Ciri Ulama Akhirat Menurut Imam Abu Hamid al Ghazali

ciri ulama akhirat

Pecihitam.org – Sebagai orang awam, sudah sepatutnya kita butuh bimbingan ulama untuk menuntun ilmu agama. Namun perlu kita ketahui bahwa tidak semua ulama itu bisa menuntun kepada kebaikan. Menurut Imam al Ghazali dalam kitabnya bahwa ulama dibagi menjadi dua, yaitu ulama akhirat dan ulama dunia (su’), dengan membaca ciri-cirinya. Imam Ghazali mengaitkan ciri ulama akhirat dengan surat Ali Imaran ayat 199:

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

وَ إِنَّ مِنْ أَهْلِ الْكِتبِ لَمَنْ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَ ماَ أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَ ماَ أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ خشِعِيْنَ للهِ لاَ يَشْتَرُونَ بِئآيتِ اللهِ ثَمَناً قَلِيْلاً أُولئِكَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ إِنَّ اللهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ

“dan sesungguhnya diantara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan pada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada ALlah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka mendapatkan pahala disis Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitunganNya (QS. Ali Imran:199).

Adapun ciri ulama akhirat menurut imam Ghazali ialah;

Pertama, tidak mencari kemegahan dunia dengan menjual ilmunya dan tidak memperdagangkan ilmunya untuk kepentingan dunia juga, seperti yang tercantum dalam surat Ali Imran ayat 199. Bahwa Allah tidak akan ridho apabila firmannya ditukarkan dengan harta.

Kedua, konsekuen dalam hal perkataan, dalam arti apa yang ia kerjakan, perilaku yang ia perlihatkan sesuai dengan apa yang ia bicarakan, dan tidak melempar batu semunyi tangan artinya dia akan menyuruh orang lain berbuat baik, namun ketika dia juga sudah melakukan perbuatan tersebut terlebih dahulu. Dalam surat Al-Baqoroh ayat 44 Allah Swt berfirman:

Baca Juga:  Berilmu Tapi Tak Diamalkan, Beramal Tapi Tak Didasari Ilmu

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَ تَنْسَونَ أَنْفُسَكُمْ وَ أَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتبَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ

“Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebaktian, sedang kamu melupakan kewajibanmu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat)? maka tidakkah kamu berpikir?.” (Al-Baqarah: 44)

Ketiga, mengamalkan ilmunya untuk kepentingan akhirat, selalu mendalami ilmu yang dimana apabila dia larut didalamnya akan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjauhkan perbauatan yang sia-sia. Ulama akhirat juga akan mengejar kehidupan dengan mengamalkan ilmunya. Menjauhkan diri dari penguasa yang memiliki sifat buruk atau jahat.

Keempat, tidak akan gegabah mengeluarkan fatwa, mereka akan mencarinya di dalam Al-Qur’an maupun hadits juga kitab-kitab yang dia miliki untuk dikaji dan dimutholaah kembali baru memantapkan diri dengan jawaban yang telah didapatkannya baru mengeluarkan jawabannya.

Kelima, senang terhadap ilmu yang akan semakin mendekatkan diri kepada Allah dan membuatnya semakin sayang dan cinta kepada-Nya. Hingga ia akan berusaha sekuat-kuatnya untuk mencapai derajat haqqul yaqin.

Keenam, senantiasa rendah hati dan merasa kecil dihadapan Allah, memiliki hidup yang sederhana tidak berlebihan, memiliki akhlak yang mulia terhadap ALlah maupun sesama. Memiliki ilmu yang berpangkal dalam hati. Bukan hanya diatas kitab dan ia hanya menjalankan pada hal-hal yang telah diajarkan oleh Rasulullah.

Baca Juga:  Islam antara Agama dan Budaya

Sedangkan ulama dunia ialah mereka yang mempergunakan ilmu pengetahuan yang dia miliki untuk kepentingan dirinya atau hanya untuk kesenangan hidupnya, dimana ilmu yang ia miliki hanya dia jadikan batu loncatan atau bahkan jembatan menuju derajat atau pangkat tertentu.

Menurut Imam Ghazali ulama dunia telah Allah gambarkan dalam firmannya surat ALi Imran ayat 187:

وَ إِذْ أَخَذَ اللهُ مِيْثقَ الَّذِيْنَ أُوتُوا الْكِتَابَ لِتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَ لاَ تَكْتُمُونَهُ فَنَبَذُوهُ وَ رآءَ ظُهُورِهِمْ وَ اشْتَرَوا بِهِ ثَمَناً قَلَيْلاً فَبِئْسَ ماَ يَشْتَرُونَ

“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): “Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya,” lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima.” (QS, Ali Imran (3): 187)

Setiap ulama yang diidealkan dalam Al-Qur’an bukan hanya sebagai citra orang yang berilmu saja, melainkan manusia yang memiliki moral atau akhlak, sehingga ulama yang baik ialah mereka yang tidak hanya memiliki ilmu saja, namun memiliki rasa tanggung jawab dengan ilmu yang dia miliki, bukan untuk menyombongkan diri.

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْماً لِغَيْرِ اللهِ أَو أَرَادَ بِهِ غَيْرَ اللهِ فَلْيَتَبَوَّءْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

Baca Juga:  Diam Itu Emas; Perhiasan bagi Orang Alim dan Tirai Penutup Kebodohan

“Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu hukum karena Allah, dan tidak mencarinya melainkan bukan karena Allah, maka Allah akan menempatkan ke dalam neraka.” (HR. Tirmidzi)

Di dalam Kitab karya Syekh Abu Bakar Muhammad Al-Ghazali bahwa ulama dunia memiliki ciri sebagai berikut: Ulama yang didalam fikirannya hanyalah urusan dunia saja sebagaimana Islam telah melarangnya, kemudian dia tidak memiliki rasa syukur sehingga apa yang Allah berikan seolah-olah tidak cukup. Dan fikiran yang materialistis senantiasa mengendalikan jiwa dan raganya hingga kehidupan akhirat lenyap dari fikirannya.

مَنْ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ لِيُجَارِيْ بِهِ العلم أَو يُمَارِي بِهِ السُّفَهَاء أَو يُصْرَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللهُ النَّارَ

“Barangsiapa yang mempelajari ilmu untuk membanggakan diri di hadapan para ulama, atau mendebat orang-orang yang bodoh, atau mengalihkan pandangan manusia kepada dirinya, maka Allah akan memasukan dia ke nereka.” (HR. Tirmidzi).

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik