Gonjang-ganjing Politik Masyarakat Arab Setelah Nabi Saw Wafat

setelah nabi wafat

Pecihitam.org – Wafatnya Rasulullah SAW mengejutkan seluruh kaum muslimin terutama para sahabat yang sangat dekat dengan Nabi seperti Abu Bakar yang juga sebagai mertua dan Ali bin Abi thalib yang juga merupakan keponakannya dan juga menantu beliau.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Mereka menyadari telah kehilangan orang terbaik dan sumber hukum yang paten yang dimiliki kaum Muslimin. Karena sebab itu juga terjadi perubahan karakter dan sikap Masyarakat Arab.

Umat Islam merasa sangat kehilangan sosok tauladan yang tiada duanya. Akan tetapi para sahabat pun sadar bahwa meskipun Nabi telah wafat akan tetapi kehidupan harus tetap berlanjut, Ibadah harus tetap dijalankan dan tugas-tugas yang lainpun juga demikian.

Maka sudah menjadi kewajiban bersama untuk bisa saling mengingankan dalam menjalankan syariat agama Islam dan menjalankan roda pemerintahan.

Ketika Nabi masih hidup, Nabi memang tidak pernah berbicara tentang penggantinya yang akan meneruskan kepemimpinannya baik dalam memimpin umat maupun dalam memimpin Negara.

Nabi hanya memberi petunjuk kepada umat Islam jika permasalahan duniawi hendaknya diselesaikan oleh umat Islam sendiri. Itu artinya Nabi tidak memberi kriteria khusus dan Nabi melakukan langkah demokratis dalam hal tersebut.

Baca Juga:  Jejak Sejarah Peradaban Islam dari Awal Kemunculan Islam Hingga Wafatnya Nabi

Maka ketika Nabi wafat sistem pemilihan pemimpinpun belum dibuat dan tidak memiliki aturan maupun kriteria apapun yang tetap. Sehingga pemilihan pemimpin dibahas bersama-sama dan dengan menggunakan standarisasi yang yang disepakati sebagian besar kaum muslimin.

Menurut Nurcholis Majid setelah Nabi wafat muncul berbagai macam persoalan yang kemudian menimbulkan perpecahan. Meskipun semasa Rosul hidup juga terdapat berbagai persoalan akan tetapi semuanya bisa diselesaikan dan tidak ada yang tidak menerima keputusan Nabi. Sebab selain sebagai sumber hukum kebijaksanaan Nabi juga yang membuat semua persoalan bisa diselesaikan.

Seperti halnya persoalan pemilihan kepemimpinan dalam menggantikan posisi Rosulullah. Dalam proses pemilihan inilah banyak terjadi kontroversi dan perpecahan dalam umat Islam.

Namun sepeninggalan Nabi kemudian munculah perpecahan ditubuh umat Islam yang kemudian terbagi menjadi tiga golongan. Golongan tersebut adalah :

1. Kelompok Murtad, orang-orang yang ketika zaman Rosul memeluk Agama Islam, sebab masuknya mereka juga atas berbagai latar belakang, diantaranya adalah karena terpaksa kalah berperang atau karena ingin mendapatkan harta rampasan perang. Kemudian setelah Nabi Wafat, kemudian mereka memanfaatkan momen tersebut untuk keluar dari Islam.

Baca Juga:  Menelisik Silsilah Nabi Ibrahim Sampai Nabi Muhammad

2. Kelompok yang fanatik terhadap suku. Kelompok ini adalah kelompok yang tidak puas karena kepemimpinan Arab selalu didominasi oleh suku Quraisy sehingga menganggap bahwa kehidupan sosial-politik yang terjadi tidak adil. Namun semasa Nabi hidup mereka tidak berani untuk mengungkapkannya.

Maka setelah Nabi wafat, barulah kelompok ini tampil agresif dan mengeluarkan semua yang mereka pendam selama ini. Sehingga apabila terdapat pemimpin yang tidak bersal dari kelompok mereka maka akan terjadi perlawan baik kecil maupun besar.

3. Kelompok yang menyalah gunakan dan salah dalam menafsiri ayat Al-Qur’an. Kelompok ini menggunakan ayat Al-Qur’an hanya untuk kepentingan mereka saja. Sehingga tidak lagi menjalankan hal-hal yang mereka tidak sukai sekalipun bernilai Ibadah seperti halnya membayar zakat. Bisa difahami bahwa orang-orang semacam ini termasuk dalam orang-orang yang munafik dan orang yang mempermainkan agama.

Kelompok-kelompok tersebut muncul mulai dari kepemimpinan Khalifah Abu Bakar r.a dan disikapi oleh beliau dengan tindakan yang persuasif. Namun apabila masih tidak bisa mengikuti aturan yang ditetapkan oleh Negara maka akan dilakukan tindakan kekerasan yang sampai dalam pada tahap diperangi oleh Negara, dan kemudian menimbulakn perang Riddah.

Baca Juga:  Perang Jamal: Tragedi Perang Saudara Karena Fitnah

Menurut Karel Brokelmann perang riddah ini berlatar belakang politis-ekonomis. Secara politis, mereka ingin lepas dari kekuasaan di madinah sehingga dapat menikmati kebebasan seperti sebelumnya. Sedangkan dari sisi ekonomi mereka menginginkan kebebasan agar tidak lagi membayar zakat. Sampai karena hal ini kemudian ada yang sampai mengaku menjadi Nabi.

Peristiwa-peristiwa dan perubahan-perubahan yang terjadi itu menjadi sebuah tanda dan pengingat bagi kita semua, bahwa apabila tidak berpegang teguh pada ajaran Agama Islam, maka akan menjadi perpecahan dan permusuhan antar sesama orang Islam.

Demikianlah semoga kita tetap diselamatkan dan tetap dalam lindungan Allah SWT. Amin. Semoga bermanfaat. Tabik.!

Fathur IM