Cara Memperbaiki Kualitas Diri Menurut Para Ulama

Cara Memperbaiki Kualitas Diri Menurut Para Ulama

PeciHitam.org – perihal cara memperbaiki kualitas diri, pastinya semua orang ingin dirinya lebih baik kedepannya. Tapi apakah sudah benar langkah-langkah yang diambil untuk memperbaiki diri?

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

قَالَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ إِنَّ اللهَ قَسَمَ بَيْنَكُمُ الْأَخْلَاقَ كَمَا قَسَمَ بَيْنَكُمُ الْاَرْزَاقَ 

Artinya: “Sebagian ulama ahli hikmah berkata, ‘Sesungguhnya Allah membagi-bagi akhlak kalian sebagaimana Ia membagikan rezeki kepada kalian’.”

Secara material, ada orang yang diberikan rezeki melimpah ruah, serba kecukupan; ada pula yang sederhana, tak begitu banyak. Demikian pula akhlak. Ada orang yang diberi anugerah oleh Allah mempunyai akhlak yang sangat bagus, menjadi orang yang shalih. Ada juga yang akhlaknya lumayan bagus. Dan ada pula yang kurang punya adab.

salah satu cara memperbaiki kualitas diri ialah kita introspeksi diri kita masing-masing, kita termasuk golongan orang yang mana? Sayyidina Umar ibn Khattab mengatakan:

حَاسِبُوْا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا 

Artinya: “Introspeksilah pribadi kalian masing-masing sebelum kalian dihisab pada hari kiamat nanti.”

Maksudnya Sayyidina Umar disini supaya kita tidak suka mengoreksi pribadi orang lain. Namun kita koreksi pribadi kita masing-masing. Ar-Rafi’i berkata:

مَنْ شَغَلَهُ بِعُيُوْبِ النَّاسِ، كَثُرَتْ عُيُوْبُهُ وَهُوَ لاَ يَدْرِيْ

Artinya: “Barangsiapa sibuk mencari kekurangan orang lain, cacat pribadinya akan menumpuk banyak sedangkan ia sendiri tidak mengetahui.”

Adapun pepatah yang mengatakan, “Semut di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tidak terlihat.” Menggambarkan bagaimana orang yang suka mencari kesalahan orang lain namun lupa mengoreksi dirinya sendiri.

Baca Juga:  3 Tingkatan Ikhlas Menurut Syekh Nawawi Banten

Agar kita menjadi orang baik, salah satu caranya adalah melalui berteman dengan orang-orang baik. Ciri-ciri orang yang baik adalah orang yang jika kita semakin mendekat, semakin hari semakin dekat, saat itu pula akan semakin tampak kebaikan-kebaikan yang terkuak, berarti orang yang demikian adalah orang baik.

Sebaliknya, apabila kita berteman dengan seseorang, semakin hari semakin lama semakin tampak keburukan-keburukan yang ia lakukan, berarti orang yang mempunyai tipe seperti ini adalah orang yang buruk.

Di antara cara kita untuk menyeleksi teman itu termasuk baik atau tidak adalah dengan cara melihat siapa saja teman yang ia kumpuli. Jika kita melihat teman-teman orang tersebut ialah orang-orang yang baik, setidaknya kita bisa menilai secara umum bahwa orang itu adalah orang baik.

Sebaliknya, jika perkumpulannya adalah orang-orang buruk, suka minuman keras, narkoba dan lain sebagainya, secara umum ia masuk kategori mereka. Adapun orang-orang khusus yang dalam rangka dakwah atau misi-misi tertentu, itu adalah pengecualian.

Dalam sebuah syair dikatakan:

عَنِ الْمَرْءِ لاَ تَسْأَلْ وَسَلْ عَنْ قَرِيْنِهِ  #  فَكُلُّ قَرِيْنٍ بِالْمُقَارَنِ يَهْتَدِيْ

Artinya: “Jangan menanyakan tentang profil seseorang secara langsung. Tanyakan saja bagaimana profil kawan-kawannya. Sebab setiap teman akan selalu mengekor kepada sikap orang yang ditemani.”

Ada sebuah ilmu yang membahas tentang hipnotis. Hipnotis yang kita kenal bisa memasuki alam bawah sadar tersebut bentuknya beraneka ragam. Ada yang melalui tangan, gerakan, maupun perkataan.

Baca Juga:  Orang Fakir Bisa Masuk Surga Lebih Dulu daripada Orang Kaya, Ini Syaratnya

Ada iklan satu produk yang diiklan di televisi dengan diulang-ulang bisa jadi sampai 100 kali sehari. Tujuannya apa? Kalau hanya mengenalkan satu produk, cukup sekali atau lima kali tayang sudah cukup. Namun bukan begitu tujuannya. Ia mempunyai tujuan menghipnotis.

Memasukkan satu produk ke dalam alam bawah sadar kita dengan cara disampaikan melalui audio visual secara masif, berulang-ulang. Dengan begitu, jika sudah tertanam, penonton akan membeli produk sesuai perintah alam bawah sadarnya.

Begitu pula orang berteman. Orang yang berteman atau mempunyai lingkungan baik, karena kebaikan selalu diulang secara terus menerus di depan mata baik siang maupun malam, secara otomatis alam bawah sadar seseorang akan memerintahkan kebaikan.

Begitu pula orang yang kumpulnya dengan preman yang suka berkelahi, biasa bergumul dengan tetangga yang suka ngerumpi, senang menonton sinetron yang isinya pacaran, berkelahi, KDRT, dan lain sebagainya, jika hal ini berkesinambungan secara terus menerus, akan merusak kepribadian seseorang.

Oleh karena itu, Nabi Ibrahim sampai meninggalkan istrinya Hajar dan Ismail di samping Ka’bah. Nabi Ibrahim meninggalkan mereka untuk menuju Palestina karena wahyu dari Allah. Nabi Ibrahim tega meninggalkan mereka di lembah nan tandus, tidak ada sumber mata air dan tumbuh-tumbuhan.

Tekad Ibrahim sangat kuat. Hanya ada satu alasan meninggalkan mereka di situ, yaitu di lembah yang berada di sisi Baitul Haram, di samping Ka’bah yang mulia. Sehingga harapan Ibrahim adalah karena dekat Ka’bah, nantinya mereka rajin melakukan ibadah kepada Allah berupa shalat.

Baca Juga:  5 Amalan Berbakti Kepada Orang Tua Menurut al-Quran dan Hadits

Dalam Al-Quran disebutkan doa Ibrahim:

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ 

Artinya: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami menempatkan keturunan kami di sebuah lembah yang tandus, tidak ada tanaman di samping Baitul Haram. Tuhan kami supaya mereka menunaikan shalat. Jadikan hati-hati manusia ingin mendatangi mereka. Berilah mereke rezeki supaya mereka bersyukur. (QS Ibrahim: 37)

Dengan demikian, sudah semestinya kita membangun komunitas-komunitas, pertemanan-pertemanan kita dengan komunitas dan pertemanan yang isinya orang-orang baik. Supaya kita bisa ikut-ikutan berubah menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya.

Mohammad Mufid Muwaffaq

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *