Betulkah Laduni adalah Ilmu Sesat dari Setan Seperti Tuduhan Kaum Salafi?

Betulkah Laduni adalah Ilmu Sesat dari Setan Seperti Tuduhan Kaum Salafi?

PeciHitam.org – Keluasan kekuasaan Allah SWT termasuk kehendak Dia yang tidak terbatas atau sifat Iradah. Dalam Asmaul Husna disebut dengan Al-Jabbar, yang mana kehedak Allah SWT tidak terbatas oleh pengetahuan manusia. Termasuk memberi keutamaan dan ilmuNya langsung kepada hambaNya yang dicintai dan dikasihi.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Golongan ini adalah para Anbiya’, RosulNya dan WaliNya dengan keistimewaan diluar akan manusia. Walaupun tingkatan pengetahuan atau ilmu yang diberikan berbeda, keistimewaan ini benar adanya bagi mereka yang mengetahui.

Salah satu keistimewaan dari Allah SWT yang diberikan kepada hambaNya secara langsung adalah Ilmu Laduni. Pun demikian, Ulama salafi semisal Ustadz Yazid bin Abdul Jawwas menolak adanya Ilmu Laduni dan mengklaim sebagai Ilmu setan.

Benarkan demikian? Atau hanya sekedar cuapan ceramah saja yang beliau katakana/ berikut penjelasannya.

Ilmu Laduni, adakah?

Golongan salafi dalam beberapa kesempatan menolak penggunaan ra’yi atau logika dalam beragama. Namun anehnya mereka juga menolak adanya konsep Ilmu karunia dari Allah SWT secara langsung berupa Ilmu Laduni yang memang diluar Logika.

Kontradiksi ini mengindikasikan kerancuan pemikiran yang mereka anggap sebuah jalan sunnah. Mereka mengatakan bahwa Ilmu Laduni adalah Ilmu sesat dari setan yang Islam tidak ditemukan juntrungan sumbernya. Hadits Rasulullah SAW menyebutkan bahwa Ilmu bisa saja berasal dari sumber yang tidak diketahui manusia;

Baca Juga:  Memahami Ilmu Mauhibah atau Laduni Menurut Ulama

من عمل بما علم ورثه الله علم ما لم يعلم

Artinya; “Barang siapa yang melakukan amalan dengan ilmu, niscaya Allah akan menganugrahkannya  ilmu yang belum diketahuinya”

Model ilmu di atas adalah llmu Kasabi atau pengetahuan didapatkan dengan metode atau usaha tertentu untuk menggapainya. Disamping Ilmu yang diusahakan oleh manusia, Ilmu juga bisa berupa anugerah dari Allah SWT. Sebagaimana firmanNya;

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya; “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (Qs. An-Nahl: 78)

Dalam teori filsafat Ilmu diketahui bahwa indera adalah alat untuk mengungkap realitas ilmu duniawi. Pun diketahui bahwa sejak kelahiran bayi dari rahim, ia mampu melakukan kegiatan-kegiatan psikomotor tanpa manusia mengajarinya. Beberapa pendapat mengatakan bahwa demikian termasuk Ilmu Laduni.

Poinnya adalah, Ilmu yang dikaruniakan langsung dari Allah SWT kepada hambaNya yang terpilih adalah sebuah realitas dan benar adanya. Cuapan Ustadz Yazid bin Jawwas tidak lebih dari asumsi yang tidak mendekati kebenaran.

Baca Juga:  Mengapa Allah Mengutus Nabi Muhammad dari Bangsa Arab?

Ilmu Laduni, Anugerah kepada HambaNya

Pembagian Ilmu dan cara mendapatkannya memang tidak melulu menggunakan kasab atau usaha belajar. Jenjang pendidikan bertingkat bukan satu-satunya jalan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.

Jika demikian maka orang yang  paling pandai adalah orang yang  paling banyak memiliki gelar akademik. Namun realitasnya tidak demikian karena  banyak manusia yang  belajar dari kehidupan untuk menjadi pandai.

Bagi kekasih Allah SWT yang terpilih, ia bisa saja mendapatkan mukasyafah atau terbukanya tabir penyekat kepada pengatahuan. Karena dalam filsafat Islam dijelaskan bahwa kebodohan dan ilmu hanya dibatasi oleh tabir yang menutupi. Laksana kaca berdebu yang  menghalangi pantulan bayangan dari cermin agar terlihat jelas.

Kisah tervalid untuk menelisik eksistensi Ilmu Laduni adalah nyata tidak seperti pendapat Ustadz Yazid Jawwas adalah ayat al-Qur’an;

فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا

Artinya; “Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami” (Qs. Al-Kahfi: 65)

Bahwa kata Ilmu Laduni berasal dari kata ‘لَدُنَّا’ yang bermakna dari sisi Kami (Allah SWT) segala pengetahuan. Maka bisa saja seorang hamba memiliki Ilmu Laduni yang berasal dari bisikan Ilahiyah berupa Ilham atau lain sebagainya. Jika para Nabi mendapatkan wahyu langsung dari Allah, bisa saja hamba Allah terpilih mendapatkan bisikan Ilahiyah.

Namun tidak menyamai derajat ketinggian wahyu yang hanya menjadi kekhususan para Nabi dan Rasul. Jika saja Ustadz Yazid Jawwas menolak adanya Ilmu Laduni, barangkali kemudian hari ia menolak wahyu yang diberikan kepada Nabi dan Rasul. Ash-Shawabu Minallah

Mohammad Mufid Muwaffaq