Benarkah Ada Obat Hati Yang Mampu Membersihkan Kotoran Jiwa?

Benarkah Ada Obat Hati Yang Mampu Membersihkan Kotoran Jiwa?

Pecihitam.org- Penyakit yang ada pada diri manusia tidak hanya merusak lahiriyahnya saja, tetapi juga ada penyakit yang dapat merusak batiniyah manusia. Riya, sum‘ah, ujub, takabur, hasud merupakan sejumlah penyakit hati, yang pernah disebutan orang-orang tua di zaman dahulu. Untuk obat hati, orang-orang tua di zaman dahulu membuat sejumlah formula untuk memulihkan kesehatan batin. Salah satunya Abu Ishak Ibrahim bin Ahmad Al-Khawash.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Pernyataan Syekh Ibrahim Al-Khawash ini kemudian diabadikan oleh Imam Al-Qusyairi dalam Risalah-nya sebagai berikut. “Salah satu ucapannya (Ibrahim Al-Khawash adalah, ‘Obat hati terdiri atas lima perkara, (1) membaca Al-Quran disertai perenungan, (2) mengatur pola makan agar perut tidak kenyang (bisa puasa atau cara lain), (3) bangun malam (tahajud, zikir, atau amal lainnya), (4) merendahkan diri di hadapan Allah pada akhir malam, (5) bergaul dengan orang-orang saleh.’ Hal ini disebutkan dalam Ar-Risalatul Qusyairiyah.”

Ketika mensyarahkan Minhajul Abidin karya Imam Al-Ghazali, Syekh Ihsan Muhammad Dahlan Jampes Kediri dalam Sirajut Thalibin jilid 2 mengutip pernyataan Syekh Ibrahim Al-Khawash. Rincian obat hati ini merupakan keterangan tambahan ketika Imam Al-Ghazali menjelaskan tawakal.

Baca Juga:  Keistimewaan Nabi Idris, Salah Satunya Ia Merupakan Orang Pertama yang Bisa Baca Tulis

Kalangan sufi meyakini bahwa lima hal ini dipercaya dapat merontokkan penyakit hati dari dalam batin seseorang. Seperti disebutkan di atas bahwa, dalam mengatasi penyakit hati satu sama lain dari lima hal di atas tadi akan saling membantu. Obat hati ini cukup efektif untuk menasihati manusia yang terjankiti penyakit batin karena lima hal ini menasihati manusia dalam waktu-waktu dan dalam kondisi-kondisi tertentu.

Saat manusia ditimpa cobaan, kebanyakan akan merasa marah dan merasa tidak adil kepada Tuhannya. Mereka bahkan akan merasa gelisah ketika menerima keadaan yang menimpa dirinya, seperti kemiskinan, kerugian, kehilangan barang, pangkat, kedudukan, kematian anggota keluarganya, dan lain-lain.

Namun, tidak demikian bagi orang yang mempunyai sifat ridha terhadap segala sesuatu yang memang telah ditakdirkan Allah SWT. Bahkan, mereka akan merasa gembira, sehingga dapat terhindar dari penyakit hati, seperti iri hati dan dengki terhadap orang lain, ataupun suuzan terhadap Allah SWT.

Baca Juga:  Cara Islam Mengatasi Kemiskinan Melalui Zakat, Infaq dan Shadaqah

Kata ridha berasal dari bahasa Arab,radhiya yang artinya senang hati atau rela. Menerima dengan senang hati atas segala sesuatu yang diberikan Allah SWT, baik berupa hukum maupun ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya, ini merupakan Ridha menurut syariah.

Ridha diartikan rela, suka, dan senang hati. Menurut bahasa, ridha adalah ketetapan hati untuk ma keputusan yang sudah ditetapkan. Semua keinginan dan harapan yang baik, merupakan akhir dari Ridha. Sementara, dalam buku Ensiklopedi Islam dijelaskan bahwa ridha adalah menerima segala yang terjadi dengan senang hati karena segala yang terjadi itu merupakan kehendak Allah SWT. Dengan kata lain, ridha adalah tidak menentang hukum dan ketentuan Allah SWT.

Dalam sebuah hadis qudsi disebutkan, “Barang siapa yang tidak ridha dengan qada (ketetapan) dan qadar (takdir)-Ku hendaklah ia mencari Tuhan selain daripada Aku.” (HR At-Tabrani).

Baca Juga:  5 Tips Sederhana Mengenai Hidup Sehat Cara Islam

Sejatinya, terdapat pengertian ridha yang lebih tinggi dari pengertian tersebut, yaitu ridha dalam arti gembira menerima segala keputusan Allah SWT. Pengertian ini sesuai dengan apa yang dikatakan Zunnun al-Misri bahwa ridha adalah kegembiraan hati dalam menghadapi takdir Allah SWT. Pendirian orang yang telah mencapai maqam ridha tidak akan terguncang oleh apa pun yang dihadapinya karena baginya segala yang terjadi di alam ini tidak lain adalah kekuasaan Allah SWT yang merupakan iradat (kehendak) Allah yang mutlak. Semua yang terjadi itu harus diterima oleh manusia dengan rasa tenang dan gembira karena itu adalah pilihan Allah SWT yang berarti pilihan yang terbaik.

Mochamad Ari Irawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *