Bumi. Dengannya manusia diberi tugas untuk untuk bertanggung jawab mengelola Bumi ke arah yang lebih baik.

Penerapan dari tugas manusia dalam menjaga lingkungan hidup, bisa diwujudkan dalam tiga hal berikut

Pertama, melestarikan

Melestarikan maksudnya adalah menjaga keberlangsungan suatu lingkungan. Hutan dan lingkungan hidup harus tetap dilestarikan. Karena lingkungan hidup merupakan sumber makanan kita baik langsung maupun tidak. Darinya kita mendapatkan buah-buahnya, sayur-mayur dan obat.

Oleh karenanya, seyogyanya Bumi ini, lingkungan hidup kita, harus kita lestarikan, sebagaimana wasiat-Nya

Baca Juga:  Hati-hati! Jangan Mudah Memvonis Kafir Kepada Orang Lain

هُوَ اَنْشَاَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيْهَا فَاسْتَغْفِرُوْهُ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِ ۗاِنَّ رَبِّيْ قَرِيْبٌ مُّجِيْبٌ

Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) dan memperkenankan (doa hamba-Nya).” (QS. Hud: 61)

Yang bisa dilakukan dalam hal melestarikan lingkungan bisa melakukan reboisasi hutan, sistem tebang-tanam, membuang sampah pada tempatnya, menjaga habitat binatang dan masih banyak cara-cara lainnya.

Kedua, tidak melakukan kerusakan

Sangat tegas Allah melarang manusia melakukan membuat kerusakan

وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ

Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan. (QS. Al-A’raf: 56)

Ahli tafsir menjelaskan salah satu maksud ayat tersebut. Bahwa Allah menciptakan Bumi dengan segala kelengkapannya: seperti gunung, lembah, sungai, lautan, daratan, hutan dan lain-lain. Oleh karena itu, manusia dilarang membuat kerusakan di Bumi.

Saking seriusnya larangan Islam untuk tidak melakukan kerusakan di Bumi, saat keaadan darurat, dalam peperangan misalnya, seorang muslim tetap diwanti-wanti agar tidak merusak tanaman dan tumbuhan yang dilewati dalam medan pertempuran. Ini dalam keadaan emergency, apalagi dalam keadaan stabil.

Ketiga, mencegah terjadinya kerusakan

Baca Juga:  5 Etika yang Harus Dijaga Saat Ziarah ke Makam Rasulullah

Selain dilarang melakukan perusakan lingkungan secara langsung, manusia juga diperintahkan melakukan tindakan preventif atau pencegahan agar tidak melakukan tindakan yang dapat menimbulkan kerusakan.

Membatasi dan memperketat perizinan perusahaan sawit dan pabrik lainnya merupakan salah satu upaya mencegah terjadinya perusakan lingkungan.

Karena sebagaimana diketahui umum, ketika izin perusahaan sawit telah berdiri, akan terjadi eksploitasi hutan-hutan besar-besaran yang merusak ekosistem. Walaupun ini kadang dilakukan dengan dalih untuk kemaslahatan, untuk perbaikan ekonomi, agar masyarakat kecil pun bisa mendapatkan pekerjaan dengan jadi buruh.

Ini dalam waktu yang tidak lama akan jadi biang kerok bencana. Sebagaimana analisa yang disampaikan oleh Chalid Muhammad, Direktur Eksekutif Walhi periode 2005 – 2008:

Yang justru menjadi panglimanya selama ini adalah pertumbuhan ekonomi. Akibatnya, tidak jarang menimbulkan eksploitasi besar-besaran dan tidak terkendali yang pada gilirannya menimbulkan dampak negatif baik bencana ekologis seperti banjir, longsor dan kemudian menimbulkan derita berkepanjangan berupa kemiskinan struktural.

Al-Quran pun telah menyindir ini

وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِۙ قَالُوْٓا اِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُوْنَ

Baca Juga:  Enam Ilmu Kebal Warisan Rasulullah Saw yang Wajib Kamu Coba

Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di bumi!” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan.” (QS. Al-Baqarah: 11)

Marilah kita tanamkan dan kampanyekan kecintaan terhadap lingkungan. Karena ini merupakan tugas dari sisi lain selaku manusia, yakni sebagai khalifah – selain sebagai abdun, hamba.

Karena jika perusakan lingkungan masih belum dihentikan, semua akan terkena dampaknya, sebagaimana peringatan Allah

وَاتَّقُوْا فِتْنَةً لَّا تُصِيْبَنَّ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْكُمْ خَاۤصَّةً ۚوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ

Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya. (QS. Al-Anfal: 25)

Faisol Abdurrahman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *