Allahu Akbar, Kalimat Agung yang Paling Sering Disalahguna dan Artikan

Allahu Akbar, Kalimat Agung yang Paling Sering Disalahguna dan Artikan

PeciHiam.org – Allahu Akbar, kata yang sering dan sangat lekat dalam kehidupan seorang Muslim. Panggilan Allah SWT menggunakan diksi kata ini, awal ritual Ibadah Shalat menggunakan kata ini, bahkan yang mengklaim diri ‘Golongan Paling Islami‘ banyak menyemarakan Jalanan dengan Allahu Akbar.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allahu Akbar juga menjadi populer karena bisa digunakan untuk membakar semangat kaum Muslim, atau membakar semangat para Jamaah dalam sebuah acara pengajian Umum atau Tabligh Akbar. Allahu Akbar juga melekat sebagai sifat Allah yang Maha Besar.

Bagaimana penggunaan kaidah kata “Allahu Akbar” yang sesuai dan proporsional untuk tetap menjaga keaguman kata yang sudah Agung tersebut?

Daftar Pembahasan:

Makna Allahu Akbar

Allahu Akbar (ٱللَّٰهُ أَكْبَرُ) atau dikenal dengan kata takbir (تَكْبِير) adalah sebuah frasa dalam bahasa Arab yang dapat dimaknai dengan Allah Maha Besar. Seruan ini sangat lekat bagi seorang Muslim karena puluhan kali bahkan ratusan frasa ini dikumandangkan seorang muslim setiap harinya.

Setidaknya dalam setiap Adzan pasti ada frasa (ٱللَّٰهُ أَكْبَرُ) dalam setiap Shalat ada yang dinamakan takbiratul ihram yang juga menggunakan (ٱللَّٰهُ أَكْبَرُ) dalam setiap rakaatpun mengucapkan (ٱللَّٰهُ أَكْبَرُ).

Tujuan dari pengucapan (ٱللَّٰهُ أَكْبَرُ) adalah untuk mengagungkan Asma Allah bukan untuk memenuhi Gairah Politik dengan meneriakan dijalanan atau lapangan besar (baca Monas).

Secara mendasar, sifat kebesaran Allah tergambar dalam sifat penciptanya Allah seperti dalam surah Al-Fatihah ayat Kedua الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ”. Sifat Kekuasaanya Allah seperti dalam Al-Fatihah ayat ke-4 “مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ” dan dalam banyak ayat lainnya.

Sifat-sifat yang diterangkan Allah untuk diriNya dalam Al-Qur’an, keseluruhannya menunjukan sifat kesempurnaan dan Keagungan Allah SWT. Tidak ada yang menandingi kebesaran dan kekuasaanNya. Oleh karena itu, sebuah “KETIDAK-PANTASAN” manusia mengambil sekutu bagi Allah SWT.

Allahu Akbar” Menurut Gus Mus dan Quraish Shihab

Dua Ulama yang sama-sama mengenyam pendidikan bersama di Universitas Al-Azhar Kairo ini banyak mewarnai dunia dakwah di Nusantara. Pandangan dua tokoh tersebut selalu syarat akan pengetahuan dan hikmah mendalam. Dua bersahabat ini menjelaskan tentang kandungan Allahu Akbar yang sekarang sering disalah-gunakan dan salah-artikan.

Baca Juga:  Tabarruk di Makam Ulama: Ngalap Berkah dari Orang-orang Shaleh

Dalam pandangan Abi Quraish, sapaan akrab Prof. Quraish Shihab, bahwa Allahu Akbar merupakan Frasa dalam bahasa Arab mempunyai kandungan struktur Bahasa “Superlatif”. Superlatif adalah sebuah struktur bahasa yang mengandung faidah “PALING” atau “SANGAT”.

(ٱللَّٰهُ أَكْبَرُ) bukan sekedar bermakna Tafdhil (Lebih Besar) atau sejenisnya, akan tetapi Allah yang Maha Besar. Ketidak-adaan pembanding untuk Allah menjadikan Allah superlative atau Paling Agung-Paling Besar dan Paling Segalanya. Prof. Quraish juga menerangkan, Akbar itu bisa bermakna Jasmaniah dan Spiritual. Dalam dalam konteks Allahu Akbar, bermakna Spiritual.

Allahu Akbar, adalah sebuah wujud ungkapan untuk menunjukan bahwa Dia yang wujudnya sempurna dan tidak ada pembanding apalagi menandingiNya. Allah tidak membutuhkan siapapun dan apapun.

Akan tetapi segala sesuatu pasti akan membutuhkan Allah SWT. Artinya Allah adalah sebuah “Puncak Eksistensi” atau dalam bahasa Arab disebut “Wajibul Wujud”.

Sedangkan dalam pendapat Gus Mus, sapaan akrab KH Mustofa Bisri, beliau menggambarkan Bahwa Allah Dzat yang maha Besar. Gus Mus melanjutkan, Allahu Akbar-Allahu Akbar yang setiap hari kita ucapkan itu harus bisa kita resapi makna yang terkandung. Jangan seperti orang jalanan yang mulutnya mengeluarkan kata-kata tidak berguna, mengucapkan Allahu Akbar tapi akhlak kaya setan.

Kata Allahu Akbar memaklumatkan bahwa Allah SWT adalah dzat paling besar dan Agung, tidak ada sekutu bagi Allah atau yang membandingiNya. Kata Allahu Akbar jangan sampai dikangkangi oleh kepentingan duniawi yang remeh-temah seperti Urusan Politik. Kalau kalian tidak bisa meresapi sebaiknya jangan murah mengucapkan Allahu Akbar dijalanan untuk urusan perut.

Gus Mus melanjutkan, bahwa jika kita tidak bisa membesarkan Allah SWT dengan asmaNya, maka kecilkanlah diri kita dihadapanNya. Allah pencipta Alam Raya yang sangat luas ini hanya membutuhkan kata “Kun Fayakun”.

Merasalah bahwa diri kita hanya seperti debu yang beterbangan, tidak berguna dan bernilai. Jangan pernah memperebutkan sebuah jabatan duniawi dengan berlandaskan kata Allahu Akbar, karena itu sebuah penghinaan kepada Kemaha Besaran Allah.

Baca Juga:  Filosofi Ketupat, Dakwah Sunan Kalijaga dalam Mengajarkan Agama Islam

Takbir dan Nama Allah untuk Sumpah

Takbir  yang kita ucapkan setiap hari dalam ibadah kita seyogyanya menjadikan diri kita sadar akan kebesaran Allah SWT. Kata tersebut adalah kata yang suci, jangan sembarangan dalam penggunaanya apalagi hanya untuk menutupi niatan buruk.

Kata allahu Akbar juga setara dengan nama-nama Allah serta SifatNya. Allah SWT memberikan warning dalam penggunaan sifat-sifat Allah dan Nama-namaNya sebagaiman dalam ayat Al-Maidah ayat 89;

لا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُمُ الأيْمَانَ فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ ذَلِكَ كَفَّارَةُ أَيْمَانِكُمْ إِذَا حَلَفْتُمْ وَاحْفَظُوا أَيْمَانَكُمْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (٨٩

Artinya; Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, Maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi Makan sepuluh orang miskin, Yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, Maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya)” (Qs. Al-Maidah: 89)

Allah SWT membuat sebuah peringatan untuk jangan mudah (lambe Turah) dalam bersumpah dengan Nama Allah. Hal ini juga berlaku pada kata Allahu Akbar, jangan sekali-kali menjadikan kata ini murah dan menjadi barang cibiran orang-orang Musyrik.

Karena jika kita menjajakan Allahu Akbar dengan tanpa pengetahuan dan akhlak akan menjadikan takbir menjadi barang candaan. Hal ini sudah kelihatan riak-riaknya. Karena jika murah dalam Bersumpah atas Nama Allah SWT, akan menimbulkan “Stigma” murahan, karena sering diobral.

Baca Juga:  Lakukan 5 Hal Ini Jika Mengalami Mimpi Buruk

Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW pernah bersabda sebagai berikut;

ثلاثة لا يكلمهم الله ولا ينظر إليهم يوم القيامة ولا يزكيهم ولهم عذاب أليم أشيمط زان وعائل مستكبر ورجل جعل الله بضاعته لا يشتري إلا بيمينه ولا يبيع إلا بيمينه

Artinya; “Terdapat tiga golongan yang tidak Allah ajak bicara, tidak dilihat oleh Allah pada hari kiamat, dan juga tidak Allah sucikan, bagi mereka adzab yang pedih. (yaitu) orang yang telah beruban tapi malah berzina, orang yang miskin tapi sombong, dan orang-orang yang menjadikan Allah sebagai barang dagangannya, tidaklah dia menjual atau membeli kecuali dengan bersumpah”

Dalam hal bersumpah, orang Arab sebelum Islam mendapatkan pujian, dikarenakan mereka tidak banyak bersumpah. Hal ini diabadikan dalam Syair,

قليل الألايا حافظ ليمينه إذا صدرت منه الألية ضرّتِ

Mereka (orang Arab) jarang bersumpah, kalaupun bersumpah mereka sangat menjaganya

Dan jika bersumpah, mereka akan merasa terbebani

Keterangan-keterangan di atas menjadi penanda bahwa kesucian Asma, Nama Allah SWT harus dijaga dengan akhlak kita sendiri. Jangan seperti pedangan Picisan yang sering bersumpah supaya dagangan mereka laku padahal memiliki banyak cacat. Allahu Akbar juga akan ternoda dengan sikap-sikap kita yang menggunakan Asma Allah ini untuk kepentingan Duniawi.

Naudzubillah. Ash-Shawabu Minallah.

Mochamad Ari Irawan