Pecihitam.org – Salah satu cara merawat gigi dan mulut adalah dengan cara bersiwak atau rutin menggosok gigi. Keduanya mempunyai keutamaan yang penting, baik terkait interaksi sosial maupun pelaksanaan ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. lalu bagaimana cara bersiwak sesuai sunnah Rasululah?
Sebelumnya coba dulu deh Bayangkan, bagaimana perasaan seseorang ketika berbicarai bersama orang lain dengan jarak yang sangat dekat tiba-tiba mencium bau mulut tidak sedap. Bukankah itu sangat mengganggu?
Selain saat bersosialisasi, orang yang sedang melaksanakan shalat pun mesti benar-benar bersih gigi dan mulutnya. Jika tidak gosok gigi, maka sisa-sisa makanan yang ada di mulut bisa mengganggu pelaksanaan shalat dan akan membatalkan shalat jika tertelan.
Dalam agama Islam, ada banyak keutamaan dan manfaat bersiwak atau gosok gigi yang disunnahkan oleh syariat Islam. Begitupun Tata cara bersiwak sesuai sunnah juga mesti diperhatikan. Kita juga disunnahkan mengajari anak-anak kita bersiwak. Tujuannya adalah untuk menjaga kesehatan mulutnya serta membiasakan mereka melakukan kesunahan-kesunahan sejak dini sebagai bekal kelak saat dewasa.
قَالُوا وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يُعَوِّدَ الصَّبِيَّ السِّوَاكَ لِيَأْلُفَهُ كَسَائِرِ الْعِبَادَاتِ
Artinya: “Para ulama mengatakan bahwa disunnahkan untuk melatih kebiasaan anak kecil untuk bersiwak supaya anak terbiasa melakukannya sebagaimana ibadah-ibadah yang lain,” (Imam Nawawi, Al-Majmu’ Syarah al-Muhadzab, [Dar al-Fikr], juz 1, hal. 283).
Cara Bersiwak Sesuai Sunnah Rasulullah S.A.W.
Dalam bersiwak, kita diutamakan memakai jenis kayu arok. Tapi, jika menggunakan selain kayu tersebut, teksturnya haruslah kasar seperti gosok gigi agar tetap mendapatkan kesunnahan. Demikianlah apa disampaikan banyak ulama termasuk di antaranya Imam Nawawi.
Selain itu, bersiwak juga disunnahkan dilakukan secara berulang kali untuk shalat yang mempunyai takbiratul ihram berulang-ulang seperti shalat tarawih, dhuha, shalat qabliyah ba’diyah empat rakaat yang dilakukan dengan dua kali salam, dan lain sebagainya. Kesimpulan ini diambil dari redaksi hadits yang menggunakan frasa “niscaya saya perintahkan kepada mereka untuk bersiwak setiap kali shalat.”
إذَا أَرَادَ أَنْ يُصَلِّيَ صَلَاةً ذَاتَ تَسْلِيمَاتٍ كَالتَّرَاوِيحِ وَالضُّحَى وَأَرْبَعَ رَكَعَاتٍ سُنَّةَ الظُّهْرِ أَوْ الْعَصْرِ وَالتَّهَجُّدَ وَنَحْوَ ذَلِكَ اُسْتُحِبَّ أَنْ يَسْتَاكَ لِكُلِّ رَكْعَتَيْنِ لِقَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَأَمَرْتهمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ أَوْ مَعَ كُلِّ صَلَاةٍ وَهُوَ حَدِيثٌ صَحِيحٌ كَمَا سَبَقَ
Artinya: “Jika ada orang yang ingin melakukan shalat yang mempunyai banyak salam seperti shalat tarawih, dhuha, shalat empat rakaat sunnah dzuhur dan ashar, tahajjud, dan lain sebagainya, maka disunnahkan bersiwak setiap kali dua rakaat karena berdasar sabda Rasulullah ﷺ ‘niscaya akan aku perintahkan kepada mereka untuk bersiwak pada setiap kali shalat.’ Hadits tersebut shahih,” (Imam Nawawi, Al-Majmu’ Syarah al-Muhadzab, hal. 283).
Keterangan-keterangan tersebut menunjukkan betapa bersiwak atau menggosok gigi adalah kegiatan yang tidak wajib tapi perlu kita perhatikan sebab sangat besar manfaatnya. Lalu, bagaimana tata cara bersiwak sesuai sunnah?
Berikut kesunnahan dalam bersiwak sesuai dengan kitab Al Baijuri, juz 1, halaman 84-85:
Pertama, dimulai dari niat. Orang yang gosok gigi secara kebetulan atau memang sudah menjadi rutinitasnya setiap hari, bisa jadi tak mendapatkan kesunnahan bersiwak ketika dijalankan tanpa niat melakukan kesunahan.
Kedua, bersiwak menggunakan tangan kanan. Ini mengikuti perilaku Rasulullah ﷺ, yakni menjalankan hal-hal baik menggunakan tangan kanan. Hal ini juga sebagai pembeda antara bersiwak dan istinja’ (cebok) atau kegiatan yang identik dengan barang kotor lainnya.
Ketiga, jari kelingking berada di bawah batang siwak (atau sikat gigi). Jari manis, jari tengah dan jari telunjuk berada di atas batang siwak dan jempol berada di bawah bagian kepada siwak. Setelah bersiwak, hendaknya batang siwak diletakkan di bagian belakang telinga kiri.
ويسن ان يجعل الخنصر من اسفله والبنصر والوسطى والسبابة فوقه والإبهام اسفل رأسه ثم يضعه بعد ان يستاك خلف أذنه اليسرى لخبر فيه
Artinya: “Disunnahkan menjadikan jari kelingking berada di bawah batang siwak, sedangkan jari manis, tengah dan telunjuk di atasnya dan jempol di bagian atas kepala siwak. Setelah bersiwak, kayu siwak diletakkan di belakang telinga bagian kiri. Hal ini berdasarkan hadits Baginda Nabi Muhammad ﷺ,” (Ibrahim Al-Bayjuri, Hasyiyah Syekh Ibrahim Al-Bayjuri, [Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut], juz 1, hal. 84).
Masih dalam kitab yang sama, sebagian ulama menyunnahkan membaca doa berikut pada saat permulaan bersiwak atau gosok gigi:
اَللَّهُمَّ بَيِّضْ بِهِ أَسْنَانِيْ، وَشُّدُّ بِهِ لِثَاتِىْ، وَثَبِّتْ بِهِ لَهَاتِيْ، وَبَارِكْ لِيْ فِيْهِ ياَ اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Allâhumma bayyidl bihî asnânî, wa syuddu bihî litsâtî, wa tsabbit bihî lahâtî, wa bârik fîhi, yâ Arhamar Râhimîn.
Artinya: “Ya Allah, semoga Engkau putihkan gigi-gigiku, kokohkan gusi-gusiku, kuatkan katup nafas kami, berilah kami keberkahan, wahai Dzat yang Maha-paling kasih.”
Keempat, disunnahkan menelan ludah pada kali pertama memulai bersiwak. Meskipun kayu atau batang siwak yang dibuat untuk gosok gigi tidak dalam kondisi baru, ada kesunnahan lho untuk menyuci batang siwak pada setiap kali bersiwak.
Kelima, panjang batang sikat gigi atau kayu siwak makruh jika lebih panjang dari satu jengkal. Jika panjangnya lebih dari satu jengkal, konon setan numpang naik pada sisi lebihnya.
Keenam, disunnahkan ada guritan-guritan celah pada kayu siwak, atau kalau dalam sikat gigi ada sudah cukup karena ada bulu-bulunya.
Ketujuh, bersikap tenang dan diam. Makruh bersiwak sambil berbicara atau berbincang dengan orang lain.
Kedelapan, disunnahkan memulai bersiwak dari area mulut bagian kanan sampai separuh. Baru kemudian bagian separuh yang kiri. Hal itu berlaku untuk bagian dalam daripada gigi serta gigi bagian luar.
Kesembilan, sunnah menggosok bagian pangkal gigi geraham baik secara membujur maupun melintang.
Kesepuluh, sunnah menggosok bagian langit-langit mulut dan gigi-gigi yang masih tersisa secara melintang.
Kesebelas, menggosok bagian lidah secara membujur.
Kedua belas, gosokan-gosokan dilakukan secara lembut dan pelan-pelan.
Betapa indahnya Islam yang mengajarkan kebaikan, keindahan, kebersihan dan lain sebagainya. Sebagai muslim yang baik, marilah kita mulai memperbaiki diri terutama bagaimana cara bersiwak sesuai sunnah, dan bagaimana cara yang benar untuk membersihkan diri. Diri yang bersih akan membuat orang-orang di sekeliling menjadi nyaman. Saat-saat ibadah pun akan jadi tenteram.
- Rukun Qauli, Wajib Diperhatikan Agar Shalat Tetap Sah - 28/08/2019
- Islam adalah Agama yang Mampu Merangkul Budaya di Dunia - 04/08/2019
- Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Bagaimana Seharusnya Bersikap? - 01/08/2019