Halimah As-Sa’diyah; Perempuan yang Mendapat Berkah Melimpah Karena Menyusui Nabi Muhammad SAW

Halimah As-Sa'diyah; Perempuan yang Mendapat Berkah Melimpah Karena Menyusui Nabi Muhammad SAW

PECIHITAM.ORG – Halimah As-Sa’diyah adalah wanita yang menyusui Rasulullah. Halimah binti Abdullah bin Al-Harits As-Sa’diyah, itulah nama lengkapnya. Halimah itu bermakna lemah lembut, berkasih sayang ataupun orang baik. Halimah berasal dari Bani Sa’ad.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Halimah As-Sa’diyah berarti Halimah yang lemah lembut yang bahagia. Ia memiliki suami yang bernama Al-Harits bin Abdul Izzi bin Rifa’ah As-Sa’di.

Anak-anaknya adalah Abdullah, Anisah dan Khadzdzamah. Karena Nabi pernah menyusu kepadanya, maka anak-anak Halimah As-Sa’diyah adalah saudara sepersusuan Nabi Shalallahu alaihi wa Sallam. Selain Nabi, Halimah juga menyusui Abu Sufyan bin Al-Harits bin Abdul Munthalib, anak paman atau sepupu Nabi Muhammad

Mencari Anak Susuan
Pada tangga 12 Rabiul Awwal 571 M sebagaimana disebutkan dalam riwayat shahih baik dalam hadis maupun kitab-kitab tarikh, lahirlah seorang bayi laki-laki di sebuah rumah di kampung Bani Hasyim di Makkah. Bayi itu lahir dari rahim Aminah yang ditolong oleh seorang penolong kelahiran yang bernama Syifa’, ibunda sahabat Abdurrahman bin Auf.

Ayahanda sang bayi bernama Abdullah bin Abdul Muthalib, yang telah meninggal di Yatsrib enam bulan sebelumnya. Bayi yang kemudian oleh kakeknya diberi nama Muhammad (Yang Terpuji) itu lahir dalam keadaan yatim.

Kelahiran yang yatim ini dituturkan dalam Al-Quran Surat Al-Dhuha

اَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيْمًا فَاٰوٰىۖ

Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(mu) [QS. Al-Dhuha ayat 6]

Aminah, janda beranak satu itu, hidup miskin. Suaminya hanya meninggalkan sebuah rumah dan seorang budak, Barakah Al-Habsyiyah atau biasa dipanggil Ummu Aiman. Sementara itu, sudah menjadi kebiasaan bangsawan Arab waktu itu, bayi yang dilahirkan akan disusukan kepada wanita lain. Khususnya kepada wanita dusun, supaya hidup di alam yang segar dan mempelajari bahasa Arab yang baku (fushah)

Baca Juga:  Inilah Kontribusi Besar Madzhab Al-Asy'ari dalam Ilmu Hadits

Ada hadits yang mengatakan, kebakuan bahasa warga Arab yang dusun lebih terjaga. Menunggu jasa wanita yang menyusui, Aminah menyusui sendiri Muhammad kecil selama tiga hari. Lalu dilanjutkan oleh Tsuwaibah, budak Abu Lahab, paman Nabi Muhammad, yang langsung dimerdekakan karena menyampaikan kabar gembira atas kelahiran Nabi, sebagai ungkapan rasa senang Abu Lahab.

Kemudian Muhammad dan bayi kalangan terpandang Arab akan disusui oleh murdi’at (para wanita yang menyusui bayi). Rasulullah SAW ditawarkan kepada murdi’at dari Bani Sa’ad yang sengaja datang ke Makkah mencari bayi-bayi yang masih menyusu dengan harapan mendapat bayaran dan hadiah.

Namun, mereka menolak karena Rasulullah SAW adalah anak yatim. Meski demikian, Halimah Sa’diyah tidak mendapatkan seroang bayi yang akan disusui. Karena itu, agar pulang tanpa tangan hampa, ia mengambil Rasulullah SAW yang yatim itu sebagai anak susuannya.

Keberadaan Muhammad kecil memberi berkah kepada keluarga Halimah, bahkan bagi kabilahnya. Setelah dua tahun, Halimah membawa Muhammad kecil mengunjungi ibunya. Karena sadar bahwa keberadaan Muhammad kecil memberi berkah kepada kampungnya, Halimah memohon Aminah agar Muhammad kecil diizinkan tinggal kembali bersama Bani Sa’ad. Aminah pun menyetujuinya.

Peristiwa “Pembelahan Dada”
Muhammad kecil dikembalikan ke Makkah setelah terjadi peristiwa pembelahan dada. Malaikat datang menghampirinya untuk membelah dada Rasulullah SAW dan mengeluarkan hatinya.

Hati itu dibedah dan dikeluarkan gumpalan darah yang berwarna hitam. Kemudian dicuci. Setelah itu dikembalikan seperti semula. Halimah khawatir dengan keselamatan Muhammad kecil. Ia dan suaminya sepakat mengembalikan Muhammad kepada ibunya.

Baca Juga:  Nusaibah binti Kaab, Prajurit Perempuan Perisai Rasulullah Saw

Ketika diserahkan, Halimah tidak tahu apa yang terjadi pada Rasulullah SAW, sebab untuk mendapat informasi di zaman itu sangatlah susah. Tiba-tiba ketika umur Rasulullah SAW 40 tahun, terdengarlah berita oleh Halimah, rupanya anak susuannya menjadi rasul.

Namun demikian, untuk berjumpa dengan Rasulullah SAW begitu susah. Halimah memeluk Islam di tangan orang lain dan bukan di tangan Rasulullah SAW. Hanya suatu hari Halimah dapat berjumpa dengan Rasulullah SAW. Halimah pun merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Selepas itu, Halimah pun meninggal dunia. Itulah terakhir kalinya dia berjumpa dengan Rasulullah SAW.

Berkah yang Melimpah
Selama empat tahun Rasulullah SAW bersama Halimah. Halimah itu orang miskin, seperti Siti Aminah yang juga miskin. Tapi semenjak dapat anak angkat Rasulullah, rezkinya berlimpah.

Dalam sekejap, kehidupan rumah tangga Halimah berubah total. Dan itu menjadi buah bibir di kampungnya. Mereka melihat, keluarga yang tadinya miskin tersebut hidup penuh kedamaian, kegembiraan, dan serba kecukupan.

Domba-domba yang mereka pelihara menjadi gemuk dan semakin banyak air susunya, walaupun rumput di daerah mereka tetap gersang. Peternakan domba milik Halimah berkembang pesat, sementara domba-domba milik tetangga mereka tetap saja kurus kering. Padahal rumput yang dimakan sama.

Karena itulah, mereka menyuruh anak-anak menggembalakan domba-domba mereka di dekat domba-domba milik Halimah. Namun hasilnya tetap saja sama, domba para tetangga itu tetap kurus kering.

Semenjak dengan Halimah, Rasulullah SAW tak pernah minta makanan, diberi atau tidak diberi makan, beliau tidak minta. Tidak seperti anak-anak lainnya yang jika lapar akan meminta makan.

Baca Juga:  Ini Penting Saya Utarakan! Sombongnya Gus Baha itu Berdasarkan Ilmu

Selain itu, saat mengambil Rasulullah SAW sebagai anak susuan, air susu Halimah bertambah banyak. Ia pun heran. Sebab, selama ini  air susunya bukan tidak ada tapi tidak begitu banyak. Namun, semenjak muncul Nabi SAW, air susunya berlimpah.

Anehnya lagi, ketika sudah menyusu di susu sebelah dan hendak diberikan sebelah lain lagi, Nabi Muhammad tutup mulut kuat-kuat. Halimah paham Rasulullah SAW, yakni agar yang sebelahnya untuk saudaranya, Damrah. Subhanallah! Sejak kecil Allah SWT sudah menganugerahkan sifat keadilan pada Rasulullah SAW. Nabi SAW tidak ingin mengambil bagian yang bukan untuknya. Rasulullah pun tak pernah menangis, tidak seperti anak kecil lainnya yang pasti menangis.

Wafatnya Halimah As-Sa’diyah
Halimah Sa’diyah meninggal di Madinah Al-Munawwarah, lalu dimakamkan di Baqi’. Makam Halimah sangat dikenal di sana. Semoga Allah mengangkat derajatnya bersama pasa sahabat Nabi lainnya.

Faisol Abdurrahman