Pecihitam.org – Hadits Shahih Al-Bukhari No. 566 – Kitab Waktu-waktu Shalat ini, Imam Bukhari memulai hadis ini dengan judul “Berbincang-bincang tentang Fikih dan Kebaikan Setelah Shalat Isya” Hadis dari Abdullah bin Umar ini menceritakan bahwa dia berkata,” “Nabi shalat Isya’ di akhir hayatnya. Ketika salam, beliau berdiri lalu bersabda, ‘Apakah kalian mengetahui malam kalian ini. Sesungguhnya di penghujung seratus tahun, tidak ada seorang pun {di antara kalian} yang akan tersisa di muka bumi’. Orang-orang terkejut dan keliru dalam memahami ungkapan Rasulullah SAW ketika menyampaikan hadits-hadits tentang seratus tahun. Sebenarnya ungkapan Nabi SAW, ‘Tidak ada yang tersisa di muka bumi dari orang yang hidup pada hari ini.’ maksudnya adalah sirnanya masa tersebut {habisnya generasi tersebut}.” Keterangan hadist dikutip dan diterjemahkan dari Kitab Fathul Bari Jilid 3 Kitab Waktu-waktu Shalat. Halaman 464-470.
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ حَدَّثَنِي سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ وَأَبُو بَكْرٍ ابْنُ أَبِي حَثْمَةَ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ قَالَ صَلَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةَ الْعِشَاءِ فِي آخِرِ حَيَاتِهِ فَلَمَّا سَلَّمَ قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَرَأَيْتَكُمْ لَيْلَتَكُمْ هَذِهِ فَإِنَّ رَأْسَ مِائَةٍ لَا يَبْقَى مِمَّنْ هُوَ الْيَوْمَ عَلَى ظَهْرِ الْأَرْضِ أَحَدٌ فَوَهِلَ النَّاسُ فِي مَقَالَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى مَا يَتَحَدَّثُونَ مِنْ هَذِهِ الْأَحَادِيثِ عَنْ مِائَةِ سَنَةٍ وَإِنَّمَا قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَبْقَى مِمَّنْ هُوَ الْيَوْمَ عَلَى ظَهْرِ الْأَرْضِ يُرِيدُ بِذَلِكَ أَنَّهَا تَخْرِمُ ذَلِكَ الْقَرْنَ
Terjemahan: Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Yaman] berkata, telah mengabarkan kepada kami [Syu’aib] dari [Az Zuhri] berkata, telah menceritakan kepadaku [Salim bin ‘Abdullah bin ‘Umar] dan [Abu Bakar Ibnu Abu Hatsmah] bahwa [‘Abdullah bin ‘Umar] berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan shalat ‘Isya pada suatu malam di akhir hayatnya. Selesai salam, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri dan berkata, “Tidakkah kalian melihat malam kalian ini? Ketahuilah, sesungguhnya setelah seratus tahun tidak akan ada orang pun di muka bumi ini yang tersisa dari mereka yang hadir pada malam ini.” Kemudian orang-orang mengalami kerancuan dalam memahami pernyataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut hingga mereka memperbincangkannya, yakni apa yang maksud dengan seratus tahun tersebut?” ‘Abdullah bin ‘Umar berkata, “Sesungguhnya maksud sabda Nabi, ‘Tidak akan ada orang yang tersisa di atas bumi ini’ adalah berakhirnya generasi tersebut’.”
Keterangan Hadis: وَأَبُو بَكْر بْن أَبِي حَثْمَة (Abu Bakar bin Abi Hatsmah) Nasab dari kakeknya adalah Abu Bakar bin Sulaiman bin Abi Hatsmah. Dan hadits ini telah dijelaskan dalam bab “السَّمَر بِالْعِلْمِ” kitab ‘Ilmu’ dan telah dijelaskan pula perkataan Ibnu Umar disana.
فَوَهِلَ النَّاس (Maka orang-orang salah) Maksudnya, mereka salah, atau ragu-ragu, atau takut (terkejut) atau lupa. Tapi yang pertama adalah lebih tepat, yaitu mereka salah. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kata وَهَلَ dengan huruf ha’ yang berharakat fathah atau وَهِلَ dengan harakat kasrah berarti وَهِمَ (salah, keliru). Ada juga yang mengatakan bahwa وَهَلَ dengan huruf ha’ yang berharakat fathah berarti غَلَطَ (salah) dan berharakat kasrah yang berarti فرغ (tekejut, takut).
عَنْ مِائَة سَنَة (Dalam jangka waktu 100 tahun) Karena sebagian mereka berkata bahwa kiamat terjadi pada penghujung 100 tahun, sebagaimana diriwayatkan oleh Thabrani dari hadits Abu Mas’ud Al Badri. Namun hal itu dibantah oleh Ali bin Abu Thalib. Ibnu Umar telah menjelaskan maksud Nabi dalam had its ini, yaitu ketika lewat 100 tahun dari sabda beliau ini, maka tidak akan ada yang tersisa seorang pun yang hadir saat itu. Setelah diteliti, maka sahabat yang paling akhir hidup adalah Abu Thufail bin Watsilah. Para ahli hadits sepakat bahwa dia adalah sahabat yang terakhir wafat. Ada juga yang mengatakan bahwa dia hidup sampai 110 tahun, yaitu di penghujung seratus tahun dari ucapan Rasulullah SAW.
Imam Nawawi berkata, “Bukhari berdalil dengan hadits ini bahwa Nabi Khidhir juga meninggal dunia. Sedangkan Jumhur ulama berpendapat sebaliknya. Mereka menanggapi bahwa Nabi Khidhir ketika itu termasuk penghuni laut, maka tidak termasuk dalam hadits ini. Mereka juga mengatakan, bahwa makna had its adalah tidak akan tersisa orang yang kalian lihat atau yang kalian ketahui. Ini adalah bentuk umum yang dimaksudkan sesuatu yang khusus.” Mereka berkata, “Nabi Isa juga tidak termasuk dalam hadits ini, sebab beliau ada di langit, bukan di bumi. Demikian juga iblis, karena dia ada di air atau di udara.”
Adapun orang yang mengatakan, bahwa yang dimaksud adalah seluruh Umat Muhammad sehingga Nabi Isa dan Nabi Khidhir tidak termasuk di dalamnya, karena keduanya bukan Umat Muhammad, adalah pendapat yang lemah. Sebab Nabi Isa bersyariat dengan syariat Nabi Muhammad, maka termasuk juga Umat beliau. Adapun Nabi Khidhir, jika dia masih hidup, maka dia seperti Nabi Isa.
Menurut ahli tahqiq (peneliti), bahwa Nabi Khidhir meninggal dunia sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW. Dalil yang menerangkan hal ini cukup banyak. Seandainya dia hidup pada masa Nabi SAW, maka dia termasuk dalam hadits tersebut, yaitu orang yang meninggal dunia sebelum penghujung seratus tahun, sebagaimana yang diterangkan di sini, wallahu a ‘lam.
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 663-664 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 662 – Kitab Adzan - 30/08/2020
- Hadits Shahih Al-Bukhari No. 661 – Kitab Adzan - 30/08/2020