Adzan Berkumandang, Berbuka Dulu atau Sholat Dulu, Mana yang Lebih Utama?

berbuka dulu atau sholat dulu

Pecihitam.org – Buka puasa merupakan momen yang ditunggu-tunggu kebanyakan orang. Setelah menahan lapar dan dahaga sepanjang hari, tentu sedikit makan dan minum akan menyegarkan tubuh kita kembali. Namun yang sering menjadi permasalahan, waktu berbuka puasa berdekatan dengan waktu dilaksanakannya sholat maghrib. Sehingga banyak masyarakat yang bertanya-tanya, antara berbuka puasa dulu atau dengan sholat maghrib dulu? mana yang sebaiknya diutamakan?

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sholat maghrib merupakan sholat yang mempunyai waktu tersingkat diantara kelima sholat fardhu lainnya. Menurut Syihabuddin Abu Syuja’ Al-Ashfahani dijelaskan bahwa waktu sholat maghrib Waktunya hanya satu, dimulai saat matahari tenggelam. Lamanya sekadar adzan, berwudhu, menutup aurat, iqomah dan mengerjakan shalat 5 raka’at.

Namun di lain sisi, banyak hadits yang menyebutkan keutamaan penyegeraan berbuka puasa. Disebutkan bahwa menyegerakan berbuka termasuk kesunnahan yang mendapat limpahan pahala dari Allah swt. Kemudian hadits tersebut diikuti dengan anjuran untuk berbuka dengan sesuatu yang manis-manis.

Dua aspek yaitu berbuka dan sholat maghrib sama-sama mempunyai keutamaan yang besar. Apalagi keduanya dilakukan pada bulan suci Ramadlan, tentu pahala dan keutamaan yang didapatkan berlipat-lipat ganda.

Baca Juga:  Doa Tawasul: Pengertian, Etika dan Macam-macamnya

Maka dalam hal ini perlu kehati-hatian dalam menyikapi mana yang perlu didahulukan antara berbuka dulu atau sholat dulu. Jangan sampai kita lalai sehingga berakibat buruk pada tatanan keagamaan yang kita jalani.

Dalam hal ini kita harus pandai membaca kondisi dan situasi yang terjadi. Apabila kita merasa cukup waktu untuk mendahulukan makan atau minum kemudian baru melakukan sholat maghrib. Maka yang lebih dahulu dilakukan adalah berbuka puasa.

Namun apabila kita merasa khawatir akan sempitnya waktu sholat, sehingga apabila kita mendahulukan kegiatan lainnya waktu tersebut akan hilang, maka yang terlebih dahulu dilakukan adalah sholat maghrib.

Agama Islam tidak pernah memberatkan umatnya. Dia menempatlan kebebasan pada setiap umatnya. Dalam hal ini agama ingin umatnya secara bijak menyikapi problema yang ada. Agama ingin melatih jiwa kritis dan logis untuk bersikap bijaksana terhadap keadaan yang ada. Karena bagaimanapun juga, manusia dibekali akal pikiran untuk menganalisis suatu permasalahan.

Baca Juga:  Meluruskan Ust Wahabi Yazid Jawas yang Mendhaifkan Hadits Fadhilah Baca Yasin

Disini yang perlu digarisbawahi kita bisa mendapatkan keduanya bila bersikap bijaksana. Menurut penulis, seseorang bisa melakukan penyegeraan berbuka dengan memakan sedikit makanan dan meminum air putih.

Seperti yang dicontohkan Rasulullah saw, beliau memakan tiga kurma dengan tambahan air putih. Memakan kurma diikuti minum air putih tentu tidak banyak memakan waktu. Sehingga waktu sholat maghrib masih bisa terkejar dan bisa dilaksanakan.

Yang perlu dihindari adalah berlebihan saat berbuka. Sering terjadi aksi balas dendam dengan memakan dan meminum semua hidangan sehingga menyebabkan perut kekeyangan dan membutuhkan waktu yang cukup lama.

Pada akhirnya waktu sholat maghrib tidak bisa terkejar karena hanya dihabiskan untuk menyantap segala hidangan yang ada. Kita mendapatkan satu keutamaan namun meninggalkan keutamaan lain, yang mana keutamaan itu bersifat wajib untuk dilakukan.

ما ملأ آدميٌّ وعاءً شرًّا من بطن، بحسب ابن آدم أكلات يُقمن صلبَه، فإن كان لا محالة، فثُلثٌ لطعامه، وثلثٌ لشرابه، وثلثٌ لنفَسِه

Baca Juga:  Sucikah Benda Najis yang Terbasuh oleh Air Hujan? Berikut Penjelasannya

“Tiada tempat yang manusia isi yang lebih buruk ketimbang perut. Cukuplah bagi anak adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus (melebihinya) maka hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernapas.” (HR. Ahmad)

Maka inilah keindahan agama Islam. Dia mengajarkan keseimbangan pada umatnya. Tidak menyedikitkan namun juga tidak melakukan hal yang berlebihan. Semuanya diatur dengan begitu terperinci untuk kebaikan umatnya. Karena Allah adalah Tugan yang Maha Pengasih lagi Penyayang.

Muhammad Nur Faizi