Qasidah Burdah Karya Imam Bushiri Syirik? Ini Bantahan Untuk Ustadz Zainal Abidin Lc

Qasidah Burah Karya Imam Bushiri Syirik? Ini Bantahan Untuk Ustadz Zainal Abidin Lc

PeciHitam.org – Mencintai Islam dan membelanya dengan pikiran jernih kiranya sudah menjadi kewajiban seorang Mukmin. Bahwa Islam sangat mengutamakan orang yang berilmu dalam beragama, karena dengan Ilmu Islam menjadi tegak dan jaya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kiranya perilaku orang-orang Wahabi salafi tidak patut untuk ditiru sebagaimana pikiran Ustadz Zainal Abidin. Kualitas keilmuan beliau ‘sangat tinggi’ bahkan mampu menafsirkan lagu ‘Balonku Ada Lima’ sebagai lagu penghancur Islam. Serta lagu ‘Naik-Naik kepuncak Gunung’ sebagai lagu yang mengajak Murtad.

Pun beliau dengan sangat getol mengkritik Burdah karya Ulama kenamaan Imam Bushiri dari Mesir. Tuduhan syirik tidak segan dialamatkan kepada Qashidah yang ternyata masuk kategori dalam Hadits Taqririyah. Berikut penjelasan seri ketiganya!

Kedudukan Nabi SAW sebagai Syafaat

Syafaat dalam bahasa Arab bermakna sebagai pertolongan, yang mana diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam syair Burdah Imam Bushiri banyak menempatkan lisensi Nabi Muhammad SAW sebagai penyafaat ketika di hari Kiamat. Namun kemudian disyirikan oleh Ustadz Wahabi Salafi seperti Ustadz Zainal Abidin.

Jika mau memahami teks hadits kedudukan Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi yang beri hak untuk memberi syafaat ada dalam kitab tershahih, yaitu Shahih Bukhari;

فأقول أنا لها فاستاءذن على ربي فيوءذن لي ويلهمني محامد احمده بها لا تحضرني الان فاحمده بها بتلك المحامد وآخر له ساجدا فيقال يا محمد أرفع راسك وقل يسمع لك وسل تعط واشفع تشفع فأقول يارب امتي امتي فيقال انطلق فاخرج منها من كان فى قلبه مثقال شعيرة من إيمان فانطلق فافعل

Baca Juga:  Madrasah Ibtidaiyah, Pendidikan Dasar untuk Anak yang Semakin Diminati

Artinya; “Maka beliau menjawab ‘syafaat itu untukku’ lalu aku meminta izin kepada tuhanku, maka aku di beri izin dan Allah SWT memberi ilham kepadaku pujian pujian yang mana aku akan memujiNya dengan pujian-pujian itu yang tidak bisa aku hadirkan sekarang. Maka akupun memujiNya dengan pujian itu dan aku tersungkur bersujud kepadaNya. Maka di katakanlah ‘Hai muhammad..!! Angkatlah kepalamu, dan katakanlah maka perkataanmu akan di dengarkan, mintalah maka permintaanmu akan di kabulkan, dan syafaatilah maka syafaatmu akan di perkenankan’. lalu aku (Muhammad) ‘Ya Tuhanku, Umatku umatku’. Maka di katakanlah ‘berangkatlah maka keluarkan dari neraka seseorang (umat) yang di dalam hatinya terdapat setimbangan biji gandum dari keimanan. Maka akupun pergi  maka aku melakukannya”. (HR. Bukhari)

Bahkan pesan hadits Bukhari tersebut sejalan dengan hadits dari Ibnu Majah dalam kitab beliau yang diriwayatkan;

Baca Juga:  Inilah Pengertian HAM dan Prinsip Fundamental dari Suatu Keadilan dalam Islam

أنا أول شافع وأول مشفع

Artinya; Akulah pertama pemberi syafaat dan pertama orang yang di perkenankan syafaatnya (HR. Ibnu Majah)

Bahwa bait Syair Imam Bushiri yang mengatakan ‘يا أكرم الخلق ما لي من الوذ به # سواك عند حلول الحادث العمم’ adalah benar dalam kaidah Tauhid. Karena tujuan dari bait tersebut adalah meminta syafaat/ pertolongan di hari akhir kepada Nabi Muhammad SAW. Lisensi nabi Muhammad SAW sudah tertera dengan jelas dalam riwayat Imam Bukhari dan Ibnu Majah.

Maka kiranya cercaan dan cacian bahkan tuduhan syirik Ustadz Wahabi Salafi adalah salah besar yang terus dipropagandakan. Pun tuduhan Ustadz Zainal Abidin terhadap Qashidah Burdah Imam Bushiri tidak berhenti. Ia menyitir sebuah syair yang berbunyi,

فإن من جودك الدنيا وضرتها # ومن علومك علم اللوح والقلم

Artinya; Karena Kedermawananmu (Muhammad SAW) di dunia dan Akhirat. Dan termasuk pengetahuanmu adalah Ilmu Lauhul Mahfudz dan Qalam (Pena Takdir)

Keterangan lebih lanjut tentang syair Burdah tersebut adalah keterangan dari Syaikh Ibrahim Al-Baijuri yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah sebenar-benarnya dermawan. Beliau adalah makhluk yang sama sekali tidak memiliki pamrih kepada Umatnya.

Baca Juga:  Bahayanya Dakwah Muallaf, Baru Belajar Islam kok Malah Sok 'Ngajarin'

Sirah Nabi SAW dengan jelas menceritakan bahwa Nabi SAW meninggal tanpa meninggalkan hutang gadai baju perang. Hal ini menunjukan kemurahan hati dan kedermawanan Nabi SAW walaupun beliau bisa saja meminta imbal jasa memperjuangkan Islam. Namun Nabi SAW tidak melakukan demikian.

Kedermawanan beliau ketika diakhirat ditujukan dalam riwayat Imam Bukhari bahwa beliau selalu mengedepankan Umatnya. Bahkan ketika beliau di akhirat selalu ingat dengan umat, sebagaimana redaksi Hadits Imam Bukhari ‘فأقول يارب امتي امتي’-dan Saya mengucapkan ‘Ya Tuhan (selamatkan) Umatku Umatku. Ash-Shawabu Minallah

Mohammad Mufid Muwaffaq