Berbagai Cobaan Di Masa Kerasulan Nabi Muhammad

Berbagai Cobaan Di Masa Kerasulan Nabi Muhammad

Pecihitam.Org- Ketika Masa Kerasulan Nabi Muhammad SAW, di kalangan suku Quraisy terdapat persengketaan ketika bersama-sama membangun ka’bah yang rusak. Sengketa itu berawal dari penentuan siapa yang berhak meletakkan hajar aswad pada dinding ka’bah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ahirnya terdapat usulan, bahwa yang berhak meletakkannya adalah orang yang pertama masuk masjid (kompleks ka’bah) pertama kali esok pagi. Ternyata kemudian, bahwa Muhammad lah yang paling dulu. Melihat hal tersebut, semua orang pun tidak keberatan.

Akan tetapi Muhammad melakukan cara yang menenteramkan hati semua orang, yaitu dengan cara mengambil selembar kain yang dibentangkan, menaruh hajar aswad di atasnya dan meminta semua kepala suku bersama-sama mengangkatnya.

Dalam perjalanan hidupnya Muhammad selalu terjaga dari maksiyat, atau hal-hal yang tidak bermanfaat yang sering dilakukan anak-anak muda. Ia juga tidak percaya kepada berbagai berhala yang dipertuhankan oleh masyarakatnya. Ia juga berteman dengan orang-orang yang terhormat, dan berusaha mencari kebenaran yang hakiki.

Untuk itu ia sering bermeditasi. Tujuh tahun lamanya Muhammad sering mengunjungi gua Hira, untuk bermeditasi dan mencari petunjuk jalan yang lurus. Suatu hari di bulan Ramadlan 610 M ia didatangi malaikat Jibril yang menyuruhnya membaca. Kemudian disampaikanlah kepadanya wahyu yang pertama (surat al-‘Alaq 1-5). 

Sepulang dari gua Hira ia meminta Isterinya untuk menyelimutinya, karena ia begitu terkejut dengan peristiwa itu. Beberapa bulan kemudian ia didatangi kembali malaikat Jibril yang menyuruhnya bangun.

Sejak itu Muhammad mulai berdakwah secara tertutup, sampai datang perintah berdakwa secara terbuka (terang-terangan) (Surat Al-Hijr: 94). Misi kerasulan pertama kali disebarkan kepada keluarga terdekat. Kemudian kepada saudara-saudaranya juga pada sahabat-sahabat terdekatnya.

Baca Juga:  Kisah Kewalian Syekh Abdul Qadir al Jailani Dikalahkan oleh Seorang Perempuan

Secara perlahan, pengikutnya bertambah. Yang mula-mula sekali melangkahkan kakinya untuk masuk Islam adalah Abu Bakar As-Shidiq sekaligus menjadi pembantu Nabi dalam menyebarkan ajaran Islam. Melalui Abu Bakar masuklah Usman bin Affan ke dalam ajaran Islam, Talhah dan Sa’ad dll.

Dari kalangan wanita yang mula-mula masuk Islam adalah Khadijah, istri beliau sendiri yang paling dicintainya. Setelah itu segera Ali masuk Islam, dari golongan anak-anak yang berumur sekitar delapan tahun, beliau adalah anak Abu Thalib.

Sahabat-sahabat inilah yang membantu Rasulullah mengembangkan sayap-sayap ajaran-ajaran Islam. Hari berganti hari kaum muslimim pun bertambah besar. Yang mengikuti ajarannya cukup bervariasi, ada yang berasal dari keturunan yang lemah, ada juga yang berasal dari keturunan yang kaya.

Islam didakwakan kepada seluruh ummat manusia, meskipun dakwahnya ini banyak mendapat rintangan dan perlawanan dari suku Quraisy dan bangsa Arab umumnya. Nabi dan sahabatnya sering dihina, diancam, diserang fisik.

