Hadits Shahih Al-Bukhari No. 383-384 – Kitab Shalat

Pecihitam.org – Hadits Shahih Al-Bukhari No. 383-384 – Kitab Shalat ini, Imam Bukhari memberi hadits pertama berikut dengan judul “Firman Allah “Dan jadikanlah sebagian dari maqam Ibrahim sebagai tempat shalat”” hadits ini mengemukakan Rasulullah SAW shalat menghadap pintu Ka’bah.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kemudian hadits selanjutnya dengan judul bab “Menghadap Kiblat di manapun Berada” hadits ini menceritakan perpindahan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah. Keterangan haditst dikutip dan diterjemahkan dari Kitab Fathul Bari Jilid 3 Kitab Shalat. Halaman 100-104.

Hadits Shahih Al-Bukhari No. 383

حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ نَصْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ عَنْ عَطَاءٍ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ قَالَ لَمَّا دَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْبَيْتَ دَعَا فِي نَوَاحِيهِ كُلِّهَا وَلَمْ يُصَلِّ حَتَّى خَرَجَ مِنْهُ فَلَمَّا خَرَجَ رَكَعَ رَكْعَتَيْنِ فِي قُبُلِ الْكَعْبَةِ وَقَالَ هَذِهِ الْقِبْلَةُ

Terjemahan: Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Nashr] berkata, telah menceritakan kepada kami [Abdurrazaq] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Juraij] dari [‘Atha’] berkata, aku mendengar [Ibnu ‘Abbas] berkata, “Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam masuk ke dalam Ka’bah, beliau berdo’a di seluruh sisinya dan tidak melakukan shalat hingga beliau keluar darinya. Beliau kemudian shalat dua rakaat dengan memandang Ka’bah lalu bersabda: “Inilah kiblat.”

Keterangan Hadits: هَذِهِ الْقِبْلَةُ (inilah kiblat) yang dimaksud oleh kata penunjuk (ini) di sini adalah Ka ‘bah. Dal am suatu pendapat dikatakan, bahwa maksudnya adalah untuk mengukuhkan hukum perpindahan kiblat dari Baitul Maqdis. Dikatakan pula bahwa maksudnya adalah bagi mereka yang menyaksikan Ka’bah. Wajib hukumnya untuk menghadap langsung ke Ka ‘bah, berbeda dengan orang yang tidak melihat Ka’bah secara langsung. Pendapat lain mengatakan maksudnya adalah bahwa apa yang diperintahkan agar kamu menghadap kepadanya bukan seluruh wilayah Haram, bukan Makkah dan bukan pula masjid yang terdapat Ka’bah.

Bahkan, yang mesti dihadapi adalah Ka’bah itu sendiri. Atau bisa pula isyarat (kata penunjuk) tersebut mengarah ke hadapan Ka’bah, yakni ini adalah tempat imam. Kemungkinan ini diperkuat oleh riwayat Al Bazaar dari hadits Abdullah bin Habasyi Al Khats’ami, dia berkata, “Aku melihat Rasulullah SAW shalat menghadap pintu Ka’bah seraya bersabda, ‘Wahai manusia, sesungguhnya pintu adalah kiblat Al Bait (Ka ‘bah)’.” Namun pernyataan ini hanya berindikasi sunah, sebab ijma’ ulama menyatakan bolehnya menghadap Ka’bah dari seluruh arahnya.

Hadits Shahih Al-Bukhari No. 384

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَجَاءٍ قَالَ حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى نَحْوَ بَيْتِ الْمَقْدِسِ سِتَّةَ عَشَرَ أَوْ سَبْعَةَ عَشَرَ شَهْرًا وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّ أَنْ يُوَجَّهَ إِلَى الْكَعْبَةِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ { قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ } فَتَوَجَّهَ نَحْوَ الْكَعْبَةِ وَقَالَ السُّفَهَاءُ مِنْ النَّاسِ وَهُمْ الْيَهُودُ { مَا وَلَّاهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمْ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا قُلْ لِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ } فَصَلَّى مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ ثُمَّ خَرَجَ بَعْدَ مَا صَلَّى فَمَرَّ عَلَى قَوْمٍ مِنْ الْأَنْصَارِ فِي صَلَاةِ الْعَصْرِ نَحْوَ بَيْتِ الْمَقْدِسِ فَقَالَ هُوَ يَشْهَدُ أَنَّهُ صَلَّى مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَّهُ تَوَجَّهَ نَحْوَ الْكَعْبَةِ فَتَحَرَّفَ الْقَوْمُ حَتَّى تَوَجَّهُوا نَحْوَ الْكَعْبَةِ

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 128-129 – Kitab Ilmu

Terjemahan: Telah menceritakan kepada kami [‘Abdullah bin Raja’] berkata, telah menceritakan kepada kami [Israil] dari [Abu Ishaq] dari [Al Bara’ bin ‘Azib? radliallahu ‘anhuma] berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam shalat mengahdap Baitul Maqdis selama enam belas atau tujuh belas bulan, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menginginkan kiblat tersebut dialihkan ke arah Ka’bah. Maka Allah menurunkan ayat: (“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit) ‘ (Qs. Al Baqarah: 144). Maka kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menghadap ke Ka’bah. Lalu berkatalah orang-orang yang kurang akal, yaitu orang-orang Yahudi: ‘(Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?” Katakanlah: “Kepunyaan Allah-lah timur dan barat. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus) ‘ (As. Al Baqarah: 144). Kemudian ada seseorang yang ikut shalat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, orang itu kemudian keluar setelah menyelesikan shalatnya. Kemudian orang itu melewati Kaum Anshar yang sedang melaksanakan shalat ‘Ashar dengan menghadap Baitul Maqdis. Lalu orang itu bersaksi bahwa dia telah shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan menghadap Ka’bah. Maka orang-orang itu pun berputar dan menghadap Ka’bah.”

Keterangan Hadits: وَكَانَ يُحِبّ أَنْ يُوَجَّه إِلَى الْكَعْبَة (Rasulullah SAW senang untuk dipalingkan ke Ka ‘bah) Penjelasan mengenai ha] ini disebutkan dalam riwayat yang dinukil oleh Ath-Thabari dan selainnya melalui jalur Ali bin Abu Talhah dari lbnu Abbas, dia berkata, “Ketika Nabi SAW hijrah ke Madinah -dan mayoritas penduduknya adalah Yahudi- mereka menghadap ke Baitul Maqdis, maka Allah SWT memerintahkan beliau SAW untuk menghadap Baitul Maqdis. Orang-orang Yahudi pun merasa gembira. Nabi SAW menghadapnya selama tujuh belas bulan. Rasulullah SAW suka untuk menghadap kiblat Nabi Ibrahim. Beliau SAW senantiasa berdoa dan mcnengadah ke langit, akhirnya turunlah ayat.”

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 24 – Kitab Iman

Dari jalur Mujahid dikatakan. “Hanya saja beliau SAW senang untuk dipalingkan ke Ka’bah karena orang-orang Yahudi mengatakan, ‘Muhammad SAW telah menyelisihi kita namun dia mengikuti kiblat kita, maka turunlah ayat’ .”

Makna lahiriah hadits Ibnu Abbas menyatakan bahwa menghadap Baitul Maqdis terjadi setelah hijrah ke Madinah. Akan tetapi telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad melalui jalur lain dari lbnu Abbas, “Nabi SAW shalat di }vfakkah menghadap ke Baitul Maqdis sementara Ka ‘bah berada di hadapannya.” Untuk memadukan kedua riwayat tersebut adalah sesuatu yang mungkin. yaitu Nabi SAW dipcrintahkan untuk tetap menghadap ke Baitul \1aqdis setelah hijrah.

Ath-Thabrani meriwayatkan mela!ui ja!ur lbnu Juraij. dia berkata, “Nabi SAW petiama shalat menghadap Ka ‘bah. Kemudian dipalingkan ke Baitul Maqdis sementara bcliau SAW. berada di Makkah, maka beliau SAW sha!at menghadap Baitul Maqdis selama tiga tahun. Kemudian beliau SAW hijrah dan sha!at menghadap ke Baitul Maqdis setibanya di Madinah selama enam belas bulan. Kemudian Allah SWT menghadapkannya ke Ka’bah.”

Lafazh hadits dalam riwayat Ibnu Abbas yang berbunyi, “Allah memerintahkan beliau“, merupakan bantahan bagi mereka yang berpandangan bahwa Nabi SAW shalat menghadap Baitul Maqdis atas dasar ijtihadnya sendiri. Pandangan seperti itu telah dinukil oleh Ath­Thabari dari Abdurrahman bin Zaid bin Aslam. dia dikenal sebagai perawi yang lemah. Dari Abu Al Aliyah dikatakan bahwasanya Nabi SAW shalat menghadap baitul maqdis untuk menarik hati para ahli kitab. Namun pernyataan ini tidak menafikan bahv,·a perbuatan itu berdasarkan wahyu dari Allah SWT .

نَحْو بَيْت الْمَقْدِس (menghadap Baitul Maqdis) yakni ketika beliau berada di Madinah. Dijelaskan pada bab ·’Shalat Adalah Sebagian dari Iman” dalam kitab “·AI Iman”, mengenai lamanya beliau SAW menghadap ke Baitul Maqdis, yaitu enam belas bulan beberapa hari.

فَصَلَّى مَعَ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رِجَال (seorang laki-laki shalat bersama Nabi SAW) Telah disebutkan dalam kitab “Al Iman” bahwa namanya adalah Ibad bin Bisyr.

فِي صَلَاة الْعَصْر نَحْو بَيْت الْمَقْدِس (sedang melakukan shalat Ashar menghadap ke Baitul Maqdis) Dalam riwayat Al Kasymihani disebutkan, “Pada shalat Ashar, sedang mereka shalat menghadap ke Baitul Maqdis.” Di sini terdapat penegasan akan makna yang dimaksud.

Lalu disebutkan dalam Tafsir Jbnu Abi Halim melalui jalur Tsuwailah binti Aslam, “Aku shalat Zhuhur -atau Ashar- di masjid Bani Haritsah, lalu kwni menuju masjid Iliya dan kami pun shafat dua kali sujud -yakni dua rakaat- kemudian datang orang yang mengabarkan kepada kami bahwa Nabi SAW telah menghadap ke Baitul Haram (Ka ‘bah).

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 345-346 – Kitab Shalat

Riwayat-riwayat yang ada berbeda mengenai shalat yang sedang dilakukan saat terjadi pergantian arah kiblat. demikian pula dengan masjid. Adapun makna lahiriah hadits Al Bara’ di sini menyatakan bahwa shalat yang dimaksud adalah shalat Zhuhur. Disebutkan oleh Muhammad bin Sa’ad dalam kitab Ath-Thabaqat, dia berkata. “Dikatakan bahwa beliau SAW shalat dua rakaat dari shalat Zhuhur di masjid beliau SAW dengan mengimami kaum muslimin. Kemudian diperintahkan untuk menghadap ke Masjidil Haram, maka beliau SAW berbalik ke arah itu dan kaum muslimin pun berbalik bersama beliau.”

Dikatakan Nabi SAW mengunjungi Ummu Bisyr bin Al Bara’ bin Ma”rur di Bani Salamah. Lalu Ummu Bisyr membuatkan makanan untuk Nabi SAW dan masuklah waktu Zhuhur. maka Nabi SAW shalat mengimami para sahabatnya sebanyak dua rakaat. Kemudian beliau diperintahkan untuk berbalik ke arah Ka ‘bah seraya menghadap ke Al Mizab. akhirnya dinamakan masjid qiblatain (dua kiblat). Ibnu Sa’ad berkata. “Al Waqidi berkata, ‘Ini adalah riwayat paling akurat yang ada pada kami.”

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Daud dengan sanad yang lemah dari Ammarah bin Ruwaibah. dia berkata. “Kami pernah bersama Nabi SAW pada salah satu shalat siang ketika kiblat dipindahkan ke Ka “bah. Maka beliau SAW berbalik, dan kami pun berbalik bersamanya pada dua rakaat.”

Diriwayatkan juga oleh Al Bazzar dari hadits Anas, “Rasulullah SAW berpaling dari Baitul Maqdis. sementara beliau shalat Zhuhur dengan menghadap ke Ka’bah.” Sementara dalam riwayat Ath-Thabrani sama seperti itu melalui jalur lain dari Anas. namun oleh kedua riwayat itu terdapat kelemahan.

فَقَالَ (Maka dia berkata) yakni laki-laki yang dimaksud.

هُوَ يَشْهَدُ (dia bersaksi) maksudnya adalah dirinya sendiri. Namun ada kemungkinan perawi telah menukil lafazh ini dengan maknanya. Kemungkinan ini didukung oleh riwayat terdahulu dalam kitab “Al Iman” yang menyebutkan, “Aku bersaksi”.

M Resky S