Apakah Banjir Terjadi Karena Manusia Banyak Dosa? Begini Penjelasannya

Apakah Banjir Terjadi Karena Manusia Banyak Dosa? Begini Penjelasannya

PeciHitam.org – Kita sering mendengar ceramah bahwa segala musibah yang diturunkan oleh Allah karena manusia banyak dosa. Lalu kita sering bertanya-tanya sendiri dalam benak kita, “Apakah banjir karena banyak dosa?” Atas dasar inilah dirasa perlu menjelaskan lebih lanjut mengenai musibah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sejak al-Quran diturunkan, ia memberikan gambaran tentang penyebab terjadinya banjir. Salah satunya adalah pembangkangan manusia kepada ajaran yang dibawa oleh Nabi dan Rasul-Nya. Sebagai contoh, banjir bandang yang diturunkan oleh Allah kepada kaum nabi Nuh dalam surat Hud ayat 44-45 berikut:

وَقِيلَ يَا أَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ وَيَا سَمَاءُ أَقْلِعِي وَغِيضَ الْمَاءُ وَقُضِيَ الْأَمْرُ وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُودِيِّ ۖ وَقِيلَ بُعْدًا لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

Dan difirmankan: “Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah,” dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: “Binasalah orang-orang yang zalim”.

وَنَادَىٰ نُوحٌ رَبَّهُ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ابْنِي مِنْ أَهْلِي وَإِنَّ وَعْدَكَ الْحَقُّ وَأَنْتَ أَحْكَمُ الْحَاكِمِينَ

Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya”.

Pembangkangan di sini, jika dikaitkan dengan konsteks kekinian, mungkin dapat dimaknai sebagai pembangkangan manusia terhadap ketidaksanggupannya dalam menjaga dan kelestarian alam.

Baca Juga:  Misteri di Balik Makna Kata Berkah Menurut Para Ulama

Banjir bisa saja terjadi karena adanya ketidakseimbangan dan disorientasi manusia dalam memperlakukan alam. Misalnya penebangan hutan-hutan dan menggantinya dengan vila maupun bangunan beton berupa hotel, bantaran sungai yang diubah menjadi pemukiman sehingga banyak mrnghasilkan sampah rumah tangga di sekitarnya, dan sebagainya.

Hal ini perlu direnungkan kembali oleh manusia, sehingga dapat memahami apa yang sebenarnya terjadi. Allah menciptakan manusia agar mampu berpikir dan merenungkan kebesaran-Nya. Tentu menggunakan akal ini, merupakan kewajiban kita sebagai manusia. Apakah yang kita lakukan selama ini sudah benar? Atau sebaliknya.

Banjir datang karena manusia banyak dosa, mungkin tidak sepenuhnya salah. Jika dosa ini diartikan sebagai hukuman akibat kesalahan dari perilaku manusia yang tidak sesuai sunnatullah. Maksudnya, jika manusia tidak berlebihan dalam mengekploitasi hutan, menyalahi aturan seperti buang sampah di sungai, agar memberikan antisipasi dengan membersihkannya ataupun membangun bendungan dan sebagainya tentu paling tidak dapat diminimalisir.

Seperti yang diisyaratkan dalam Surat al-Hadid ayat 22-23 yang berbunyi:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ () لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ () الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَمَنْ يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

Baca Juga:  Zakat dan Pajak: Pengertian dan Perbedaannya

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

Dalam kitab tafsir Mafatih al-Ghaib karya ar-Razi, hakikatnya musibah ini memang telah digariskan oleh Allah. Baik itu berupa banjir, kemarau panjang, gagal panen, dan sebagainya. Namun diperintahkan untuk tidak berdiam diri, putus asa, tidak hanya pasrah dan menerima saja.

Seyogyanya kita berusaha terlebih dahulu mengantisipasinya barulah bertawakal kepada Allah. Lebih lanjut, musibah ini juga dibagi menjadi dua bagian, pertama seperti sakit, kematian keluarga, dan kefakiran. Kedua, yaitu sebagai ujian kebaikan maupun keburukan.

Baca Juga:  Banser Tasikmalaya Galang Dana Untuk Warga Korban Banjir di Jabodetabek

Ayat di atas sekaligus juga mengingatkan manusia agar tidak sombong dan membanggakan dirinya atas nikmat yang telah ia peroleh. Dalam kitab Ma’alim at-Tanzil karya Imam Baghawi disebutkan bahwa manusia harus ingat akan kesenangan juga kesusahan, kesedihan. Jadikan kesenangan sebagai sarana untuk bersyukur atas nikmatnya, dan jadikanlah kesedihan sebagai penguat akan kesabaran.

Mudah-mudahan artikel pendek di atas dapat menjawab pertanyaan bahwa apakah banjir karena banyak dosa?  jawabannya, tidak sepenuhnya salah, dan tidak sepenuhnya benar. Karena pada hakikatnya banjir tersebut biasanya karena dosa (kesalahan) manusia dalam mengelola sumber daya alamnya.

Mohammad Mufid Muwaffaq