Cerita Gus Baha’ Tentang Ekstremis yang Bertemu dengan Kiai Alim

Cerita Gus Baha’ Tentang Ekstremis yang Bertemu dengan Kiai Alim

Suatu waktu Gus Baha’, kiai muda Nahdlatul Ulama’ (NU) yang sedang digemari oleh seantero kalangan nahdliyin itu bercerita bahwa suatu ketika ada seorang ekstremis bertemu kiai (ulama’) yang alim. Konteksnya saat itu adalah ada seseorang muslim yang sedang melakukan maksiat (ahli maksiyat).

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Menangggapi peristiwa tersebut, di mana ada seorang muslim yang melakukan maksiat tersebut. Seorang ekstremis tersebut lantas bilang dengan nada keras “Sebaiknya, orang-orang yang seperti itu (ahli maksiyat) akan saya bom.. saya bunuh…”

Lantas kiai alim yang cerdas tersebut menimpali dengan pertanyaan cerdas “Lantas orang ahlul maksiyat yang kamu bunuh dan kamu bom tersebut, setelah mati mereka perginya ke mana?” ujar kiai alim tersebut.

Kemudian seorang ekstremis tersebut menjawabnya dengan tegas dan percaya diri lagi “Ia akan masuk ke neraka, karena ia melakukan maksiyat”.

Kiai yang alim ini memang benar-benar cerdas, ia menimpali dengan pertanyaan kritis “Lantas, apakah perlakuan demikian itu yang diharapkan oleh Rasulullah Saw?”. Benar saja, pertanyaan kritis tersebut membikin ragu si ekstremis atas pernyataannya tadi.

Baca Juga:  Gus Baha’ dan Metode Berdakwah dengan Guyonan Santai

Tentu saja, Rasulullah Saw walaupun ada salah seorang umatnya yang melakukan kemaksiyatan, tidak lantas langsung diekseksusi dan dibunuh. Rasulullah Saw selalu berharap bahwa sebesar apapun dosa umatnya, Rasul selalu mendoakan supaya para umat tersebut untuk diberikan hidayah oleh Allah Swt supaya dapat bertaubat.

Dari kisah tersebut, sangat nampak sekali bahwa apa yang hilang dari cara berislam ala kaum ekstremis tersebut, yakni akhlak dan welas asih (kasih sayang) yang sebagaimana diteladankan oleh Rasulullah Saw. Kaum ekstremis mudah saja memberikan vonis kepada orang yang bersalah. Mereka terburu-buru menghakimi orang lain yang sedang tersesat keimanannya.

Padahal, Rasulullah Saw sendiri dengan sifat kasih sayangnya terhadap umatnya selalu memberikan kesempatan kepada umat yang melakukan dosa untuk bertaubat.

Ada kisah terkait masalah ini. Suatu ketika sahabat sangat kesal dengan salah satu tokoh kaum kafir Quraisy yang sangat angkuh dan susah untuk menerima dakwah Islam. Sang sahabat tersebut sudah begitu emosi ingin membunuh si kafir Quraisy tersebut.

Baca Juga:  Mengenal Pemikiran Al Kindi dalam Memadukan Filsafat dan Agama

Tetapi keinginan sahabat tersebut justru dilarang oleh Rasulullah Saw. Menurut Rasul, jika si kafir Quraisy tidak mau untuk masuk Islam, kita doakan saja supaya anaknya ataupun cucunya dapat menerima ajaran Islam.

Dalam kisah lain, pernah diceritakan bahwa ketika Rasulullah sedang keluar rumah untuk pergi ke masjid. Rasulullah melewati rumah salah seorang kafir Quraisy. Di sana Rasulullah selalu dilempari oleh kotoran Onta. Bahkan tidak hanya sekali dua kali. Hampir setiap hari perlakuan tersebut diterima Rasul.

Rasul tak pernah membalas ataupun marah dengan orang tersebut. Rasulullah hanya sabar saja. Hingga suatu waktu ketika melewati rumah tersebut lagi, Rasul tiba-tiba merasa heran. Di mana orang yang selama ini melemparinya dengan kotoran Onta.

Baca Juga:  Keutamaan Ibu dalam Islam yang Wajib Kita Ketahui

Ternyata orang tersebut sedang sakit. Ketika Rasul tahu bahwa orang yang mendzaliminya tersebut sakit, lantas Rasul malah datang ke rumahnya untuk menjenguk. Rasul sama sekali tidak menaruh dendam di dalam hatinya tak ada kebencian. Justru dari sikap Rasul tersebutlah, si kafir Quraisy tersebut malah terharu dan lantas masuk Islam.

Menyimak kisah tentang akhlak Rasulullah Saw dan seorang ekstrimis bertemu kiai yang dijelaskan dalam cerita Gus Baha’ memberikan pemahaman kepada kita bahwa pentingnya sikap ramah dan bersabar dalam berdakwah.

Jangan seperti model dakwah seorang ekstremis yang mudah menghakimi dan main mutlak-mutlakan. Berdakwah yang diteladankan oleh Rasul harus dilakukan dengan sabar dan ramah. Wallahua’lam.