Hadits Shahih Al-Bukhari No. 20-21 – Kitab Iman

Pecihitam.org – Hadits Shahih Al-Bukhari No. 20-21 – Kitab Iman ini, menerangkan menghindari fitnah adalah termasuk bagian dari agama, akan tetapi maksud dari hadits tersebut adalah menjaga agama. Kemudian diterangkan keimanan yang hanya diungkapkan dengan lisan tidak akan sempurna, kecuali bila disertai dengan keyakinan yang merupakan perbuatan hati. Keterangan hadist dikutip dan diterjemahkan dari Kitab Fathul Bari Jilid 1 Kitab Iman. Halaman 125-127.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Hadits Shahih Al-Bukhari No.  20

حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَمَنْ أَحَبَّ عَبْدًا لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَمَنْ يَكْرَهُ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ

Terjemahan: Telah menceritakan kepada kami [Sulaiman bin Harb] berkata, telah menceritakan kepada kami [Syu’bah] dari [Qotadah] dari [Anas bin Malik] dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tiga (perkara) yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Dan siapa yang bila mencintai seseorang, dia tidak mencintai orang itu kecuali karena Allah ‘azza wajalla. Dan siapa yang benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka”.

Keterangan Hadis: Hadits ini telah dibahas sebelumnya, sedangkan korelasi antara judul bab dengan hadits ini sangatlah jelas. Seluruh rangkaian sanadnya adalah orang-orang Bashrah. Dalam bab ini, -seperti biasanya- Imam Bukhari memberikan judul bab dengan matan dari hadits lain dengan sanad yang berbeda.

Hadits Shahih Al-Bukhari No.  21

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 535-536 – Kitab Waktu-waktu Shalat

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى الْمَازِنِيِّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَخْرِجُوا مِنْ النَّارِ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ فَيُخْرَجُونَ مِنْهَا قَدْ اسْوَدُّوا فَيُلْقَوْنَ فِي نَهَرِ الْحَيَا أَوْ الْحَيَاةِ شَكَّ مَالِكٌ فَيَنْبُتُونَ كَمَا تَنْبُتُ الْحِبَّةُ فِي جَانِبِ السَّيْلِ أَلَمْ تَرَ أَنَّهَا تَخْرُجُ صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَةً قَالَ وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا عَمْرٌو الْحَيَاةِ وَقَالَ خَرْدَلٍ مِنْ خَيْرٍ

Terjemahan: Telah menceritakan kepada kami [Isma’il] berkata, telah menceritakan kepada kami [Malik] dari [‘Amru bin Yahya Al Mazani] dari [bapaknya] dari [Abu Sa’id Al Khudri] dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Ahlu surga telah masuk ke surga dan Ahlu neraka telah masuk neraka. Lalu Allah Ta’ala berfirman: “Keluarkan dari neraka siapa yang didalam hatinya ada iman sebesar biji sawi”. Maka mereka keluar dari neraka dalam kondisi yang telah menghitam gosong kemudian dimasukkan kedalam sungai hidup atau kehidupan. -Malik ragu. – Lalu mereka tumbuh bersemi seperti tumbuhnya benih di tepi aliran sungai. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana dia keluar dengan warna kekuningan.”Berkata [Wuhaib] Telah menceritakan kepada kami [‘Amru]: “Kehidupan”. Dan berkata: “Sedikit dari kebaikan”.

Keterangan Hadis: يَدْخُل (masuk) menurut riwayat Daruquthni dari jalur Al Ismaili dan yang lainnya lafadznya adalah يُدْخِل اللَّه (Allah memasukkan). Sedangkan dari jalur Ma’an disebutkan, “Dia memasukkan siapa yang dikehendaki dengan Rahmat-Nya.” Sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat Imam Bukhari dan Al Ismaili dari jalur Ibnu Wahab.

مِثْقَالُ حَبَّةٍ (walaupun sebesar biji sawi) maksudnya adalah iman yang paling kecil. Al Khaththabi berpendapat, “Kata tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan standar dalam pengetahuan bukan berat, karena tujuan mengungkapkan sesuatu yang terlintas dalam pikiran dengan sesuatu yang dapat dilihat adalah agar mudah dipahami.”

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 441 – Kitab Shalat

Imam Haramian berkata, “Berat hanya diperuntukkan bagi amal yang beratnya sesuai dengan ganjaran dari perbuatan yang dilakukan.” Yang lain berpendapat, “Bisa saja perbuatan yang ada diwujudkan kemudian ditimbang, karena apa yang terjadi di akhirat tidak dapat dicapai oleh akal.

Sedang yang dimaksud dengan biji sawi di sini adalah amalan yang lebih dari sekedar tauhid berdasarkan firman-Nya dalam riwayat lain, “Keluarkan (dari neraka) orang yang berkataلَا إِلَه إِلَّا اللَّه dan berbuat kebaikan walaupun sebesar dzarrah.” Uraian lebih luas dapat ditemukan pada pembahasan tentang hadits Syafa’ah yang disampaikan oleh Imam Bukhari dalam kitab Ar-Riqaaq.

فِي نَهَر الْحَيَاء (ke sungai Hayaa’} Demikianlah dalam riwayat ini ditulis dengan mad (menggunakan hamzah), sedangkan dalam riwayat Karimah dan riwayat-riwayat lainnya ditulis dengan tidak menggunakan hamzah. Pendapat ini didukung oleh Al Khaththabi dan inilah yang sesuai dengan maksud dari hadits tersebut. Sebab maksudnya adalah segala sesuatu yang dapat menyebabkan hidup. Kata “haya ” berarti hujan yang dapat menumbuhkan tanaman. Oleh karena itu, kata tersebut lebih tepat untuk menunjukkan arti “kehidupan” daripada kata haya’ yang berarti memalukan.

الْحِبَّة (benih) Abu Hanifah Ad-Dainuri berpendapat bahwa kata حِبَّة dengan kasrah merupakan bentuk jamak dari kata حَبَّة yang berarti benih tumbuh-mmbuhan. Sedangkan Abu Al Ma’ali dalam kitabnya Al Muntaha berpendapat bahwa “hibbah ” adalah benih tumbuh-tumbuhan padang pasir yang bukan merupakan makanan pokok. Yang dimaksud dengan Wuhaib adalah Ibnu Khalid. Sedangkan Amru adalah Ibnu Yahya Al Mazini yang disebutkan di atas.

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 562 – Kitab Waktu-waktu Shalat

الْحَيَاة (sungai kehidupan), riwayat Wuhaib ini sama dengan riwayat Malik dari Amru bin Yahya dengan sanadnya. Akan tetapi ia menyebutkan lafazh, “Dalam sungai hayah” dengan yakin tanpa keraguraguan. Imam Muslim meriwayatkan hadits ini dari Malik dengan ragu, tetapi hal ini dijelaskan oleh riwayat Wuhaib tersebut.

وَقَالَ خَرْدَل مِنْ خَيْر (Wuhaib berkata, “kebaikan sebesar biji sawi) kalimat ini berdasarkan riwayat Wuhaib, مِثْقَال حَبَّة مِنْ خَرْدَل مِنْ خَيْ ” Hal tersebut menunjukkan bahwa dia berbeda pendapat dengan Malik dalam lafazh ini. Imam Bukhari memaparkan hadits Wuhaib ini dalam kitab ArRiqaaq dari Musa bin Ismail dari Wuhaib dengan teks yang lebih lengkap daripada yang diriwayatkan oleh Malik, tapi lafazhnya adalah, مِنْ خَرْدَل مِنْ إِيمَان yang dikomentari oleh Imam Bukhari dan jelaslah bahwa teks yang dimaksud tersebut bukan milik Musa.

Imam Muslim juga meriwayatkannya dari Abu Bakar, hanya saja dia tidak menyebutkan lafazhnya. Kesesuaian antara hadits dengan tema telah tampak dengan jelas. Pemaparannya di sini dimaksudkan sebagai bantahan terhadap kelompok Murji’ah, karena di dalamnya disebutkan bahaya kemaksiatan bagi keimanan yang ada dalam diri manusia. Disamping itu juga merupakan bantahan terhadap Mu’tazilah yang berpendapat bahwa orang yang berbuat maksiat akan kekal dalam neraka.

M Resky S