Gus Maksum Lirboyo, Pendekar Pagar Nusa Berambut Gondrong yang Sakti Mandraguna

Gus Maksum Lirboyo, Pendekar Pagar Nusa Berambut Gondrong yang Sakti Mandraguna

PECIHITAM.ORG – Siapa yang tidak kenal dengan Gus Maksum dari Lirboyo, Kediri? Beliau adalah pendekar sekaligus ketua pertama Pagar Nusa. Putra KH Abdullah Jauhari ini dikenal sebagai pendekar yang sakti mandraguna, mempunyai tenaga dalam yang sangat ampuh dan berambut gondrong.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Zaman dahulu, pondok pesantren di nusantara tidak hanya mengajarkan ilmu agama semisal ilmu tafsir, fikih, tasawuf, nahwu-shorof, sejarah Islam dan sebagainya. Pondok pesantren juga berfungsi sebagai padepokan, tempat para santri belajar ilmu kanuragan dan kebatinan agar kelak menjadi pendakwah yang tangguh, tegar dan tahan uji.

Hal itu cukup wajar, apalagi dulu Indonesia masih sering dijajah dan ditindas bangsa asing. Belum lagi rongrongan kelompok PKI yang memburu kapabgan santri para ulama untuk dihabisi.

Maka waktu itu, para kiai tidak hanya alim tetapi juga sakti. Para kiai dulu adalah pendekar pilih tanding. Akan tetapi belakangan ada tanda-tanda surutnya ilmu bela diri di pesantren.

Di tubuh NU sendiri sejak 30 tahun silam, tepatnya pada tanggal 12 Muharrom 1406 M bertepatan tanggal 27 September 1985 telah mulai digagas pembentukan perkumpulan silat yang mewadahi para kader NU.

Hingga pada musyawarah yang diadakan pada tanggal 3 Januari 1986, di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur, tempat berdiam Sang Pendekar, Gus Maksum.

Baca Juga:  Abdullah bin Saba', Antek Yahudi Biang Kerok Aliran Syia'h dan 3 Ajaran Sesatnya

Dalam musyawarah tersebut disepakati pembentukan organisasi pencak silat NU bernama Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama “Pagar Nusa” yang merupakan kepanjangan dari “Pagarnya NU dan Bangsa.” Kontan para musyawirin pun menunjuk Gus Maksum sebagai ketua umumnya.

Pengukuhannya sebagai ketua umum Pagar Nusa itu dilakukan oleh Ketua Umum PBNU kala itu, KH Abdurrahman Wahid dan Rais Aam KH Ahmad Sidiq.

Gus Maksum lahir di Kanigoro, Kras, Kediri pada tanggal 8 Agustus 1944. Ia merupakan salah seorang cucu pendiri Pondok Pesantren Lirboyo Mbah Manaf atau KH. Abdul Karim.

Semasa kecil, beliau belajar kepada orang tuanya, KH Abdullah Jauhari di Kanigoro. Ia menempuh pendidikan di SD Kanigoro tahun 1957. Lalu melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Lirboyo, namun tidak sampai tamat. Selebihnya, ia lebih senang mengembara ke berbagai daerah untuk berguru ilmu silat, tenaga dalam, pengobatan dan kejadukan.

Sebagai seorang kiai,KH. Maksum Jauhati berprilaku nyeleneh menurut adat kebiasaan orang pesantren. Penampilannya nyentrik. Dia berambut gondrong, jengot dan kumis lebat, kain sarungnya hampir mendekati lutut.

Baca Juga:  Hasan dan Husain, Dua Pemuda Syurga yang Sangat Disayang Rasulullah

Ia pernah menjelaskan tentang salah satu alasan mengapa mengenakan sarung nyaris sampai lutut. Menurut beliau agar tidak mudah terkena najis.

Gus Maksum tidak pernah makan nasi alias ngerowot. Uniknya lagi, dia suka memelihara binatang yang tidak umum.
Hingga masa tuanya, beliau memelihara beberapa jenis binatang seperti berbagai jenis ular dan unggas, buaya, kera, orang utan dan sejenisnya.

Dikalangan masyarakat umum, Gus Maksum dikenal sebagai pendekar sakti mandaraguna. Rambutnya kadang bisa berdiri dan mengobarkan api serta tak bisa dipotong (konon hanya ibundanya yang bisa mencukur rambut Gus Maksum).

Mulutnya bisa menyemburkan api, punya kekuatan tenaga dalam luar biasa dan mampu mengangkat beban seberat apapun, mampu menaklukkan jin, kebal senjata tajam, tak mempan disantet, dan masih banyak lagi.

Di setiap medan laga (dalam dunia persilatan juga dikenal istilah sabung) tak ada yang mungkin berani berhadapan dengan Gus Maksum, dan kehadirannya membuat para pendekar aliran hitam gelagapan.

Kharisma pendekar NU asal Lirboyo, Kediri ino cukup untuk membangkitkan semangat pengembangan ilmu kanuragan di pesantren melalui Pagar Nusa.
Sebagai jenderal utama “Pagar NU dan Bangsa”

Gus Maksum selalu sejalur dengan garis politik Nahdlatul Ulama, namun dia tak pernah terlibat politik praktis, tak kenal dualisme atau dwifungsi.

Baca Juga:  Kisah Persahabatan Gus Dur dengan Seorang Yahudi Baghdad

Saat kondisi politik memaksa warga NU berkonfrontasi dengan PKI, sang Gus menjadi komandan penumpasan PKI beserta antek-anteknya di wilayah Jawa Timur, terutama karesidenan Kediri.

Ketika NU bergabung ke dalam PPP maupun ketika PBNU mendeklarasikan PKB, Gus Maksum selalu menjadi jurkam nasional yang menggetarkan podium.

Namun hingga tutup usia, Gus Maksum tidak pernah mau menduduki jabatan legislatif ataupun eksekutif. Pendekar ya pendekar! Gus Maksum wafat di Kanigoro pada 21 Januari 2003 lalu dan dimakamkan di Pemakaman Keluarga Pesantren Lirboyo dengan meninggalkan semangat dan keberanian yang luar biasa.

Faisol Abdurrahman