Hadits Shahih Al-Bukhari No. 577-578 – Kitab Adzan

Pecihitam.org – Hadits Shahih Al-Bukhari No. 577-578 – Kitab Adzan ini, Imam Bukhari memulai hadis ini dengan judul “Apa Yang Diucapkan Saat Mendengar Adzan” Hadis ini menjelaskan apa saja yang diucapkan ketika seseorang mendengar adzan dikumandangkan oleh Muadzin. Keterangan hadist dikutip dan diterjemahkan dari Kitab Fathul Bari Jilid 4 Kitab Adzan. Halaman 46-50.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ فَضَالَةَ قَالَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ يَحْيَى عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ بْنِ الْحَارِثِ قَالَ حَدَّثَنِي عِيسَى بْنُ طَلْحَةَ أَنَّهُ سَمِعَ مُعَاوِيَةَ يَوْمًا فَقَالَ مِثْلَهُ إِلَى قَوْلِهِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ

Terjemahan: Telah menceritakan kepada kami [Mu’adz bin Fadlalah] berkata, telah menceritakan kepada kami [Hisyam] dari [Yahya] dari [Muhammad bin Ibrahim bin Al Harits] berkata, telah menceritakan kepadaku [‘Isa bin Thalhah], bahwa pada suatu hari dia mendengar [Mu’awiyyah] mengucapkan seperti (apa yang diucapkan mu’adzin) hingga ucapannya: “Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah.”

حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ رَاهَوَيْهِ قَالَ حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ جَرِيرٍ قَالَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ يَحْيَى نَحْوَهُ قَالَ يَحْيَى وَحَدَّثَنِي بَعْضُ إِخْوَانِنَا أَنَّهُ قَالَ لَمَّا قَالَ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ قَالَ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ وَقَالَ هَكَذَا سَمِعْنَا نَبِيَّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ

Terjemahan: Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Rahawaih] berkata, telah menceritakan kepada kami [Wahab bin Jarir] berkata, telah menceritakan kepada kami [Hisyam] dari [Yahya] seperti itu, Yahya berkata, dan telah menceritakan kepadaku [Sebagian saudara kami] bahwa dia berkata, “Jika mu’adzin mengucapkan, ‘Hayya ‘Alash shalah ‘(Marilah melaksanakan shalat) ‘, dia menjawab, “Laa Haula Walaa Quwwata Illaa Billah ‘(Tidak ada daya dan kekuatan melainkan dengan izin Allah) ‘. Dia berkata, “Demikianlah kami mendengar Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda.”

Keterangan Hadis: أَنَّهُ سَمِعَ مُعَاوِيَةَ يَوْمًا فَقَالَ مِثْلَهُ – إِلَى قَوْله – وَأَشْهَد أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُول اللَّه (bahwasanya di suatu hari ia mendengar Mu ‘awiyah berkata seperti apa yang dikatakannya -hingga pada perkataannya- dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad Rasulullah). Demikianlah Imam Bukhari menyebutkannya di sini dengan ringkas. Abu Daud Ath· Thayalisi meriwayatkan dalam Musnad-nya dari Hisyam dengan lafazh, كُنَّا عِنْدَ مُعَاوِيَة فَنَادَى الْمُنَادِي بِالصَّلَاةِ فَقَالَ مِثْلَ مَا قَالَ ، ثُمَّ قَالَ : هَكَذَا سَمِعْت نَبِيَّكُمْ (Suatu ketika kami bersama Muawiyah, lalu muadzdzin mengumandangkan adzan, maka dia mengatakan seperti apa yang dikatakannya (muadzdzin), kemudian dia berkata, “Demikianlah aku mendengar Nabi kalian.”). Kemudian Imam Bukhari berkata, “Ishaq telah menceritakan kepada kami Wahab bin Jarir, telah mengabarkan kepada kami Hisyam dari Yahya, telah menceritakan kepada kami, sama seperti itu.” Yahya berkata, “Telah menceritakan kepadaku sebagian saudara-saudara kita, bahwasanya ketika (muadzdzin) mengatakan ‘Hayya alash-shalaah (marilah menuju shalat), dia (Muawiyah) berkata, ‘Laa haula walaa quwwata ilia hillah (tidak ada daya dan upaya kecuali dari Allah semata)’. Lalu dia berkata, ‘Demikianlah aku mendengar Nabi kalian mengatakannya’.”

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 27 – Kitab Iman

Maksud Imam Bukhari dengan perkataannya “seperti itu” adalah untuk mengisyaratkan kepada lafazh yang beliau nukil sebelumnya. Sementara Imam Bukhari tidak mencantumkan seluruh lafazh hadits.

Kemudian hadits ini telah sampai kepada kami dengan lengkap melalui beberapa jalur dari Hisyam. Di antaranya jalur Al Ismaili dari Mu’adz bin Hisyam, dari bapaknya, dari Yahya, bahwa Muhammad bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami. Demikian juga Isa bin Thalhah, dia berkata, “Kami masuk menemui Muawiyah, lalu muadzdzin mengumandangkan adzan untuk shalat. Muadzdzin berkata, ‘Allaahu akbarAllaahu Akbar (Allah Maha Besar…Allah Maha Besar’). Muawiyah berkata, ‘Allahu Akbar… Allahu Akbar‘. Muadzdzin berkata, ‘Asyhadu An laa ilaaha illallaah (Alm bersaksi bahwa tak ada sembahan yang sesungguhnya selain Allah)’, Muawiyah berkata, ‘Asyahadu An laa ilaaha illallaa‘. Muadzdzin berkata, ‘Asyhadu auna muhammadau Rasulullah (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah)’. Muawiyah berkata, ‘Asyhadu anna muhammadan Rasulullah‘. Yahya berkata, “Telah menceritakan kepadaku seorang sahahatku, bahwasanya ketika Muadzdzin mengatakan, ‘Hayya alash-shalaah” (marilah menuju shalat)’, Muawiyah berkata, ‘Laa haula walaa quwwata illaa billaah (tidak ada daya dan upaya kecuali dari Allah semata)’. Kemudian beliau (Muawiyah) berkata, ‘Demikian kami mendengar dari Nabi kalian’.”

Riwayat terakhir ini mengandung beberapa faidah, di antaranya:

Pertama, adanya penegasan bahwa Yahya bin Abu Katsir telah mendengar langsung dari Muhammad bin Ibrahim. Untuk itu, hilanglah dugaan adanya tadlis (penyamaran riwayat) oleh Yahya.

Kedua, penjelasan ringkasan yang terdapat dalam riwayat Imam Bukhari.

Ketiga, sesungguhnya perkataannya pada riwayat pertama, “Bahwasanya suatu hari ia mendengar Muawiyah mengatakan sama sepertinya”, terdapat lafazh yang tidak disebutkan, dimana lafazh yang seharusnya adalah, “Bahwasanya suatu hari ia mendengar Muawiyah mendengar adzan, maka beliau mengatakan seperti perkataan muadzdzin”.

Keempat, tambahan yang terdapat pada riwayat Wahab bin Jarir tidak hanya dinukil melalui riwayatnya saja, karena keterangan tambahan tersebut diriwayatkan pula melalui Hisyam.

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 43 – Kitab Iman

Kelima, bahwa perkataannya “Yahya berkata….”dan seterusnya, bukanlah riwayat mu’allaq dari Imam Bukhari seperti yang dikatakan oleh sebagian ulama. Bahkan Imam Bukhari menukilnya melalui sanad Ishaq. Lalu Al Hafizh Quthbuddin mengemukakan kemungkinan lain, yakni hnam Bukhari menukil riwayat tersebut melalui dua jalur. Kemudian Ishaq tidak disebutkan nasabnya, dimana ia adalah Ishaq bin Rahawaih. Keterangan serupa ditegaskan pula oleh Abu Nu’aim dalam kitabnya Al Mustakhraj, dan beliau meriwayatkannya melalui jalur Abdullah bin Syirawaih dari Ishaq.

Adapun perawi yang menceritakan hadits ini kepada Yahya dari Muawiyah, tidak saya temukan keterangan tentangnya pada jalur-jalur periwayatan hadits ini. Namun Al Karmani menukil bahwa perawi tersebut adalah Al Auza’i. Akan tetapi perkataannya perlu ditinjau lebih lanjut, karena konteks hadits tersebut menyatakan perawi yang dimaksud telah menceritakan hadits yang diterimanya langsung dari Muawiyah kepada Yahya. Padahal masa hidup Al Auza’i dan Muawiyah sangat berjauhan. Saya menduga bahwa perawi tersebut adalah Alqamah bin Waqqash, dengan catatan bila Yahya bin Abu Katsir sempat bertemu dengannya. Tapi apabila keduanya tidak sempat bertemu, maka perawi yang dimaksud adalah salah seorang anak Alqamah, atau Amr bin Alqamah. Saya katakan demikian karena dalam jalur-jalur periwayatan hadits tersebut, saya tidak menemukan keterangan tambahan tentang ucapan “hauqalah ” kecuali pada dua jalur, yaitu pertama dari Nahsyal At-Taimi dari Muawiyah yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dengan sanad lemah. Sedangkan yang kedua dari Alqamah bin Waqqash dari Muawiyah.

An-Nasa’i, Ibnu Khuzaimah dan lainnya telah meriwayatkan dari jalur Ibnu Juraij, dimana Amr bin Yahya telah mengabarkan kepadaku bahwa Isa bin Amr mengabarkan kepadanya dari Abdullah bin Alqamah bin Waqqash dari bapaknya, dia berkata, “Sesungguhnya aku berada di dekat Muawiyah ketika muadzdzin mengumandangkan adzan, maka Muawiyah mengatakan seperti apa yang dikatakan oleh muadzdzin. Sampai ketika muadzdzin mengatakan, “hayya alash­shalaah” beliau (Mu’awiyah) berkata, “Laa haula walaa quwwata illaa billah.” Ketika muadzdzin mengatakan, ‘Hayya alal falaah ‘, Muawiyah berkata, ‘Laa haula walaa quwwata illaa billah‘. Setelah itu Muawiyah mengatakan sebagaimana yang dikatakan oleh muadzdzin. Kemudian berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah SAW mengatakan demikian’ .”

Ibnu Khuzaimah meriwayatkan juga dari jalur Yahya Al Qaththan, dari Muhammad bin Amr bin Alqamah, dari bapaknya, dari kakeknya, dia berkata, “Aku pernah berada di dekat Muawiyah…” Lalu ia menyebutkan hadits yang sama seperti di atas, namun penyajiannya lebih jelas.

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 199– Kitab Wudhu

Dari riwayat ini kita dapat melihat dengan jelas bahwa menyebutkan “hauqalah” sebagai jawaban ucapan muadzdzin “Hayya alal falaah ” telah diringkas pada hadits dalam bab ini. Berbeda dengan sebagian orang yang hanya berpegang pada makna lahiriahnya. Di samping itu bahwa makna lafazh إلي (sampai) pada perkataannya, “Beliau mengatakan seperti perkataan muadzdzin sampai perkataannya “Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah”, berarti مع (bersama)[1] Sama seperti lafazh إلي dalam firman Allah SWT surah An-Nisaa’ ayat 2 yang berbunyi وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَهُمْ إِلَىٰ أَمْوَالِكُمْ ۚDan janganlah kalian makan harta-harta mereka bersama dengan harta-harta kamu.”

Catatan: Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Umar bin Khaththab sama seperti hadits Muawiyah. Hanya saja Imam Bukhari tidak menukil hadits tersebut karena adanya perbedaan dalam menentukan apakah hadits tersebut maushul (memiliki sanad yang bersambung sampai Nabi SAW) atau mursal (tidak disebutkan nama perawi yang menerima langsung dari Nabi SAW), sebagaimana disinyalir oleh Ad­Daruquthni. Sementara Imam Muslim tidak mengutip hadits Muawiyah, karena keterangan tambahan yang menjadi inti riwayat ini tidak memenuhi syarat hadits shahih, dimana dalam sanadnya terdapat perawi yang tidak disebutkan namanya. Akan tetapi jika kedua hadits itu dipadukan, maka akan menghasilkan riwayat yang sangat akurat.

Riwayat yang berhubungan dengan masalah ini telah dinukil pula dari Al Harits bin Naufal Al Hasyimi dan dari Abu Rafi’ (dimana riwayat keduanya dikutip oleh Ath-Thabrani dan selainnya), serta dari Anas sebagaimana dikutip oleh Al Bazzar dan ahli hadits lainnya.


[1] Yakni Muawiyah mengucapkan seperti ucapan muadzdzin sampai kalimat asyhadu anna muhammadar-rasuulullah. Dengan kata lain. ketika muadzdzin mengucapkan kalimat ini maka ia mengatakan kalimat yang serupa. penerj.

M Resky S