Buya Yahya; Biografi, Perjalanan Keilmuan dan Strategi Dakwah

Buya Yahya; Biografi, Perjalanan Keilmuan dan Strategi Dakwah

PeciHitam.org – Siapa tak kenal dengan Buya Yahya? Ulama Khasmatik yang merupakan pengasuh Lembaga Pengembangan Da’wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah yang berpusat di Cirebon dan memiliki banyak followers di Sosial media.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sala satu media dakwah beliau di kanal YouTube dengan nama AL-BAHJAH TV dengan total subscriber per hari ini 1.91 juta dan beberapa sosial media lain dengan follower lebihd ari 20.000 per akun.

Nah, tak kenal maka tak sayang bukan? Untuk itu pada artikel ini kita akan membahas siapa sih Buya Yahya? Mulai dari biografi, sanad keilmuan hingga strategi dakwah yang beliau kembangkan.

Daftar Pembahasan:

Biografi Buya Yahya

Yahya Zainul Maarif atau lebih dikenal dengan sebutan Buya Yahya, merupakan Ulama kenamaan dengan segudang pengetahuan luas. Beliau juga seorang ulama yang bukan hanya tenar dan mempunyai retorika santun, akan tetapi juga memiliki sanad Ilmu yang lengkap.

Beliau merupakan putra asli dari daerah Blitar, Jawa Timur yang merantau dan mendirikan pesantren besar di Cirebon, Jawa Barat. Beliau lahir pada tanggal 10 Agustus 1973 dari ayah bernama Jamzuri dan Ibu bernama Uti. Sebuah nama singkat yang melahirkan seorang putra dengan kemampuan komplit.

Majelis tempat beliau mengajarkan Ilmu agama adalah Al-Bahjah yang berpusat  di Kelurahan Sendang Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon. Kedatangan Beliau ke daerah Cirebon pada 2005 adalah untuk memenuhi tugas dari gurunya Rektor Universitas Al-Ahgaff, Prof. Habib Abdullah bin Muhammad Baharun. Beliau ditugasi untuk memimpin Pesantren Persiapan bagi mahasiswa sebelum kuliah ke universitas Al-Ahgaff, Yaman.

Pertama-tama pesantren persiapan tersebut hanya sebuah ruangan disalah satu suduh Pondok Pesantren Nuurussidiq, Tuparev Cirebon. Disalah satu ruangan inilah, Beliau membuka pengajian kecil sambil menunggu instruksi Guru beliau untuk berdakwah lebih luas ke masyarakat. Pengajian ini berlangsung sampai pertengahan tahun 2006.

Sehingga pada penghujung 2006, Buya Yahya menghadap kepada Habib Abdullah bin Muhammad Baharun dan beliau mendapat izin untuk berdakwah kepada masyarakat luas.

Obyek dakwah beliau adalah musholla-musholla kecil disekitaran Cirebon, sampai beliau menjadi pengisi salah satu tajuk acara di Masjid At-Taqwa dekat alun-alun Cirebon. Masjid ini adalah masjid terbesar di Kabupaten Cirebon.

Baca Juga:  Buya Yahya Tanggapi Kabar Soal Kiamat pada 15 Ramadhan

Lambat laun majlis yang diasuh oleh Buya Yahya berkembang sampai ke Kota Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan. Kabupaten Indramayu bahkan masuk Area JABODETABEK.

Kemudian hari, majlis Beliau disemati nama “Al-Bahjah”. Nama ini juga menjadi nama resmi bagi Pesantren yang dirintis oleh beliau.

Perjalanan Ilmiah Buya Yahya

Perjalanan keilmuan beliau pada awalnya sama sebagaimana orang kebanyakan. Pedidikan sekolah dasar samapai menengah beliau habiskan di kota asala beliau, Blitar.

Disamping belajar formal, beliau juga mengenyam pendidikan di Madrasah Diniyah (sekolah sore) yang dipimpin oleh seorang guru yang soleh KH. Imron Mahbub di Blitar.

Setelah selesai dari pendidikan di kampung halaman, Beliau melanjutkan safari akademiknya di pesantren Darul Lughah Wa Dawah, Bangil Pasuruan atau sering disebut “Dalwa”. Pengasuh pesantren Dalwa pada saat itu adalah Habib Hasan Bin Ahmad Baharun.

Buya Yahya mesantren di Dalwa pada kurun waktu tahun 1988 hingga 1993. Menginjak tahun 1993 hingga 1996, beliau mengajar di pesantren  Dalwa sebagai masa khidmah Buya Yahya.

Lompatan perjalanan akademik Buya Yahya terjadi pada 1996, dengan beliau berangkat ke Universitas Al-Ahgaff, Hadramaut Yaman atas perindah pengasuh Dalwa.

Beliau menimba ilmu di Al-Ahgaff sampai tahun 2005. Di Universitas inilah beliau mengasah ilmu sangat banyak dari berbagai keilmuan dalam islam. Sanad-sanad keilmuan yang beliau tekuni antara lain fiqh, aqidah (Teologi), Ulumul Quran dan Ilmu Dasar Hadits. Beliau juga memperlajari Ilmu Hadits, Ushul Fiqh (dasar Kaidah Hukum Islam), Bahasa Arab (Ilmu Lughah).

Guru-guru Buya Yahya

Buya Yahya dalam mengambil keilmuan dari berbagai Ulama-ulama besar baik dalam dan luar negeri. Sebagai seorang santri yang tumbuh besar dari pesantren, beliau mempunyai istilah dalah menyebut guru spiritual.

Istilah beliau dalam menyebur guru spiritual adalah murabbi ruhi, bermakna pembimbing ruh. Beliau membedakan dua guru Murobbi, yang sangat mempengaruhi pemikiran Buya Yahya yaitu Habib Hasan bin Ahmad Baharun dan Habib Abdullah bin Muhammad Baharun.

Habib Hasan bin Ahmad Baharun adalah pengasuh Darul Lughah Wa Dawah Bangil Pasuruan. Dan Habib Abdullah bin Muhammad Baharun adalah Rektor Universitas Al-Ahgaff, Hadramaut Yaman.

Baca Juga:  Siapakah Sosok Abdullah bin Saba’, Tokoh Fiktif atau Nyata?

Sanad ilmu fiqh beliau ambil dari Ulama Hadramaut Syekh Fadhol Bafadhol, Syekh Muhammad Al Khotib, Syekh Muhammad Baudhon, dan Habib Ali Masyur Bin Hafidz. Buya Yahya belajar ilmu ini selama 9 tahun.

Keilmuan Fiqh, Aqidah (teologi), Ulumul Quran dan Istilah-istilah Hadits (Mustalahah Hadits) bersanad kepada Habib Salim Asy-Syatiri. Pada saat menimba Ilmu kepada Habib Salim, beliau tidak mukim (tinggal dipesantren) pada Rubath Habib Salim.

Akan tetapi Buya Yahya memiliki waktu khusus belajar pada Habib Salim pada waktu bada shalat Ashar sampai Isya. Setiap minggu beliau bertatap muka sebanyak 4 kali dalam seminggu selama hampir 2 tahun bertempat di Rubath Tarim.

Sanad Hadits dan ilmu hadits, beliau ambil dari Dr. Ismail Kadhim Al Aisawi. Dan sanada Ushul fiqihnya diambil dari guru beliau Dr. Mahmud Assulaimani dari Mesir Dr. Mahmud Assulaimani dari Mesir, Syekh Muhammad Al-Hafid Asy-Syingqithi, Syekh Muhammad Amin Asy-Syingqiti dan Syekh Abdullah Walad Aslam Asy-Syinqithi. Klan Asy-Syinqithi adalah sebuah keluarga bermadzhab Maliki dari Negara Mauritania.

Sanad Arabn Buya Yahya di ambil dari Syekh Muhammad Al-Hafid Assyingqiti dengan menamatkan kitab terakhir adalah Turah Uquduljuman dalam pembahasan ilmu balaghoh.

Turrah Lamiyatul Afal dalam Saraf (Ilmu Morfologi) Turah Alfiyah Ibnu Malik, gubahan dari Kitab Asli Alfiyah Ibnu Malik dengan 2800 syair, dalam Nahwu (gramatikal Arab).

Sanad muqaranatul Madzahib (Perbandingan Madzhab) Buya Yahya diambil diantaranya dari Prof. Dr. Ahmad Ali Toha Ar-Rayyan. Beliau seorang Ulama Maliki dari negara Mesir.

Buya Yahya sempat mengajar di Uniersitas Al-Ahgaff selama 3 tahun di Fakultas Tarbiyah dan Dirosah Islamiah (kajian Keislaman) pada kelas putri.

Selain beberapa sanad keilmuan beliau di atas, berikut sebagian besar guru yang mempengaruhi jalan pemikiran Buya Yahya;

  1. Habib Husin bin Soleh Al-Muhdlar, Bondowoso
  2. Habib Qosim Bin Ahmad Baharun, Bangil
  3. Habib Ahmad bin Husin Assegaf, Bangil.
  4. Ust Qoimuddin Abdullah, Bangil
  5. Habib Soleh bin ahmad Alidrus, Malang
  6. Habib Abdullah Maulahailah, Malang.
  7. Habib Muhammad Al-Haddad, Malang
  8. Ust Nasihin, Bangil.
  9. KH Imron Mahbub, guru masa kecil saat di Madrasah Dinniyah
Baca Juga:  Abu Nawas, Sufi Legendaris Sepanjang Zaman, Jangan Baca Nanti Tertawa!

Selain sanad ilmu yang beliau dapatkan di Nusantara, belliau juga menimba ilmu di luar negeri, khususnya dari Yaman. Antara lain guru beliau adalah

  1. Habib Abdullah Baharun, Yaman
  2. Habib Idrus bin Umar Alkaf, Tarim,Yaman
  3. Syekh Fadhol Bafadhol, Tarim,Yaman
  4. Syekh Muhammad Al Khotib, Tarim,Yaman
  5. Syekh Muhammad Baudhon, Tarim, Yaman
  6. Habib Ali Masyur bin Hafidz, Tarim,Yaman
  7. Ismail Kadhim Al-Aisawi, Iraq.
  8. Habib Salim Asy-Syathri Tarim,Yaman
  9. Dr. Ahmad Ali Toha Ar-Rayyan dari Mesir

Strategi Dakwah di Indonesia

Strategi dakwah yang digunakan oleh Buya Yahya adalah bertahap dari perkenalan orang-orang dekat dan meluas kepada Khalayak. Pada tahap perkenalan, Buya Yahya bersilaturrahmi ke musholla-musholla dan masjid-masjid, supaya masyarakat mengenal beliau.

Bersamaan pada tahun 2006 selama satu tahun, Buya Yahya pernah berjuang di stasiun radio Islami Salma 100.4 FM yang saat itu Buya Yahya mendapatkan kepercayaan sebagai direktur operasional radio tersebut.

Beliau membuat program dakwah lewat radio dengan membuat Pesantren Udara dengan memadatkan acara radio dengan pengajian-pengajian. Jalan dakwah lainnya adalah menggunakan media cetak.

Buya Yahya mengasuh rubrik tanya jawab di koran harian umum Kabar Cirebon. Bahkan sampai saat ini juga masih aktif mengasuh rubrik tanya jawab Agama disebuah majalah Islami Al-Basyirah yang terbit di Jawa Timur.

Penggunaan media Televisi juga beliau gunakan dengan mengisi program acara “Titian Qolbu” pada stasiun TV One. Dan pada setiap malam Jumat beliau masih aktif mengisi acara “Hidup Indah Bersama Buya Yahya” pada stasiun Cirebon-TV.

Mohammad Mufid Muwaffaq