Biografi Imam Al Baihaqi Al Hafidz Pembela Madzhab Syafii

biografi imam al baihaqi

Pecihitam.org – Beliau adalah al-imam al-Hafidz Abu Bakar Muhammad Bin al-Husain bin Ali bin Musa al-Khusrujardi al-Baihaqi atau lebih dikenal dengan nama Imam al-Baihaqi. Beliau lahir pada tahun 384 hijrah di bulan sya’ban di Khusrujard Baihaq. Baihaq sebenarnya adalah sekumpulan desa yang berada di kawasan provinsi Naisabur. Antara Baihaq dan Naisabur adalah jarak dua hari perjalanan dengan unta. Beliau adalah seorang imam di zamannya, pemilik karangan kitab yang bermutu.

Daftar Pembahasan:

Perjalanan Mencari Ilmu

Imam Al-Baihaqi hidup pada masa Daulah Al-Abbasiyah. Beliau mengembara mencari ilmu ke Khurasan, Iraq, dan Hijaz. Dalam kitab Siyar A’lam An-Nubala, Imam Adz-Dzahabi bercerita tentang perjalanan Imam Al-Baihaqi ketika berusia 15 tahun telah mendengar dari Abu al-Hasan Muhammad bin Al- Husain Al-Alawi, sahabat dari Abu Hamid bin Asy-Syarqi dan beliau adalah guru yang paling dahulu bagi Imam Al-Baihaqi.
Beliau menyemak secara langsung dari Abu Nu’aim Al-Isfarayini, sahabat Abu Uwanah dan meriwayatkan darinya secara ijazah mengenai jual beli. Beliau juga mendengar dari Imam Al-Hakim Abu Abdillah Al- Hafizh lalu memperbanyak riwayat darinya dan ia sangat bersungguh-sungguh dalam belajar kepadanya. Oleh karenanya Imam al Baihaqi menjadi ulama yang sangat terkenal.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ibnu As-Subki menceritakan proses pencarian ilmu yang ia lakukan sebagai berikut: “al-Baihaqi melakukan haji, lalu ia menuju Baghdad. Di sana ia berguru kepada Hilal Al-Haffar, Abu Al-Husain bin Busyran dan segolongan ulama lain. Selain belajar kepada ulam-ulama di Baghdad, ia juga belajar kepada ulama-ulama di Mekkah, seperti Abu Abdillah bin Nazhif dan ulama lain yang ada di Iraq, Hijaz dan Al-Jibal. Jika dihintung guru-gurunya lebih dari 100 orang. Hal ini tidak seperti yang dialami oleh Imam at-Tirmidzi, Imam An-Nasai dan Imam Ibnu Majah. Khusus dalam bidang fiqih, ia berguru kepada Nashir Al- Umari. Beliau menyusun karya-karyanya setelah menjadi ulama yang paling baik akalnya. Kitab- kitab karyanya mencapai 1000 juz.”

Para ulama meminta beliau berpindah dari Nahiyah ke Naisabur untuk mendengarkan kitabnya. Kemudian beliau mendatangi mereka pada tahun 441 hijrah dan mereka mendirikan majlis ta’lim untuk mendengarkan pengajian kitab al-Ma’rifah di mana majlis ini dihadiri oleh para ulama.

Baca Juga:  Biografi Imam Abu Dawud, Pengarang Kitab Sunan Abu Dawud

Beliau mengambil ilmu dari banyak ulama yang berbeda-beda antaranya al-Imam Abdul Hasan bin Muhammad al-Husain al-Alawiy y. Kemudiannya Abu Abdurrahman as-Sulamy, Abu Bakar bin Furak, Abu Ali ar-Rudzabari di Khurasan, Hilal bin Muhammad al-Haffar, Ibnu Bisyran dan sekelompok ulama Baghdad. Beliau juga pernah menduduki halaqah ulama yang lain dari ulama-ulama Mekkah, Kuffah.

Sanjungan Para Ulama Terhadapnya

  • Imam al-Haramain Abul Ma’aly berkata, “ Tidak ada dari pengikut Imam Syafii kecuali Imam Syafii memiliki anugerah selain Abu Bakar al- Baihaqi, sesungguhnya beliau memiliki anugerah di atas Syafii karena karangan-karangannya dalam menyebarkan mazdhabnya.
  • Abdul Ghafir mengatakan, “ Al-Baihaqi adalah orang yang menjelajah jejak para ulama, merasa puas sedikit dunia dan berhias diri dengan zuhud dan wira’i. Pada masa akhir hidupnya, ia kembali ke An-Nahiyah dan wafat di sana.”
  • Dalam kesempatan yang lain beliau mengatakan dalam Dzail Tarikh Naisabur, “ Abu Bakar Al- Baihaqi adalah seorang ahli fiqih, ahli hadits, ahli ushul, taat beragama dan wira’i, disamping itu, ia adalah orang nomor satu pada zamannya dalam hafalan dan orang yang melebihi temannya dalam kecedikkan dan telitian. Ia termasuk murid-murid besar al- Hakim dan melebihinya dengan berbagai bidang ilmu. Ia telah menulis hadits dan menghafalnya sejak dari kecil. Ia mempelajari ilmu fiqih dan ilmu ushul sampai menguasainya. Ia pergi menuju Iraq, Al-Jibal dan Hijaz. Setelah itu ia menyusun karya-karya yang jumlahnya mendekati 1000 juz, suatu hasil karya yang belum pernah dicapai orang sebelumnya.
  • Imam Adz-Dzahabi mengatakan, “Jika al- Baihaqi mengingatkan mazhabnya sendiri dengan jalan ijtihad,maka ia mampu kerana ilmunya yang luas dan pengahtahuanya yang mendalam. Oleh sebab itu, ia menguasai apa yang ada dalam kitab- kitab ulama yang sudah mendahuluinya. Aku tidak mengetahui seorang pun setelahnya mengumpulkan teks-teks seperti ia kumpulkan kerana ia telah menutup pintu itu bagi mereka.”
  • At- Taj As- Subki juga mengatakan. “Imam al-Baihaqi adalah salah satu imam kaum muslimin yang menunjukkan kebenaran bagi kaum mukmin dan mengajak ke jalan Allah. Beliau adalah seorang al- hafizd yang besar, ahli usul yang cerdas, zuhud wira’i sentiasa dengan Allah dan membela mazdhabnya.
Baca Juga:  Perjalanan Gus Dur Muda: dari Kairo, Baghdad hingga Eropa

Guru Dan Murid-Muridnya

Imam Adzahabi mengatakan; “Imam Al- Baihaqi mendengarkan hadits dari gurunya: Abu A-Hasan Muhammad bin al- Alawi, Abu Abdillah Al- Hakim, Abu Thahir bin Mahmasy, Abu Bakar bin Faurak, Abu Ali Araudzabari, Abdullah bin Yusuf bin Banawih, Abu Abdirrahman As-Silmi, sejumlahnya ulama di Khurasan, Hilal bin Muhammad Al- Haffar, Abu al- Husain bin Busyrah, Ibnu Ya’qub AAl-Iyadhi, sejumlahnya ulama di Baghdad, Al-Hasan bin Farras di Makkah, Jannah bin Nadzir dan sejumlahnya ulama di Kufah.”

Imam Adz- Dzahabi juga mengatakan; “ Diantara murid- muridnya Imam al Baihaqi adalah: Syaikh Al-Islam Abu Ismail Al-Anshari yang melalui ijazah, Ismail bin Ahmad (anaknya), Abu Al-Hasan Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad (cucunya), Abu Zakaria Yahya bin Mandah Al-Hafidz, Abu Al-Ma’ali Muhammad bin Ismail Al-Farisi, Abdul Jabbar bin Abdil Wahhab Ad Dahhan, Abdul Jabbar bin Muhammad bin Al- Khawari, Abul Hamid bin Muhammad Al- Khawari, Abu Bakar Abdullah bin Abdirrahman Al- Buhairi An- Naisabur yang meninggal pada tahun 540 Hijriyah dan sejumlah murid- murid beliau yang lain.”

Kitab-Kitab Karya Imam al Baihaqi

Diantara kitab- kitab beliau rahimahullah adalah sebagai berikut:

  1. Al- Ma’rifah fi As-Sunan wa Al- Atsar
  2. As- Sunan Al-Kubra
  3. As- Sunan wa Al- Atsar
  4. Al- Asma’wa Ash-Shifat
  5. Al- Mu’taqad
  6. Al- Ba’ts
  7. At- Targhib wa At- Tarhib
  8. Ad- Da’awat
  9. Az-Zuhd
  10. Al- Khalafiyat nushush Asy-Syafi’i
  11. Dala’il An- Nubuwwah
  12. As-sunan Ash- Shaghir
  13. Syu’ab Al- Iman
  14. Al-madkhol ila As-Sunan al-Adab
  15. Fadha’il Al- Auqat
  16. Al-Arba’in Al-Kubra
  17. Al-Arba’in Ash-Shughra
  18. Ar-Ru’yah
  19. Al-Isra
  20. Manaqib Asy-Syafi’i
  21. Manaqib Ahmad
  22. Fadha’il Ash-Shahabah dan kitab-kitab lain dari karya ilmiah beliau rahimahullah.
Baca Juga:  Ibnu Aththar, Seorang Ulama yang Dijuluki Nawawi Junior

Setelah menyebutkan sejumlah karya-karya Al- Baihaqi, As-Subki mengatakan: “Para cendekiawan yang melihatnya bersaksi bahawa tidak ada seorang dari para ulama yang sudah mendahuluinya yang dapat menandangi karya-karya tersebut.”

Kondisi Masyarakat dan Politik di Masanya

Imam al-Baihaqi tinggal di daerah wilayah Naisabur, diwilayah Khurasan (Afganistan), pada masa disintegrasi daulah Abbasiyyah. Ketika itu kaum muslim terpecah belah berdasarkan politik,fiqih dan pemikiran. Antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain berusaha saling menyalahkan dan menjatuhkan, sehingga mempermudah musuh dari luar yakni, bangsa Romawi, untuk mencerai-beraikan mereka.

Imam Al-Baihaqi hadir sebagai pribadi yang berkomitmen terhadap ajaran agama. Beliau memberikan teladan bagaimana seharusnya menerjemahkan ajaran-ajaran islam dalam perilaku keseharian.

Pada masa hidup al-Baihaqi, wilayah Khurasan dikuasai oleh Dinasti Ghaznawiyah (999 – 1040 M). Dinasti ini mempunyai peranan penting dalam melakukan Islamisasi pada benua India (Afganistan, India dan Pakistan) serta Transaxonia. Daulah Ghoznawiyah dibangun oleh Sebuktigin (366-387 H besamaan 976- 997 M) yang berpusat di daerah Ghazna disebelah selatan kota Kabul, Afganistan.

Wafat Imam al-Baihaqi

Imam terkemuka ini wafat di Naisabur, tanggal 10 Jumadil Awal 458 H (9 April 1066). Beliau lantas dibawa ke tanah kelahirannya dan dimakamkan di sana. Penduduk kota Baihaq berpendapat, bahawa kota merekalah yang lebih patut sebagai tempat peristirahatan terakhir seorang pecinta hadits dan fiqih, seperti Imam Baihaqi.

Sejumlah kitab penting lain telah menjadi peninggalannya yang tidak ternilai, yang antara lain:

  • Kitab As-Sunan Al-Kubra
  • Sheub Al-Iman
  • Tha La’il An Nabuwwa
  • Al-Asma wa As Sifat
  • Ma’rifat As Sunan cal Al Athaar
Arif Rahman Hakim
Sarung Batik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *