Lakukan Tiga Hal Ini, Maka Hidupmu Akan Tenang, Tentram dan Aman

Lakukan Tiga Hal Ini, Maka Hidupmu Akan Tenang, Tentram dan Aman

Pecihitam.org– Setiap manusia yang hidup di alam dunia ini, siapa pun dia, petani, kuli, pejabat pengusaha, pasti yang dicari adalah ketenangan, ketentraman dan rasa aman.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dalam tulisan ini, saya mencoba menyampaikan ulang apa yang disampaikan oleh KH. Nashrullah Maksum saat acara peringatan Isra’ Mi’raj di masjid kampung kami tadi malam – dan mungkin ada beberapa improvisasi dari penulis.

Perlu diketahui, beliau merupakan salah seorang mursyid Tarekat Naqsyabandiyah yang menggantikan abahnya, KH. Maksum.

Di hadapan ikhwan Naqsyabandiyah dan warga sekitar Masjid Miftahul Jannah yang beralamat di Sungai Ambawang ini, beliau menyampaikan bahwa yang dicari dalam hidup seorang manusia ada tiga, yakni ketenangan, ketentraman dan rasa aman.

Ketiga hal itu akan diraih dan dirasakan dalam hidup manusia jika bisa menjalani dan istiqamah dalan tiga hal. Berikut penjelasannya:

Pertama, meraih ketenangan dengan melakukan kewajiban

Ketenangan akan dirasakan jika kebutuhan tercukupi. Hati akan tenang jika kebutuhan makan dalam keluarga tercukupi. Sebaliknya jika kebutuhan tidak tercukupi, Maka hati tidak akan tenang. Pikiran kacau tak karuan.

Sedangkan yang membuat kebutuhan kita tercukupi adalah jika kita beribadah kepada Allah, melakukan yang telah diwajibkan pada kita.

Allah sudah berjanji, “jika engkau beribadah, Maka Aku yang akan mencukupi kebutuhanmu. Tapi jika kamu berpaling dari-ku, aku akan membuatmu sibuk dan tidak menutupi kefakiranmu”

Baca Juga:  Meneladani Toleransi Dakwah Rasulullah Sebagai Manifesto Islam Ramah

Kewajiban yang dimaksud bukan hanya beribadah, tapi ikhtiar juga bagian dari kewajiban. Dan menyempurnakan ikhtiar juga merupakan kewajiban.

Maka jika diumpamakan sepeda motor. Ketika ketika melakukan kewajiban yang harus ditunaikan berupa mengisi bensinnya, maka kita akan mendapatkan hak kita, yakni motor akan mengantarkan kita sampai pada tujuan.

Sebaliknya, jika untuk menuju perjalanan yang kita maksud membutuhkan bensin sekitar satu liter, tetapi kita hanya mengisinya setengah liter. Maka jangan salahkan ketika sepeda motor yang kita kendarai mogok di tengah jalan. Ya, kalau mogoknya dekat dengan SPBU atau orang yang jual bensin. Bagaimana kalau jauh, maka motor itu akan menyiksa kita. Kita harus susah payah mendorongnya hingga sampai ke orang yang jual bensin.

Begitu juga kewajiban kita dalam berikhtiar. Misalnya ketika kita mencari rezeki dengan cara bertani. Maka kita punya kewajiban mulai dari menebas lahan, menyemai benih, menyiram, memberikan pupuk, memberikan pestisida ketika ada hama dan lain sebagainya.

Ketika telah menyempurnakan kewajiban kita dalam berikhtiar bertani, maka di situlah kita akan mendapatkan kecukupan dari ikhtiar kita. Di situlah kita akan mendapatkan ketenangan, ketika kebutuhan kita tercukupi.

Tetapi yang banyak terjadi dalam kehidupan sekarang ini, seseorang tidak sempurna melakukan ikhtiarnya. Lebih banyak menuntut hak tetapi tidak melakukan kewajibannya dengan baik. Maka wajar jika upah atau gaji yang didapatkan tidak bisa mencukupi kebutuhan. Atau walaupun mendapatkan upah maupun gaji dalam jumlah yang banyak tetapi hasilnya tidak berkah.

Baca Juga:  Beginilah Peran dan Keterlibatan Perempuan Dalam Aksi Terorisme

Kedua, Meraih Ketentraman dengan Saling Menghargai

Yang dimaksud dengan saling menghargai disini adalah yang lebih muda menghormati yang tua dan yang tua pun menyayangi yang lebih muda. Seorang anak ta’dzim kepada kedua orangtuanya. Begitupun kedua orang tua harus memberikan kasih sayang kepada anaknya.

Seorang istri hormat pada suaminya. Sebaliknya, suami juga menyayangi istri. Inilah yang dalam bahasa agama disebut sebagai akhlak. Jika akhlak berupa saling menghargai ini diterapkan dalam kehidupan keluarga, maka akan ada ketentraman akan ada keharmonisan di dalamnya.

Masing-masing pihak menjadi orang yang tahu diri atau kau tidak merasa sok tahu dan paling benar. Sekali lagi, sikap saling menghargai ini yang akan membuat hidup menjadi tentram.

Ketiga, Meraih Rasa Aman dengan Menerima Perbedaan

Sudah sunnatullah, manusia diciptakan berbeda-beda. Beda agamanya, beda warna kulit, beda profesi, beda karakter dan sebagainya.

Perbedaan-perbedaan itu harus diterima dengan lapang dada. Perbedaan ekonomi, ada yang kayak ada yang miskin. Maka orang yang miskin harus bisa menerima perbedaan itu. Jangan hasut, iri dan dengki kepada yang kaya.

Baca Juga:  Akhlak Terpuji: Yang Sirna dari Muslim Media Sosial

Begitu juga rakyat, harus bisa menerima perbedaan dirinya dengan para pejabat. Tekunilah profesi masing-masing tanpa harus mempersoalkan dan memperdebatkan kesenjangan atau perbedaan profesi antara dia dengan orang yang di atasnya.

Jika ini diterapkan dalam setiap individu seorang muslim maka dalam kehidupannya ia akan merasa aman. Tidak punya musuh. Tetapi jika perbedaan-perbedaan itu tidak bisa diterima dengan baik, maka akan berujung pada perdebatan, konflik dan kesenjangan sosial yang akan membuat hidup tidak menjadi aman.

Demikianlah tiga hal yang harus dilakukan untuk mendapatkan ketenangan, ketentraman dan rasa aman dalam hidup yang kami tulis ulang dari apa yang disampaikan oleh salah seorang guru kami. Jika dalam improvisasi yang penulis tambahkan terdapat tahrif, ini semata karena kebodohan saya. Semoga bermanfaat.

Faisol Abdurrahman