Al Qur’an Tak Pernah Sebut Khilafah, Hizbut Tahrir Jangan Bikin Kacau!

Al Quran Tak Pernah Sebut Khilafah, HT Jangan Bikin Kacau!

Pecihitam.org – Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand, Nadirsyah Hosen, menyebut bahwa di kalangan umat sering terjadi kerancuan mengenai penggunaan istilah Khalifah, Khilafah, dan juga Khalifatullah fil Ardh.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dosen Fakultas Hukum di Monash University itu lantas memaparkan dalam status Facebook pada 31 April 2019, bahwa istilah khilafah dan khalifatullah fil ardh tidak ada di dalam Al Quran.

Sedangkan istilah khalifah, Al Quran menyebutkannya sebanyak dua kali, dan itu pun ditujukan untuk Nabi Adam dan Nabi Daud.

Lebih lanjut Nadirsyah menjelaskan, penyebutan khalifah dalam Al Quran itu, yang pertama QS. 2: 30. “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”

Konteks ayat ini berkenaan dengan penciptaan Nabi Adam as. Ini artinya Nabi Adam dan keturunannya telah Allah pilih sebagai pengelola Bumi. Penggunaan istilah Khalifah di sini berlaku untuk setiap anak cucu Adam, katanya.

Baca Juga:  Ketika "Jubir Medsos HTI" Nyatakan Perang dengan Muhammadiyah

Adapun ayat yang kedua, QS. 38: 26, “Hai Dawud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah…”

Dr. Nadirsyah, dalam uraian panjang itu agaknya hendak mematahkan anggapan pihak tertentu yang selama ini ngotot ingin umat Islam di bawah kepemimpinan tunggal, yaitu yang disebut sebagai Khalifah. Di samping mendapat pertentangan lantaran konsep yang tak sesuai dengan bentuk institusi negara, gagasan untuk menegakkan sistem kepemimpinan Khilafah itu sendiri membawa tanda tanya besar: “Siapa Khalifah-nya?”

Jika membaca uraian Dr. Nadirsyah lebih panjang lagi, beliau juga menyertakan sejumlah hadis yang menyinggung tentang potensi manusia menjadi khalifah, namun bukan dalam konteks khilafah.

Baca Juga:  Ingin Punya Ismail, Namun Lupa Menjadi Ibrahim (Sebuah Renungan)

“Bisakah seorang menjadi Khalifah tanpa ada Khilafah? Bisa. Kenapa tidak? Bukankah kita semua sebagai anak cucu Nabi Adam adalah pewaris dan pengelola bumi? Ini khalifah dalam pengertian Qur’an, bukan dalam konteks sistem Khilafah ala HTI (Hizbut Tahrir Indonesia),” bunyi status Nadirsyah Hosen.

“Bisakah ada khalifah tanpa khilafah? Bisa, mengapa tidak? Bani Umayyah, Abbasiyah dan Utsmani itu berdasarkan kerajaan, diwariskan turun-temurun. Ini bertentangan dengan konsep yang dijalankan Khulafa ar-Rasyidin. Tapi toh namanya juga disebut sebagai Khalifah.

Artinya pada titik ini cuma sebutan gelar belaka untuk kepala negara, sementara esensinya sudah hilang.

Jadi jangan dikacaukan antara istilah khalifah dalam Al Quran dengan istilah khilafah (sistem pemerintahan) yang tidak ada dalam Al Quran.” (ar/ob)

Baca Juga:  Meski Nyatakan Setia ke Pancasila, AD/ART FPI Masih Menyebut Khilafah Islamiyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *