Akhlak Rasulullah yang Membuat Para Sahabat Begitu Mencintainya

akhlak rasulullah

Pecihitam.org – Pada zaman permulaan Islam, suatu hari Abu Bakar berbicara di hadapan orang-orang kafir di Masjidil Haram. Ia dipukuli dan diinjak-injak sampai tidak sadar dan hampir mati. Bani Taim membawa ia ke rumahnya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Menjelang malam hari. Abu Bakar membuka kelopak matanya dan mulai sanggup berbicara. Dan apakah kalimat pertama yang diucapkan Abu Bakar setelah dia pingsan sekian lama? Abu Bakar berkata, “Bagaimana keadaan Rasulullah saw.? ia tidak memperhatikan sama sekali penderitaannya sendiri.

Ketika Ummul Khair, ibunya, berusaha memberi makan, Abu Bakar berkata, “Demi Allah, saya tidak akan makan dan tidak akan minum apa pun sebelum saya melihat Rasulullah saw.

Pada pertempuran Uhud, ketika sejumlah orang Islam terbunuh, seorang wanita Anshar diberi tahu bahwa ayahnya, saudaranya, dan anaknya, semuanya gugur di medan pertempuran. Setelah mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi rajiun, wanita itu berkata, “bagaimana keadaan Rasulullah?”

Ia diberi tahu bahwa Rasulullah saw sehat wal afiat, tetapi ia bersikeras untuk melihatnya sendiri,. Pada akhirnya, setelah ia menemui Rasulullah saw, ia berkata, “Ya Rasulullah, segela musibah menjadi kecil setelah aku melihatmu”

Ada banyak contoh tentang kecintaan sahabat kepada Rasulullah saw. cukuplah di sini disebutkan bahwa setelah Nabi saw wafat, para sahabat menangis bila nama Muhammad disebut di depan mereka. Seperti Bilal yang tidak sanggup menyelesaikan adzannya saat ia menyebut nama Muhammad saw, ia menangis karena meraskan kerinduan terhadap Nabi Muhammad saw.

Baca Juga:  Apa Hukumnya Ruqyah? Ini Pendapat Beberapa Ulama

Apa yang menyebabkan Rasulullah saw dicintai oleh para sahabatnya. Kecintaan itu muncul karena cara Rasulullah saw memperlakukan mereka begitu terhormat. Mari kita lihat bagaimana akhlak Rasulullah saw bergaul dengan sahabat-sahabatnya

Akhlak pertama yang dicontohkan Rasulullah saw dalam pergaulannya ialah perhatian yang tulus kepada orang lain. Beliau Saw mendahulukan orang lain daripada dirinya. Dalam al-Qur’an Nabi Muhammad saw dikenal sebagai raufur rahim. Rauf (penyantun), rahim (penyayang). Qs. Al-Taubah ayat 128 Allah swt berfirman tentang diri Nabi Muhammad saw, yaitu:

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَاعَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (128)

Artinya: “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”

Dua sifat sifat Tuhan melekat dalam diri Nabi Muhammad saw yaitu sifat rauf dan rahim. Menurut al-Qur’an, dua sifat ini hanya ada dalam diri Nabi Muhammad saw, dan tidak ditemukan pada nabi-nabi lain.

Baca Juga:  Etika dan Kewajiban Orangtua Terhadap Anak

Contoh-contoh lain yang membuat sahabat-sahabatnta begirtu mencintai beliau. Pada suatu hari seoranng wanita tua menghentikannya di tengah jalan, dan Rasulullah saw dengan sabar mendengarkan pembicaraan wanita itu. Ia memperbaiki sandal orang miskin, dan memperbaiki baju seorang janda tua.

Kemudian, suatu ketika dalam suatu majelis Jabir bin Abdillah al-Bajalli tidak kebagian tempat duduk. Rasulullah saw membuka gamisnya, melipatnya, dan memberikannya kepada al-Bajalli, seraya berkata, “Gunakanlah ini sebagai tempat dudukmu.” Al-Bajalli mengambil gamis itu, menciumnya dengan lembut, dan menangis, “ Ya Rasulullah, beginikah caranya engukau menghormati sahabatmu?”

Akhlak Rasulullah saw yang kedua dalam pergaulan dengan sahabat-sahabatnya ialah kebiasaannya memberikan penghargaan atau pujian. Jika kita membaca sejarah para sahabat, kita akan sulit menentukan mana di antara sahabat itu yang paling istimewa bagi Rasulullah saw.

Abu Bakar digelari sebagai as-Shiddiq, Umar bin Khattab digelari dengan al-Faruq, Utsman bin Affan digelari Dzu Nurain (pemilik dua cahaya), Ali bin Abi Thalib kotanya ilmu, ia seperti Harun dan Musa. Rasulullah saw mengerti bahwa pada hakikatnya manusia senang dipuji dan dihormati, senang diperhatikan bila mereka meraih sebuah prestasi.

Baca Juga:  Iblis, Makhluk Pembangkang: Apakah Ia dari Bangsa Jin atau Malaikat?

Akhlak Rasulullah yang ketiga adalah sifatnya yang pemaaf. Kepada mereka yang menganiaya dan membunuh sahabat-sahabatnya, ketika ia memasuki Makkah sebagai pemenang. Rasulullah saw mengutip ayat al-Qur’an.

“Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni kamu, dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para Penyayang (Qs. Yusuf ayat 92).

Karena itu, marilah kita catat dalam hati kita masing-masing bagaimana sebaiknya kita bergaul dalam kehidupan sosial dengan saudara-saudara kita seperti yang kita pelajari dari Rasulullah saw. Ia sangat pemaaf baik pada musuh terlebih lagi pada orang-orang mukmin.

Suka memberi pujian dan penghormatan kepada para sahabatnya yang memang layak mendapatkannya, Ia sangat penyayang dan penyantun pada orang-orang mukmin, Rasulullah saw penuh empati pada setiap umatnya.

Muhammad Tahir A.