Biografi Singkat Imam Abu Hanifah, Pendiri Mazhab Hanafi

biografi imam abu hanifah

Pecihitam.org – Imam Abu Hanifah, pendiri mazhab Hanafi, adalah Abu Hanifah An-Nukman bin Tsabit bin Zufi At-Tamimi. Beliau masih mempunyai pertalian hubungan kekeluargaan dengan Imam Ali bin Abi Thalib ra. Imam Ali bahkan pernah berdoa bagi Tsabit, yakni agar Allah memberkahi keturunannya. Tak heran, jika kemudian dari keturunan Tsabit ini, muncul seorang’ ulama besar seperti Abu Hanifah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dilahirkan di Kufah pada tahun 150 H/ 699 M, pada masa pemerintahan Al-Qalid bin Abdul Malik, Imam Abu Hanifah selanjutnya menghabiskan masa kecil dan tumbuh menjadi dewasa di sana.

Sejak masih kanak-kanak, beliau telah mengkaji dan menghafal Al-Qur’an. Beliau dengan tekun senantiasa mengulang-ulang bacaannya, sehingga ayat-ayat suci tersebut tetap terjaga dengan baik dalam ingatannya, sekaiigus menjadikan beliau lebih mendalami makna yang dikandung ayat-ayat tersebut.

Dalam hal memperdalam pengetahuannya tentang Al-Qur’an beliau sempat berguru kepada Imam Asin, seorang ulama terkenal pada masa itu.

Baca Juga:  Mahmud Yunus Tokoh Pergerakan Pendidikan dan Literasi Islam Asal Melayu

Selain memperdalamn Al-Qur’an, beliau juga aktif mempelajari ilmu fiqih. Dalam hal ini kalangan sahabat Rasul, di antaranya kepada Anas bin Malik, Abdullah bin Aufa dan Abu Tufail Amir, dan lain sebagainya. Dari mereka, beliau juga mendalami ilmu hadis.

Keluarga Abu Hanifah sebenarnya adalah keluarga pedagang. Beliau sendiri sempat terlibat dalam usaha perdagangan, namun hanya sebentar sebelum beliau memusatkan perhatian pada soal-soal keilmuan.

Beliau juga dikenal sebagai orang yang sangat tekun dalam mempelajari ilmu. Sebagai gambaran, beliau pernah belajar fiqih kepada ulama yang paling terpandang pada masa itu, yakni Humad bin Abu Sulaiman, tidak kurang dari 18 tahun lamanya. Setelah gurunya wafat, Imam Abu Hanifah kemudian mulai mengajar di banyak majelis ilmu di Kufah.

Baca Juga:  Napak Tilas Perjuangan Dakwah Syekh Subakir di Tanah Jawa

Setelah sepuluh tahun sepeninggal gurunya, yakni pada tahun 130 H. beliau pergi meninggalkan Kufah menuju Makkah. Beliau tinggal beberapa tahun lamanya di sana, dan di tempat itu pula beliau bertemu dengan salah seorang murid Abdullah bin Abbas ra.

Semasa hidupnya, Imam Abu Hanifah dikenal sebagai seorang yang sangat dalam ilmunya, ahli zuhud, sangat tawadhu’, dan sangat teguh memegang ajaran agama. Beliau tidak tertarik képada jabatan-jabatan resmi kenegaraan, sehingga beliau pernah menolak tawaran sebagai hakim (Qadhi) yang ditawarkan oleh Al-Mansur. Konon, karena penolakannya itu beliau kemudian dipenjarakan hingga akhir hayatnya.

Imam Abu Hanifah wafat pada tahun 150 H/ 767 M, pada usia 70 tahun. Beliau dimakamkan di pekuburan Khizra. Pada tahun 450 H/ 1066 M, didirikanlah sebuah sekolah yang diberi nama jami’ Abu Hanifah.

Baca Juga:  Wahsyi bin Harb, Ia Tebus Dosa Membunuh Hamzah dengan Menghabisi Musailamah Al-Kadzdzab

Sepeninggal beliau, ajaran dan ilmunya tetap tersebar melalui murid-muridnya yang cukup banyak. Di antara murid-murid Abu Hanifah yang terkenal adalah Abu Yusuf, Abdullah bin Mubarak, Waki’ bin jarah Ibn Hasan Al-Syaibani, dan lain-lain.

Sedang di antara kitab-kitab Abu Hanifah adalah: Al-Musuan (kitab hadis, dikumpulkan oleh muridnya), Al-Makharij (buku ini dinisbahkan kepada Imam Abu Hanifah, diriwayatkan oleh Abu Yusuf), dan Fiqh Akbar (kitab fiqh yang lengkap).

Redaksi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *