Hadits Shahih Al-Bukhari No. 616 – Kitab Adzan

Pecihitam.org – Hadits Shahih Al-Bukhari No. 616 – Kitab Adzan ini, Imam Bukhari memulai hadis ini dengan judul “Mengharapkan Pahala dari Langkah-langkah”. Hadis dari Anas bin Malik ini menjelaskan bahwa Bani Salimah yang ingin pindah dan tinggal dekat dengan Rasulullah saw. Keterangan hadist dikutip dan diterjemahkan dari Kitab Fathul Bari Jilid 4 Kitab Adzan. Halaman 179-183.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ حَوْشَبٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ قَالَ حَدَّثَنَا حُمَيْدٌ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا بَنِي سَلِمَةَ أَلَا تَحْتَسِبُونَ آثَارَكُمْ وَقَالَ مُجَاهِدٌ فِي قَوْلِهِ { وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ } قَالَ خُطَاهُمْ وَقَالَ ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنِي حُمَيْدٌ حَدَّثَنِي أَنَسٌ أَنَّ بَنِي سَلِمَةَ أَرَادُوا أَنْ يَتَحَوَّلُوا عَنْ مَنَازِلِهِمْ فَيَنْزِلُوا قَرِيبًا مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَكَرِهَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُعْرُوا الْمَدِينَةَ فَقَالَ أَلَا تَحْتَسِبُونَ آثَارَكُمْ قَالَ مُجَاهِدٌ خُطَاهُمْ آثَارُهُمْ أَنْ يُمْشَى فِي الْأَرْضِ بِأَرْجُلِهِمْ

Terjemahan: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin ‘Abdullah bin Hawsyab] berkata, telah menceritakan kepada kami [‘Abdul Wahhab] berkata, telah menceritakan kepada kami [Humaid] dari [Anas bin Malik] berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai Bani Salamah, tidakkah kalian mengharap pahala dari langkah-langkah kalian?” Mujahid ketika menerangkan firman Allah: ‘(Dan Kami menuliskan apa yang mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan) ‘ (Qs. Yasin: 12) mengatakan, “Yakni langkah-langkah mereka.” [Ibnu Abu Maryam] berkata; telah mengabarkan kepada kami [Yahya bin Ayyub] telah menceritakan kepadaku [Humaid] telah menceritakan kepadaku [Anas] ia berkata, “Bani Salamah pernah berkeinginan untuk pindah dari tempat tinggal mereka dan mendekat dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak memperkenankan mereka mengosongkan Madinah dengan bersabda: “Tidakkah kalian mengharap pahala dari langkah-langkah kalian?” Mujahid berkata, “Langkah-langkah mereka adalah bekas-bekas perjalanan mereka di muka bumi ketika berjalan dengan kaki mereka.”

Keterangan Hadis: (Bab mengharapkan pahala dari langkah-langkah) Yakni langkah-langkah menuju shalat. Sepertinya Imam Bukhari tidak membatasinya dengan sesuatu agar mencakup semua langkah yang menuju ketaatan.

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 207-208 – Kitab Wudhu

أَلَا تَحْتَسِبُونَ (tidakkah kalian mengharapkan pahala) AI Karmani berkata, “Maknanya adalah; tidakkah kalian memperhitungkan langkah-langkah kalian ketika berjalan menuju masjid? Karena setiap satu langkah akan diberi balasan pahala.” Meskipun pada dasarnya lafazh Al Ihtisab bermakna “memperhitungkan”, namun pada umumnya lafazh tersebut digunakan dengan makna memohon pahala dengan niat yang ikhlas.

فَيَنْزِلُوا قَرِيبًا (mereka tinggal dekat) Yakni karena pemukiman mereka jauh  dari masjid. Hal ini telah dinyatakan dengan tegas dalam riwayat Muslim melalui jalur Abu Zubair, dia berkata, “Aku mendengar Jabir bin Abdullah berkata, ‘Pemukiman kami terletak jauh dari masjid, maka kami ingin menjual rumah-rumah kami dan tinggal dekat dengan masjid. Namun Rasulullah SAW melarang mereka seraya bersabda, إِنَّ لَكُمْ بِكُلِّ خُطْوَة دَرَجَةً (Sesungguhnya bagi kamu satu derajat untuk setiap langkah )’ .”

As-Sarraj meriwayatkan melalui jalur Abu Nadhrah dari Jabir, “Mereka ingin tinggal berdekatan (dengan masjid) karena shalat.” Sedangkan dalam riwayat Ibnu Mardawaih melalui jalur lain, dari Abu Nadhrah, dari Jabir, dia berkata, “Pemukiman kami berada di Sala’.” Hal ini tidak bertentangan dengan riwayat yang akan disebutkan pada kitab Al Istisqaa’ (shalat memohon hujan) dari hadits Anas, “Tidak ada satu rumah pun di antara kami dan Sala’.” Karena ada kemungkinan tempat tinggal mereka melewati Sala’, sementara jarak antara Sala’ dengan masjid sekitar satu mil.

أَنْ يُعْرُوا الْمَدِينَةَ (untuk mengosongkan Madinah) Dalam riwayat Al Kasymihani disebutkan, (Untuk mengosongkan rumah­-rumah mereka). Kata “Yu’ruu” bermakna, “Meninggalkannya tanpa penghuni”.

Hal ini merupakan penjelasan akan faktor yang menyebabkan Nabi SAW tidak menyukai mereka untuk berpindah dekat masjid, yakni agar kota Madinah tetap ramai dengan penghuninya. Di samping itu, mereka dapat mengambil manfaat dari langkah-langkah mereka yang sangat banyak saat menuju masjid. Kemudian pada riwayat Al Fazari yang terdapat dalam pembahasan tentang haji, disebutkan (Maka mereka pun tinggal). Sementara dalam riwayat Imam Tirmidzi dari hadits Abu Sa’id dikatakan, (Maka mereka tidak pindah). Dalam riwayat Imam Muslim melalui jalur Abu Nadhrah dari Jabir disebutkan, “Mereka berkata, ‘Tidaklah menggembirakan bagi kami jika kami berpindah’.”

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 205-206 – Kitab Wudhu

(Mujahid berkata, “Langkah-langkah mereka itulah yang dimaksud dengan atsar-atsar mereka, dan berjalan di permukaan bumi dengan kaki­-kaki mereka.”). Demikian yang disebutkan dalam riwayat Abu Dzar.

Sementara dalam naskah para perawi lainnya disebutkan, “Mujahid berkata: (Firmam Allah), ‘Dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan’, (Qs. Yaasin(36): 12) yakni langkah-langkah mereka.”

Abdu bin Humaid meriwayatkan melalui jalur yang maushul (bersambung) dari Ibnu Abi Najih, dari Mujahid bahwa ia berkata sehubungan dengan firman Allah SWT, “Dan Kami menulis apa-apa yang mereka lakukan”, yakni, amal-amal mereka. Sedangkan firman-­Nya, “Dan atsar-atsar mereka”. Yakni langkah-langkah mereka

Imam Bukhari memaksudkan riwayat mu’allaq (tanpa sanad lengkap) ini sebagai isyarat bahwa kisah Bani Salimah merupakan sebab turunnya ayat di atas. Hal itu telah disebutkan dengan tegas melalui jalur Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan yang lainnya dengan sanad yang kuat.

Dalam hadits ini terdapat keterangan bahwa apabila amal kebaikan dilakukan dengan ikhlas, maka langkah untuk melaksanakannya ditulis sebagai kebaikan. Di samping itu, tinggal di dekat masjid adalah hal yang disukai kecuali bagi mereka yang keberadaannya di tempat yang jauh dari masjid mendatangkan manfaat lain, atau ia hendak memperbanyak pahala dengan sebab banyaknya langkah menuju masjid selama hal itu tidak menyusahkan dirinya. Para ulama memberi penjelasan terhadap pernyataan tadi dengan mengatakan, bahwa mereka (Bani Salimah) memohon kepada Nabi SAW untuk tinggal dekat dari masjid karena keutamaan yang mereka ketahui. Hal itu tidak diingkari oleh Nabi SAW. Hanya saja di sini beliau SAW lebih mengutamakan menghindari mafsadat (kerusakan) -karena pinggiran kota Madinah akan kosong dari penduduk- daripada maslahat (kebaikan) tersebut. Lalu beliau memberitahukan bahwa mereka yang pulang pergi ke masjid mendapatkan keutamaan yang sama dengan mereka yang tinggal dekat masjid, atau lebih banyak lagi.

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 160 – Kitab Wudhu

Para ulama berbeda pendapat tentang orang yang tinggal dekat masjid, lalu ia memperpendek langkahnya hingga jumlahnya sama dengan langkah orang yang tinggal jauh dari masjid, apakah keduanya memiliki keutamaan yang sama? Imam Ath-Thabari cenderung mengatakan keduanya memiliki keutamaan yang sama. Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari Anas, dia berkata, “Aku berjalan bersama Zaid bin Tsabit menuju masjid, maka beliau memperpendek langkah-­langkahnya seraya berkata, ‘Aku hendak memperbanyak langkah” langkah kita menuju masjid’ .” Akan tetapi hal ini tidak berarti terdapat kesamaan antara orang yang jauh dengan orang yang dekat meski terdapat indikasi bahwa langkah yang banyak akan mendapat keutamaan- sebab langkah yang dilakukan dengan susah payah tidak sama dengan langkah yang dilakukan dengan mudah. Inilah makna Jahiriah hadits Abu Musa yang disebutkan pada bah sebelumnya, dimana orang yang paling jauh tempat tinggalnya dinyatakan sebagai orang yang paling besar pahalanya.

Sebagian ulama mengambil kesimpulan dari hadits ini, bahwa pergi ke masjid yang jauh sangat disukai meskipun ada masjid yang lebih dekat. Akan tetapi hal ini dapat diterima apabila kepergiannya ke masjid yang jauh tidak mengakibatkan masjid yang dekat terabaikan, karena bila demikian sesungguhnya meramaikan masjid yang dekat dengan dzikir kepada Allah adalah lebih utama. Begitu pula hendaknya di masjid yang jauh itu tidak didapatkan sesuatu yang mengurangi kesempurnaan, seperti di sana terdapat imam pelaku bid’ah.

M Resky S