Namun kesabaran Nabi dalam menghadapi semua itu, justru menimbulkan jumlah pengikutnya semakin bertambah, walaupun pada akhirnya atas ijin Allah mengadakan hijrah ke Yasrib (Madinah) sebagai suatu strategi untuk menaklukkan bangsa Arab yang sombong di kemudian hari. (Syeh Mahmuddunnasir, 1994 : 124-125).

Di tengah-tengah kemelut yang berkembang, desakan kaum Quraisy semakin besar, Nabi ditinggal oleh istrinya tercinta, kemudian ia ditinggal oleh pamannya, Abu Thalib, yang selama hidupnya menjadi penopang utama dalam menyebarkan ajaran Islam.

Baca Juga:  Kisah Kedermawanan Qais bin Sa’d; Rela Berhutang Untuk Membantu Temannya

Jika diperhatikan secara teliti perjuangan Nabi Muahmmad Saw. Dalam menyebarkan agama Islam begitu banyak sekali ujian dari Tuhan. Beliau seperti tidak pernah diberi kesempatan mendapatkan kasih sayang dari orang-orang yang dicintainya. Juga seperti tidak pernah diberi kesempatan mendapat perlindungan orang-orang yang kuat.

Namun jika diperhatikan secara teliti, ini semua akan memberi arti bahwa, Nabi Muhammad disuruh hanya untuk mengoksentrasikan dirinya kepada Allah SWT. Allah menjadi pelindung dan pemelihara yang paling utama dan sekaligus sebagai tempat meminta pertolongan yang paling sempurna.

Karena gencarnya permusuhan dan siksaan terhadap pengikut Islam, maka pada tahun kelima dari kenabian, 15 orang (11 laki-laki dan 4 perempuan) melakukan hijrah ke Etiopia, yang kemudian disusul oleh kelompok-kelompok lain.

Di sini mereka diterima oleh Raja, namun kemudian rombongan ini pulang setelah mendengar kabar bohong bahwa bangsa Quraisy telah menerima Islam. Tekanan, boikot dan penyerangan terhadap kaum muslim terus berlanjut. 

Kemudian Muhammad kehilangan paman dan  istrinya Khadijah yang meninggal dunia pada tahun yang sama. Muhammad mencoba hijrah ke Thaif, tetapi tidak mendapat sambutan yang baik. Kemudian terjadilah peristiwa isra’ mi’raj, sebagai penghiburan dan meneguhkan hati Muhammad. Ia kemudian terus berdakwa pada orang-orang dari luar Makkah yang datang berhaji.

Hal ini menjadikan rombongan dari Madinah tertarik untuk bertemu dan mengundangnya ke sana.  Akhirnya Muhammad dan para pengikutnya hijrah ke Madinah (Yatsrib), pad atahun ke-13 dari kenabian. Ia menempuh perjalanan selama 7 hari dan harus bersembunyi dari kejaran kaum Quraisy yang hendak membunuhnya.

Baca Juga:  Inilah Alasan Kenapa Imam Abu Hanifah Tidak Pernah Tidur Malam Selama 40 Tahun

Di Madinah Muhammad membangun peradaban Islam, dan menyebarkannya ke seluruh penjuru dunia. Ia membentuk masyarakat madani, sebagaimana yang terkadung pada ajaran Islam. Ia mencontohkan segala ketentuan dalam al-Qur’an, ke dalam perilaku kehidupan peribadi dan masyarakat secara nyata. Ia meninggal pada hari Senin 12 Rabiul Awal 11 H, atau 8 Juni 632 Masehi.

Sebagai pemimpin agama dan Negara ia tidak meninggalkan kekayaan apa-apa yang berarti bagi anak dan keluarganya. Ajaran Muhammad memberikan kebebasan kepada umat manusia, dan menjadikan manusia sederajat antara yang satu dengan lainnya.

Orang yang selama ini mendapat tekanan dan ketidakadilan, berduyun-duyun memasuki Islam. Dan karena inilah suku Quraish yang berkuasa merasa kekuasaan dan pengaruhnya mulai dieliminir oleh pengaruh ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad. (Husien Haikal, 1993: 102-103).

Mochamad Ari Irawan