Buya Syakur: Terjadi Pergeseran Fungsi Masjid, dari Pusat Peradaban Jadi Tempat Ujaran Kebencian

Buya Syakur

Pecihitam.org – KH Syakur Yasin (Buya Syakur), seorang ulama kharismatik dan masyhur asal Indramayu, angkat bicara soal fenomena banyaknya masjid yang pintu masuknya dikunci akhir-akhir ini. Hal itu membuat sebagian ulama dari kalangan Nahdlatul Ulama menjadi prihatin.

Pasalnya, fenomena tersebut seolah-olah menandakan telah terjadi pergeseran fungsi masjid dari yang tadinya sebagai pusat peradaban yang melayani umat, menjadi tempat yang diperebutkan antarsekte dan melancarkan ujaran kebencian sehingga membuat umat mejadi terpecah belah.

“Masjid bisa seperti itu karena ada suatu problem yang harus segera diselesaikan,” kata Buya Syakur, dikutip dari situs resmi NU, Selasa, 26 November 2019.

Menurut Buya Syakur, solusi supaya masjid tidak dikunci, tidak menjadi tempat penyebaran ujaran kebencian dan hal-hal negatif lainnya yaitu dengan mengembalikan fungsi masjid kepada fungsi sebagaimana yang telah digagas dan dipraktikan oleh Nabi Muhammad Saw.

Baca Juga:  Kerap Hina Pemerintah, Banser Tolak Gus Nur Isi Ceramah di Banyuwangi

Pada saat itu, kata dia, masjid berfungsi sebagai gedung serbaguna untuk kegiatan masyarakat, sehingga nilai kemanfaatannya benar-benar terlihat.  

“Faktor yang menyebabkan hal ini terjadi karena masjid hanya dipergunakan untuk ibadah yang bersifat ritual saja dan telah terjadi pengkerdilan terhadap masjid dengan cara sakralisasi masjid itu sendiri, seperti dikunci dan anak-anak dilarang bermain di masjid. Padahal substansinya terletak pada manfaatnya bukan pada kesakralannya,” ujarnya.

Ia pun mengatakan, masjid seharusnya menjadi pusat dari kegiatan-kegiatan yang bersifat universal, yaitu selain tempat menjalankan ibadah ritual, masjid juga menjadi tempat untuk pelakansaan kegiatan-kegiatan sosial, pengembangan intelektual dan ekonomi.

Buya Syakur juga mengungkapkan salah satu strategi yang harus dikembangkan supaya masjid menjadi tempat yang banyak diminati oleh semua kalangan dan dengan harapan pusat peradaban kembali lagi terwujud dari masjid.   

Baca Juga:  Buya Syakur: Takwa adalah Sikap Kehati-hatian

“Ke depan, masjid minimal lahannya harus satu hekatar, di sekitar areal masjidnya ada madrasah, Puskesmas, taman kanak-kanak, perpustakaan dan tempat olahraganya juga. Jadi semua kegiatan ada di masjid. Bahkan bila perlu pasang wifi dan wahana bermain anak supaya menarik perhatian mereka agar mau pergi ke masjid,” lanjutnya.

Menurutnya, walaupun masyarakat pergi ke masjid hanya sekadar untuk bermain saja, lama kelamaan mereka pun akan masuk ke dalam masjid dan merasakan kenyamanan, serta melakukan ibadah.​​​​​​​