Hadits Shahih Al-Bukhari No. 84 – Kitab Ilmu

Pecihitam.org – Hadits Shahih Al-Bukhari No. 84 – Kitab Ilmu ini, menjelaskan tentang salat gernaha dan khutbah Rasulullah saw setelah pelaksanaan salat gerhana tersebut. Isi dari khutbah nabi saw itu antara lain, beliau telah diperlihatkan bercamacam-macam tanda kebesaran Allah bahkan syurga dan neraka sekalipun telah diperlihatkan kepada beliau saw.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Berikutnya nabi menjelaskan bahwa umatnya akan tertimpa fitnah, dan fitnah yang paling besar kelak muncul di akhir zaman adalah fitnah al-masih ad-dajjal. Keterangan hadist dikutip dan diterjemahkan dari Kitab Fathul Bari Jilid 1 Kitab Ilmu. Halaman 349-351.

حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ قَالَ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ قَالَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ فَاطِمَةَ عَنْ أَسْمَاءَ قَالَتْ أَتَيْتُ عَائِشَةَ وَهِيَ تُصَلِّي فَقُلْتُ مَا شَأْنُ النَّاسِ فَأَشَارَتْ إِلَى السَّمَاءِ فَإِذَا النَّاسُ قِيَامٌ فَقَالَتْ سُبْحَانَ اللَّهِ قُلْتُ آيَةٌ فَأَشَارَتْ بِرَأْسِهَا أَيْ نَعَمْ فَقُمْتُ حَتَّى تَجَلَّانِي الْغَشْيُ فَجَعَلْتُ أَصُبُّ عَلَى رَأْسِي الْمَاءَ فَحَمِدَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ مَا مِنْ شَيْءٍ لَمْ أَكُنْ أُرِيتُهُ إِلَّا رَأَيْتُهُ فِي مَقَامِي حَتَّى الْجَنَّةُ وَالنَّارُ فَأُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّكُمْ تُفْتَنُونَ فِي قُبُورِكُمْ مِثْلَ أَوْ قَرِيبَ لَا أَدْرِي أَيَّ ذَلِكَ قَالَتْ أَسْمَاءُ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ يُقَالُ مَا عِلْمُكَ بِهَذَا الرَّجُلِ فَأَمَّا الْمُؤْمِنُ أَوْ الْمُوقِنُ لَا أَدْرِي بِأَيِّهِمَا قَالَتْ أَسْمَاءُ فَيَقُولُ هُوَ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ جَاءَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى فَأَجَبْنَا وَاتَّبَعْنَا هُوَ مُحَمَّدٌ ثَلَاثًا فَيُقَالُ نَمْ صَالِحًا قَدْ عَلِمْنَا إِنْ كُنْتَ لَمُوقِنًا بِهِ وَأَمَّا الْمُنَافِقُ أَوْ الْمُرْتَابُ لَا أَدْرِي أَيَّ ذَلِكَ قَالَتْ أَسْمَاءُ فَيَقُولُ لَا أَدْرِي سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُولُونَ شَيْئًا فَقُلْتُهُ

Baca Juga:  Fungsi Asbabul Wurud dalam Memahami Sebuah Hadist

Terjemahan: Telah menceritakan kepada kami [Musa bin Isma’il] berkata, Telah menceritakan kepada kami [Wuhaib] berkata, Telah menceritakan kepada kami [Hisyam] dari [Fatimah] dari [Asma’] berkata: Aku menemui Aisyah saat dia sedang shalat. Setelah itu aku tanyakan kepadanya: “Apa yang sedang dilakukan orang-orang?” Aisyah memberi isyarat ke langit. Ternyata orang-orang sedang melaksanakan shalat (gerhana matahari). Maka Aisyah berkata: “Maha suci Allah”. Aku tanyakan lagi: “Satu tanda saja?” Lalu dia memberi isyarat dengan kepalanya, maksudnya mengangguk tanda mengiyakan. Maka akupun ikut shalat namun timbul perasaan yang membingungkanku, hingga aku siram kepalaku dengan air. Dalam khutbahnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memuji Allah dan mensucikan-Nya, lalu bersabda: “Tidak ada sesuatu yang belum diperlihatkan kepadaku, kecuali aku sudah melihatnya dari tempatku ini hingga surga dan neraka, lalu diwahyukan kepadaku: bahwa kalian akan terkena fitnah dalam kubur kalian seperti -atau hampir berupa- fitnah -yang aku sendiri tidak tahu apa yang diucapkan Asma’ diantaranya adalah fitnah Al Masihud dajjal-; “akan ditanyakan kepada seseorang (didalam kuburnya); “Apa yang kamu ketahui tentang laki-laki ini?”

Adapun orang beriman atau orang yang yakin, -Asma’ kurang pasti mana yang dimaksud diantara keduanya- akan menjawab: ‘Dia adalah Muhammad Rasulullah telah datang kepada kami membawa penjelasan dan petunjuk. Maka kami sambut dan kami ikuti. Dia adalah Muhammad, ‘ diucapkannya tiga kali. Maka kepada orang itu dikatakan: ‘Tidurlah dengan tenang, sungguh kami telah mengetahui bahwa kamu adalah orang yang yakin’. Adapun orang Munafiq atau orang yang ragu, -Asma’ kurang pasti mana yang dimaksud diantara keduanya-, akan menjawab; “aku tidak tahu siapa dia, aku mendengar manusia membicarakan sesuatu maka akupun mengatakannya”.

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 67-68 – Kitab Ilmu

Keterangan Hadis: Asma’ adalah anak perempuan Abu Bakar As-Shiddiq, istri Zubair bin Awwam , nenek Hisyam dan Fathimah.

فَقُلْت مَا شَأْن النَّاس (apa yang dikerjakan manusia). Pertanyaan itu muncul ketika Asma melihat kekalutan mereka.

فَأَشَارَتْ (Aisyah menunjuk) ke arah langit atau gerhana matahari.

فَإِذَا النَّاس قِيَام (Maka ketika itu (kelihatan) jamaah sedang berdiri shalat). Seolah-olah Asma dan kamar Aisyah menoleh ke arah masjid, maka dia menemukan mereka sedang berdiri mengerjakan shalat gerhana.

فَقَالَتْ سُبْحَان اللَّه (Aisyah memberi isyarat sambil mengatakan Subhannallah).

قُلْت آيَة atau tanda (kekuasaan Allah).

حَتَّى عَلَانِي Dalam kebanyakan riwayat disebutkan dengan lafazh seperti ini. namun dalam riwayat Karimah menggunakan lafazh تَجَلَّانِي yaitu merasa gelap atau berkunang-kunang. Sedangkan Al-ghasya artinya pingsan, tetapi yang dimaksudkan di sini adalah keadaan yang mendkati pingsan, maka ungkapan ini adalah maiaz (kiasan).

Baca Juga:  Hadits Adalah Sumber Hukum Islam, Adakah Pembagiannya?

Oleh karena inilah Asma mengatakan, “ Lalu kusiram kepalaku dengan air” Atau ia melakukannya pada saat menghadapi perasaan itu untuk menghilangkannya. Akan datang pembahasan lebih lanjut tentang hadits ini dalam masalah shalat gerhana, insya Allah.

مِثْل أَوْ قَرِيبًا (Serupa atau hampir serupai. Ibnu Malik mengatakan, “Ini mengibaratkan, bahwa makna dasarnya adalah menyerupai fitnah Danai alau hampir menyerupai fitnah Dajjal.” Adapun perkataan, “Aku tidak ingat benar apakah Asma mengucapkan mitsla atau qarib ” , ini merupakan keraguan dari perawi apakah Asma mengatakan mitsla atau qarib . Untuk itu matan hadits mi akan dijelaskan pada “Kitab Al Jana’iz“, insya Allah .

Catatan
Terdapat dalam teks Ash-Shaghani. bahwa Ibnu Abbas mengatakan marqaduna makhrajuna. Dalam hal ini masih harus diteliti kembali, karena hal ini tidak terdapat dalam hadits walaupun ada keterkaitan dengannya. Penulis menyinggung hal tersebut dalam pembahasan Surah Yaasin.

M Resky S