Beginilah Kontribusi Besar Madzhab Al-Asy’ari Dalam Ilmu Hadits

Beginilah Kontribusi Besar Madzhab Al-Asy'ari Dalam Ilmu Hadits

Pecihitam.org – Keberadaan Madzhab al-Asy’ari tidak boleh dipandang miring, keliru apalagi sesat. Para ulama pengikutnya berperan membangun peradaban dan ilmu pengetahuan Islam. Termasuk dalam bidang ilmu hadis. Kontribusi para ulama madzhab al-Asy’ari terhadap perkembangan ilmu musthalah hadis tidak dapat diabaikan. Bahkan menurut catatan al-Baghdadi, mayoritas ulama ahli hadis menganut madzhab Imam Abu Hasan al-Asy’ari.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dalam kitabnya Ushul al-Din, Abu Mansur al-Baghdadi berpendapat: “Tak seorang pun dari ahli kalam yang memiliki pengikut sebanyak beliau, karena semua ahli hadits dan semua ahl al-ra’yi yang tidak mengikuti Mu’tazilah adalah pengikut madzhabnya” (al-Baghdadi, Ushul al-Din, hal. 309).

Pendapat ini diperkuat oleh Imam Tajuddin al-Subki yang mengatakan: Wa huwa ya’nī madzhaba al-Asyā’irah, madzhabul muhadzitsīn qadīman wa hadītsan (Dan ia, yakni madzhab Asya’irah adalah madzhab para ahli haditsdari dulu dan sekarang”. (al-Subki, Thabaqat al-Syafi’iyyah al-Kubra, juz 4, hal. 32).

Informasi tersebut juga dapat dibaca dalam kitab Tadzkirah al-Huffazh karya Imam al-Dzahabi dan Tabaqat al-Huffadz karya Imam al-Suyuthi. Dalam kitab ini juga didapati selain ahli hadis banyak yang bermadzhab al-Asy’ari di bidang akidah, mereka juga bermadzhab Syafi’i dalam bidang fikih.

Dukungan dan legitimasi para ahli hadis terhadap madzhab al-Asy’ari menjadi kekuatan tersendiri. Sehingga madzhab al-Asyari kemudian diikuti oleh para sufi dan ahli fikih.

Imam Abu Hasan al-Asy’ari juga turut membantu pengikut Imam Ahmad bin Hanbal dalam menghalau mu’tazilah. Sejak tragedi yang disebut mihnah al-Qur’an di zaman imam Ahmad hingga generasi para pengikutnya, mu’tazilah menghegemoni sebagian pemikir.

Hingga tampil imam Abu Hasan al-Asy’ari menghalau mu’tazilah dengan logika-logika Kalam yang belum digunakan imam Ahmad. Keberhasilan Kalam imam Asy’ari ini disambut oleh pengikut madzhab Hanbali generasi awal dan para ahli hadis. Keberhasilan imam Abu Hasan al-Asy’ari menangkis logika-logika sesat mu’tazilah secara rasional itu menambah garansi para ahli hadis untuk diikuti.

Baca Juga:  Ikhwanul Muslimin dari Gerakan Dakwah Jadi Politik dan Sayapnya di Indonesia

Tercatat para ahli hadis yang bermadzhab Asy’ari banyak yang memberi sumbangan dalam penyusunan ilmu musthalah hadis. Pada awal abad ketiga hijriyah pembahasan ilmu musthalah hadis dan kaidah-kaidahnya belum tersusun rapi sistematis dalam satu naskah.

Baru pada tahun-tahun berikutnya Imam Ali bin al-Madini, guru imam al-Bukhari, disebut sebagai ulama yang pertama kali menyusun ilmu hadis secara sistematis (Musthafa Assiba’i, al-Hadis Sebagai Sumber Hukum Serta Latar Belakang Historisnya, hal. 172).

Kemudian tampil al-Hafidz Abu Bakar al-Khatib al-Baghdadi seorang ahli fikih, sejarah dan hadis bermadzhab Asy’ari. Beliau dicatat sebagai perintis dalam penulisan ilmu dirayah hadis (ilmu kritik hadis). Al-Baghdadi menyusun kaidah-kaidah rawi dalam kitabnya al-Kifayah fi ‘ilmi Riwayah. Kaidah-kaidah menerima dan menyampaikan hadis ditulis oleh al-Baghdadi dalam kitabnya berjudul al-Jami’ li Adabis Syaikhi wa al-Sami’.

Dua kitab ini merupakan kitab induk ilmu dirayah. Sebab, kitab-kitab tentang ilmu dirayah setelah generasi al-Baghdadi kebanyakan menginduk kepada al-Baghdadi ini (Muhammad Idrus Ramli, Madzhab al-Asy’ari Benarkah Ahlussunnah wal Jama’ah, hal. 133).

Ulama madzhab Asy’ari lainnya yang memberi kontribusi dalam ilmu hadis di antaranya al-Qadhi Iyadh al-Andalusi al-Maliki. Seorang ahli fikih, teologi, sastra dan qadhi di Andalusia. Kitabnya al-Syifa bi Ta’rifi Huquqi al-Musthafa, kitab tentang keagungan Rasulullah Saw, banyak mengutib pembesar madzhab al-Asy’ari yaitu al-Baqilani dan imam al-Haramain.

Karya ilmu hadisnya yang terkenal adalah al-Ilma’ ila Ma’rifati Ushul al-Riwayah wa Taqyid al-Sima’. Kitab ini merupakan karya tentang ilmu riwayah dengan menjadikan kitab al-Kifayah fi ‘ilmi Riwayahi yang ditulis oleh al-Khatib al-Baghdadi sebagai referensinya. Selain itu, terdapat karya kitab hadis lainnya yaitu; Tartib al-Madarik wa Taqrib al-Masalik, al-Ikmal fi Syarh Shahih Muslim, dan Syarh Hadis Umm Zar.

Setelah generasi Qadhi Iyadh dan Ibnu Shalah, terdapat karya ilmu hadis yang sistematis yaitu, Ikhtisharu Ulumi al-Hadis, ditulis oleh al-Hafidz Ibnu Katsir. Seorang mufassir yang pakar hadis bermadzhab Asy’ari.

Baca Juga:  Benci Tapi Rindu, Salafi Wahabi Masih Suka Nukil Kitab Ulama Asy'ariyyah

Dalam kitab Tafsirnya, kita dapati pendapatnya mengikuti metodologi tafwidh dan ta’wil. Kitab Ikhtisharu Ulumi al-Hadis disambut baik para ulama sebagai referensi mempelajari musthalah hadis. Kitab ini disyarh oleh Ahmad Muhammad Syakir dengan judul Alba’itsul Hadits.

Dalam bidang Jarh wa Ta’dil Ibnu Katsir menulis kitab berjudul al-Takmil fi Ma’rifati Tsiqat wa Dhu’afa wa Mahahil. Dalam ilmu jarh wa ta’dil Ibnu Katsir berpendapat bahwa untuk menetapkan cacat tidaknya seorang rawi diperlukan pencantuman argumentasinya. Argumentasi ini menurut Ibnu Katsir harus mengandung deskripsi latar belakang kehidupan rawi selengkapnya, sehingga setiap orang yang menganalisisnya menempatkan masalahnya dalam konteks yang tepat.

Karya ilmu musthalah Ibnu Katsir kemudian diteruskan oleh al-Hafidz Zainuddin al-Iraqi dalam kitabnya berjudul al-Fiyat al-Hadis, kitab musthalah hadis dalam bentuk nadzam (syair) sebanyak seribu bait.

Al-Hafidz Zainuddin al-Iraqi diakui sebagai ulama yang menguasai berbagai cabang ilmu hadits. Terutama dalam bidang takhrij hadits. Beliau lah yang berjasa mentakhrij hadits dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin. Karya hadis lainnya adalah; al-Taqyid wa Idhah lima Ubhima wa Ughliqa min Muqaddimat Ibn al-Shalah kitab berisi penjelasan terhadap kitab musthalah hadits karya Ibn Shalah (Muhammad Idrus Ramli, Madzhab al-Asy’ari Benarkah Ahlussunnah wal Jama’ah, hal. 133).

Imam al-Daruqutni al-Asy’ari juga disebut di antara jajaran pelopor ilmu Jarh wa Ta’dil. Al-Hafidz al-Imam al-Daruqutni menulis kitab hadis Sunan al-Daruquthni, al-‘Ilal dan al-Afrad. Kitab al-‘Ilal membahas tentang rawi-rawi yang dha’if. Kitab ini menjadi salah satu rujukan penting dalam ilmu jarh wa ta’dil.

Di jajaran perawi hadis kita juga mengenal Imam al-Baihaqi. Selain ahli hadis beliau ahli kalam. Metodologi kalamnya yang mengikut imam Asy’ari dapat dibaca dalam kitabnya berjudul al-I’tiqad wa al-Hidayah ila Sabil al-Rasyad dan al-Asma’ wa al-Sifat. Di dalam ilmu hadis, beliau menulis Takhrij Ahadits al-Umm, al-Sunan al-Kubra, Ma’rifat al-Sunan wa al-Atsar.

Baca Juga:  Kenali Ahlussunnah wal Jamaah Yang Asli, Agar Anda Tidak Tersesat

Selain itu terdapat Ibnu Hajar al-Asqalani, Imam al-Suyuthi dan Imam al-Nawawi, ulama madzhab al-Asy’ari yang karya hadisnya sangat dikenang oleh generasi ulama setelahnya.

Ibnu Hajar al-Asqalani bahkan dikenal dengan gelar Amir al-Mu’minin fi hadits, Imam al-Huffadz (pemimpin para ahli hadits) dan hafidz al-Dunya Muthlaqan (hafidz kaliber sedunia secara mutlak).

Imam Jalaluddin al-Suyuthi menulis karya hadits yang popular di kalangan ulama hingga kini yaitu, al-Jami’ al-Shaghir, Jam’ul Jawami’,dan Tadrib al-Rawi. Beliau mendapat gelar al-musnid, al-hafidz, al-ushuli dan lain-lain.

Sumbangan tak kalah pentingnya diberikan oleh Imam al-Hafidz al-Nawawi al-Asy’ari. Dalam bidang hadis beliu menyandang gelar agung al-hafidz al-auhad (hafidz satu-satunya). Kontribusinya dalam bidang hadis beliau menulis syarh (penjelas) Shahih Muslim, Syarh al-Bukhari, al-Adzkar, al-Arba’in al-Nawawiyah, al-Irsyad fi Ulumi al-Hadits, Taqrib wa al-Taisir. Kitab-kitab teresebut mendunia, digunakan oleh berbagai kalangan kelompok.

Selain yang disebut di atas, masih banyak lagi yang ikut berperan membangun dan mempelopori perkembangan ilmu hadis. Baik dalam bidang ilmu riwayah, dirayah dan jarh wa ta’dil. Atas jasa agung ini madzhab al-Asy’ari berabad-abad lamanya diikuti para ulama membangun ilmu pengetahuan dan peradaban Islam.

Source: KH. Kholili Hasib via Generasi Salaf

Redaksi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *