Fitnah Pada Masa Sahabat Utsman dan Berbahayanya Hoax Bagi Manusia

Fitnah Pada Masa Sahabat Utsman dan Berbahanya Hoax Bagi Manusia

PeciHitam.org – Utsman bin Affan khalifah ke-3 Khulafaur Rasyidin yang berpusat di Madinah Al-Munawwarah. Beliau dikenal sebagai sahabat yang sangat kaya raya lagi demawan. Kisah kedermawanan beliau tergambar dalam kisah menyumbang harta senilai 75,6 Milar untuk bekal perang Tabuk.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kederamawanan beliau juga diketahui luas ketika Utsman membeli Sumur Raumah yang kemudian terkenal dengan biru Utsman (sumur Utsman) dari orang Yahudi sebesar 35.000 Dirham (sekitar 13 M). Peran Utsman untuk dakwah Islam tidaklah kaleng-kaleng Khong Ghuan isi Rengginang.

Peran dan jasa besar serta kedudukan Utsman bin Affan dalam islam menjadi alasan kuat beliau diangkat menjadi Khalifah dalam usia yang sudah lanjut.

Pengangkatan Utsman sebagai Khalifah banyak tidak disukai karena beliau dalam masa akhir pemerintahannya banyak dipengaruhi keluarga, Klan Bani Umayyah.

Isu pencopotan Amru bin Ash yang diangkat Umar bin Khattab dan mengangkat Abdullah bin Saad yang notabene keluarga Utsman menimbulkan fitnah besar.

Fitnah pada masa Utsman RA ini juga diperparah dengan munculnya Hoax Creater, pencipta Kabar Bohong dan menghasut kaum Muslim untuk memberontak kepada Utsman.

Kekacauan dalam Islam dan fitnah pada masa Utsman RA menjadikan beliau syahid. Kisah perseteruan dan fitnah Utsman menjadi pelajaran bahwa Hoaks adalah musuh bersama umat Islam.

Daftar Pembahasan:

Fitnah Pada Masa Khalifah Utsman

Utsman bin Affan menjadi Khalifah menggantikan kedudukan Umar bin Khattab yang wafat sebagai Khalifah dalam usia yang sudah tidak lagi muda.

Beliau menjadi Khalifah Islam saat berumur sekitar 65 tahun, sebuah umur yang sudah tidak muda.

Masa pemerintahan beliau  banyak diwarnai ketidak-percayaan kepada beliau atas kasus pembunuhan Umar bin Khattab. Ketidak puasan tersebut juga didorong penunjukan Gubernur dibawah wilayah Islam banyak dari kalangan keluarga Utsman yaitu keluarga Bani Umayyah.

Ketidak puasan ini tersebut diperparah dengan adanya provokator bernama Abdullah bin Saba yang ikut memanaskan keadaan. Para sahabat dibenturkan dengan sahabat lainnya, menjadikan Sahabat membuat kubu-kubu politik.

Banyak utusan rombongan dari Mesir, Irak, Kufah dan Bashrah menuju Madinah untuk menekan Utsman mengganti Gubernurnya.

Abdullah bin Saba adalah seorang Yahudi yang pura-pura masuk Islam dengan tujuan menghancurkannya. Pembenturan sahabat dengan sahabat lainnya dilakukan Abdullah bin Saba dengan menyebar fitnah, hoaks berita bohong kepada penduduk Hijaz.

Baca Juga:  Islam Terpecah Menjadi 4 Golongan pada Masa Ali bin Thalib, Selain Syiah Apa Saja?

Setelah dari Hijaz, ia berpindah ke Irak, Bashrah dan Mesir. Ketika Khalifah Utsman bin Affan mengganti Abu Musa Al-Asyari, ia memprovokasi penduduk Irak untuk menolak kebijakan Utsman. Ketika diketahui bahwa Abdullah bin Saba yang mengawali, ia diusir dari Irak.

Dari Irak ia menuju Mesir dengan memprovokasi orang Mesir karena terjadi pencopotan Amru bin Ash dengan Abdullah bin Saad, seorang dari keluarga Bani Umayyah. Akhirnya orang Mesir dengan dipimpin Muhammad bin Abu Bakar menuju Madinah untuk menyampaikan keluhan.

Usaha yang dilakukan Abdullah bin Saba memang tercatat dengan tinta merah menjadikan Islam perang saudara. Banyak orang terprovokasi dengan berita hoaks tersebut, menjadikan fitnah pada masa Utsman RA sangat sulit teratasi.

Wafatnya Utsman bin Affan

Rombongan Muhammad bin Abu Bakar juga hampir bersamaan dengan rombongan Irak, Kufah, Bashrah dengan tuntutan sama. Tuntutan rombongan dari Mesir, Bashrah, Kufah dan Irak adalah menekan Utsman untuk mengganti Gubernur daerah masing-masing.

Permintaan mengganti Gubernur Irak, Kufah dan Bashrah ditolak, akan tetapi permintaan penggantian Gubernur Mesir disetujui.

Pengganti Gubernur Mesir, Abdullah bin Saad bin Abi sarah dilimpahkan kepada Muhammad bin Abi Bakar. Akan tetapi dalam perjalanan, pasukan Muhammad bin Abi Bakar menangkap seorang Jassus atau mata-mata.

Mata-mata tersebut memegang surat Rahasia kepada Abudullah bin Saad untuk membunuh Muhammad bin Abi Bakar ketika sampai Mesir. Kebenaran surat tersebut dengan stempel Khalifah tidak pernah terkonfirmasi kebenarannya sampai sekarang.

Surat tersebut menjadikan Muhammad bin Abi Bakar kembali ke Madinah untuk menghunus pedang ke Utsman bin Affan. Ketika dijumpai Muhammad bin Abi Bakar dikamar Khalifah Utsman sedang tadarrus AlQuran surat Al-Kahfi, ia menghunus pedang kepada Khalifah.

Diluar juga ramai berkumpul para utusan Kufah, Bashrah dan Irak dengan pasukannya. Tidak diketahui sejarah siapa yang mengkoordinir pergerakan utusan dari berbagai wilayah Islam tersebut. Hunusan pedang Muhammad bin Abi Bakar dilihat Utsman dan mengatakan;

“Ya Muhammad (bin Abi Bakar), jikalau ayahmu tahu bahwa kau melakukan ini, Pasti beliau tidak akan suka denganmu”

Perkataan Utsman ini menjadikan Muhammad bin Abi Bakar urung menghunus Pedang ke Utsman. Akan tetapi kemudian masuklah orang-orang perusuh ke kamar Utsman dan akhirnya Utsman terbunuh dalam keadaan membaca Al-Quran.

Baca Juga:  Inilah Sejarah "Hitam" Kaum Salafi Wahabi

Kejelasan Kasus pembunuhan Utsman menjadi Isu yang sangat simpang siur sampai sekarang. Yang  pasti, Muhammad bin Abi Bakar tidak jadi membunuh Utsman bin Abi Bakar.

Kejadian ini menjadi catatan sejarah kelam yang kemudian membawa dampak negatif pada pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Fitnah pada masa Utsman RA memang menjadikan pelajaran bagi umat Islam sekarang untuk jangan bermain fitnah atau hoaks. Allah SWT berfirman;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ 

Artinya; “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu (Qs. Al-Hujurat: 6)

Berita hoaks adalah musuh bersama yang harus dihindarkan dalam kehidupan kaum Muslimin karena merusak sendi-sendi perdamaian. Biasnya Hoaks diproduksi karena ada kepentingan politis yang menungganginya.

Tetesan Darah Utsman dan Ayat (وَلْيَتَلَطَّفْ)

Fitnah pada masa Utsman RA menjadikan beliau terbunuh dengan tragis ketika sedang membaca Al-Quran surat Al-Kahfi. Surat Al-Kahfi menjadi titik tengah Al-Quran, karena terdapat kalimat (وَلْيَتَلَطَّفْ) terletak dijuz 15-16, biasanya dicetak dengan tinta merah.

Kalimat (وَلْيَتَلَطَّفْ) bermakna “Hendaknya bersikap Lemah Lembutlah”. Sebagai bahan bagi umat Islam sekarang agar belajar dari Fitnah pada masa Utsman RA.

Fitnah dan berita bohong/ hoaks adalah musuh bersama. Tetesan darah Utsman RA dalam ayat di bawah ini hendaknya menjadi pelajaran.

وَكَذَلِكَ بَعَثْنَاهُمْ لِيَتَسَاءَلُوا بَيْنَهُمْ قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالُوا رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْ فَابْعَثُوا أَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هَذِهِ إِلَى الْمَدِينَةِ فَلْيَنْظُرْ أَيُّهَا أَزْكَى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ أَحَدًا

Artinya: “Dan Demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. berkatalah salah seorang di antara mereka: sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)”. mereka menjawab: “Kita berada (disini) sehari atau setengah hari”. berkata (yang lain lagi): “Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah Dia Lihat manakah makanan yang lebih baik, Maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia Berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun” (Qs. Al-Kahfi: 19)

Surat ini oleh beberapa Ulama dianggap menjadi bagian tengah dari Al-Quran. Diksi dari (وَلْيَتَلَطَّفْ) memberi pesan kepada kita supaya untuk bersikap lemah lembut dalam kebaikan. Cerita dibalik pewarnaan merah dalam Al-Kahfi ayat 19 juga harus kita ambil pelajaranny.

Baca Juga:  Biografi Ulama Fiqih Klasik Syekh Zakariyya al-Anshari

Pewarnaan merah tersebut dari kisah Khalifah Utsman bin Affan RA ketika beliau membaca Al-Quran tatkala beliau terbunuh. Saat beliau terbunuh, (sejarah masih memperdebatkan siapa pembunuh Utsman), percikap darah dari Utsman mencecer dan membasahi Mushaf Al-Quran pada kata (وَلْيَتَلَطَّفْ). Oleh karenanya untuk mengenang hal tersebut, mushaf sekarang ditandai dengan cetakan warna merah.

Cetakan warna merah ini juga mengandung pesan agar kita dalam kondisi apapun harus bersikap lemah lembut dengan siapapun. Bahkan Utsman bin Affan tetap bersikap demikian walaupun akhirnya Beliau Syahid dengan tanpa jelas siapa pelakunya. Belajar dari Fitnah pada masa Utsman RA harus menjadikan orang Islam dewasa dalam mengelola berita bohong. Ash-shawabu Minallah

Mohammad Mufid Muwaffaq