Begini Sejarah Kemajuan Islam di Masa Bani Umayyah

Begini Sejarah Kemajuan Islam di Masa Bani Umayyah

Pecihitam.org – Melanjutkan Tulisan kami sebelumnya tentang Sejarah kemajuan Islam di Masa Khalifah Khulafaur Rasyidin, yaitu di mana estafet sejarah setelah mereka diteruskan di masa Dinasti Bani Umayyah

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dinasti Bani Umayyah yang didirikan oleh Muawiyah berumur kurang lebih 90 tahun dan Kemajuan Islam dalam upaya ekspansi yang sempat terhenti di zaman kedua khalifah terakhir, dilanjutkan pada Masa Bani Umayyah ini.

Khalifah-khalifah besar dari Dinasti Bani Umayyah adalah Muawiyah bin Abi Sufyan (661-680 M), Abd Al-Mallk bin MarWan (685-705 M), Al-Walid bin Abd Al-Malik (705-715 M), Umar bin Al-Aziz (717-720 M), dan Hisyam bin Abd Al-Malik (724-743 M).

Di zaman Muawiyah, Uqbah bin Nafi’ menguasai Tunis dan di sana ia mendirikan kota Kairawan pada tahun 670 M yang kemudian menjadi salah satu pusat kebudayaan Islam. Di sebelah timur Muawiyah dapat memperoleh daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afghanistan sampai ke Kabul.

Ekspansi ke Timur diteruskan di zaman Abd Al-Malik di bawah pimpinan Al-Hajjaj bin Yusuf. Tentara yang dikirimnya menyeberangi sungai Oxus dan dapat menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Farghana dan Samarkand. Tentaranya juga sampai ke India dapat menguasai Balukhistan, Sind, dan daerah Punjab sampai ke Multan.

Ekspansi ke Barat terjadi di zaman Al-Walid. Musa bin Nushair menyerang Al-Jazair dan Maroko dan setelah dapat menundukkannya mengangkat Thariq bin Ziyad sebagai wakil untuk memerintah daerah itu.

Thariq kemudian menyeberang selat yang terdapat antara Maroko dengan benua Eropa. Dan mendarat di suatu tempat yang kemudian dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq).

Baca Juga:  Kerajaan Aceh Darussalam dan Potret Sejarah Kejayaan Islam di Nusantara

Tentara Spanyol di bawah pimpinan Raja Roderick dikalahkan dan dengan demikian pintu untuk memasuki Spanyol terbuka luas. Toledo, ibu kota Spanyol dengan cepat dikuasai, demikian pula kota-kota lain seperti Sevilla, Malaga, Elvira, dan Cordova yang kemudian menjadi ibu kota Spanyol Islam yang dalam bahasa Arab disebut Al-Andalusi (dari kata Vandals).

Serangan-serangan selanjutnya dipimpin oleh Musa bin Nushair sendiri. Serangan ke Prancis, dengan melalui pegunungan Pirenea, terutama dilakukan oleh Abd Al-Rahman bin Abdullah Al-Ghafiqi di Zaman Umar bin Abd Al-Aziz.

Ia serang Bordeaux, Poitiers, dan dari Poitiers mencoba menyerang Tours. Akan tetapi, di antara kedua kota ini ia ditahan oleh Charles Martel, dan dalam pertempuran selanjutnya ia terbunuh.

Ekspansi ke Prancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol. Sesudah itu masih juga diadakan serangan-serangan, seperti ke Avignon di tahun 734 M dan Lyons di tahun 743 M.

Pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah, Mallorca, Corsica, Sardinia, Crete, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Sicilia jatuh di tangan Islam di zaman Bani Umayyah.

Daerah-daerah yang dikuasai Islam di zaman dinasti ini adalah Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak sebagian dari Asia Kecil, Persia, Afghanistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Turkmenia, Uzbek, dan Kirgis (di Asia Tengah).

Ekspansi yang dilakukan Dinasti Bani Umayyah inilah yang membuat Islam menjadi negara besar di zaman itu. Dari persatuan berbagai bangsa di bawah naungan Islam, timbullah benih-benih kebudayaan dan peradaban Islam yang baru, walaupun Bani Umayyah lebih banyak memusatkan perhatian kepada kebudayaan Arab.

Baca Juga:  Nilai-Nilai Kemanusiaan dalam Sejarah Turunnya Al-Quran yang Bisa Kita Renungkan

Perubahan bahasa administrasi dari bahasa Yunani dan bahasa Pahlawi ke Bahasa Arab dimulai oleh Abd Al-Malik. Orang-orang bukan Arab pada waktu itu telah mulai pandai berbahasa Arab.

Untuk menyempurnakan pengetahuan mereka tentang bahasa Arab, terutama pengetahuan pemeluk-pemeluk Islam baru dari bangsa-bangsa bukan Arab, perhatian kepada bahasa Arab, terutama tata bahasanya mulai diperhatikan.

Inilah yang mendorong Imam Sibawaih untuk menyusun Al-Kitab, yang selanjutnya menjadi pegangan dalam soal tata bahasa Arab.

Perhatian kepada syair Arab jahiliah timbul kembali dan penyair-penyair Arab baru mulai muncul, misalnya Umar bin Abi Rabi’ah (W 719 M), Jamil Al-Udhri (w. 701 M), Qays bin Al-Mulawwah (w. 699M) yang lebih dikenal dengan nama Laila Majnun, Al-Farazdaq (w. 732 M), Jarir (w. 792 M), dan Al-Akhtal (w. 710 M)

Perhatian dalam bidang tafsir, hadis, fiqh, dan ilmu kalam pada zaman ini mulai muncul, dan muncullah nama-nama seperti Hasan Al-Basri, Ibnu Shihab Az-Zuhri, dan Wasil bin Atha’. Kufah dan Basrah di Irak menjadi pusat dari kegiatan-kegiatan ilmiah ini.

Selain mengubah bahasa administrasi, Abd Al-Malik juga mengubah mata uang yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Sebelumnya yang dipakai adalah mata uang Bizantium dari Persia seperti dinar (denarius) dan dirham (Persia: diram dan Yunani: drachme).

Sebagai ganti dari mata uang asing ini, Abd Al-Malik mencetak uang sendiri di tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Dinar dibuat dari emas dan dirham dari perak.

Baca Juga:  Sejarah Perang Salib dan Pentingnya Peranan Panglima Salahudin Al-Ayyubi

Masjid-masjid pertama di luar Semenanjung Arabia juga dibangun pada zaman Dinasti Bani Umayyah. Katedral St. John di Damaskus diubah menjadi masjid. Di Al-Quds (Yerusalem), Abd Al-Malik membangun Masjid Al-Aqsa.

Monumen terbaik yang ditinggalkan zaman ini untuk generasi-generasi sesudahnya ialah Qubbah As-Sakhr (Dome of the Rock) yang juga terletak di Al-Quds, di tempat yang menurut riwayat adalah tempat Nabi Ibrahim menyembelih Nabi Ismail dan di tempat ini pula Nabi Muhammad as mulai melakukan mi’raj ke langit.

Masjid Cordova juga dibangun pada zaman ini. Masjid Mekah dan Madinah diperbaiki dan diperbesar oleh Abd Al-Malik dan Al-Walid.

Selain mendirikan masjid-masjid, Dinasti Bani Umayyah juga mendirikan istana-istana untuk tempat beristirahat di padang pasir, seperti Qusayr Amrah dan Al-Mushatta yang bekas-bekasnya masih ada sampai sekarang.

Itulah kemajuan-kemajuan Islam yang dicapai oleh Dinasti Bani Umayyah. Kekuasaan dan kejayaan dinasti ini mencapai puncaknya di zaman Al-Walid I. Sesudah itu kekuasaan mereka menurun sehingga akhirnya ditumbangkan oleh Bani Abbasiyah di tahun 750 M.

M Resky S

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *