Hati-hati, Inilah Hukum Menggunakan Khodam Jin dalam Islam

hukum menggunakan khodam dalam islam

Pecihitam.org – Mungkin beberapa dari kita pernah mendengar istilah khodam berupa jin yang dapat melindungi seseorang ataupun untuk kekebalan. Khodam ini konon hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu. Lantas bagiamana sebenarnya orang yang memiliki khodam/jin ? Dan bagaimana hukum menggunakan khodam dalam Islam?

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Daftar Pembahasan:

Apa Itu Khodam?

Khodam yang dimaksud disini adalah penjaga yang didatangkan dari dunia ghaib atau dari rahasia urusan ilahiyah untuk manusia, bukan untuk benda bertuah. Khodam ini terkadang banyak diminati oleh sebagian kalangan namun dengan cara yang kurang benar.

Bahkan kadang ada yang sengaja berburu khodam dengan bersungguh-sungguh. Mereka melakukan wirid-wirid khusus, bahkan datang ke tempat-tempat yang terpencil. Di kuburan-kuburan tua yang angker, di dalam gua, atau di tengah hutan dan ini jelas tidak diperkenankan.

Memang keberadaan khodam itu ada, dan mereka disebutkan di dalam al-Qur’an al-Karim. Diantara mereka ada pula yang datang dari golongan Jin dan ada juga dari Malaikat, namun barangkali pengertiannya berbeda dengan bayangan umumnya di masyarakat.

Karena khodam yang dinyatakan dalam Al-Qur’an itu bukan berupa kelebihan atau kesaktian dari basyariah manusia, melainkan berupa sistem penjagaan dan perlindungan yang diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh sebagai buah ibadah yang mereka lakukan.

Sistem perlindungan ini dibangun oleh rahasia urusan Allah SWT yang disebut “walayah”. Hal ini supaya fitrah orang beriman tersebut tetap terjaga dalam kondisi sebaik-baik ciptaan. Keberadaan khodam-khodam tersebut sebagaimana keteranagn firman Allah berikut:

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

“Bagi manusia ada penjaga-penjaga yang selalu mengikutinya, di muka dan di belakangnya, menjaga manusia dari apa yang sudah ditetapkan Allah baginya. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubahnya sendiri”. (QS. ar-Ra’d; 13/11)

Selain itu juga dalam sebuah hadits Baginda Nabi Saw bersabda:

حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ فَقَالَ إِنِّي أُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبَّهُ قَالَ فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ ثُمَّ يُنَادِي فِي السَّمَاءِ فَيَقُولُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ قَالَ ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي الْأَرْضِ رواه البخاري و مسلم *

“Dari Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: “Sesungguhnya Allah apabila mencintai seorang hamba, memanggil malaikat Jibril dan berfirman : “Sungguh Aku mencintai seseorang ini maka cintailah ia”. Nabi Saw bersabda: “Maka Jibril mencintainya”. Kemudian malaikat Jibril memanggil-manggil di langit dan mengatakan: “Sungguh Allah telah mencintai seseorang ini maka cintailah ia, maka penduduk langit mencintai kepadanya. Kemudian baginda Nabi bersabda: “Maka kemudian seseorang tadi ditempatkan di bumi di dalam kedudukan dapat diterima oleh orang banyak”. (HR Bukhari dan Muslim )

Hukum Menggunakan Khodam dalam Islam

Karena khodam ini berurusan dengan hal yang ghaib, maka tidak jarang ada yang bertanya hukum menggunakan hal demikian dalam Islam.

Baca Juga:  Betulkah Pelaku Bom Bunuh Diri Mendapatkan Pahala Syahid?

Terdapat sebuah keterangan bahwa, jika pelakunya orang yang menjaga syari’at (mutasyarri’), yang dibaca (mantera) tidak bertentangan dengan syariát, khodamnya juga yang baik dan tidak menimbulkan dhoror syar’i ( termasuk menghilangkan kesadaran, tidak ada manfaat yang sebanding ) maka hukumnya boleh. Hal ini sebagaimana keterangan berikut:

( مسألة: فى أقسام السحر وحكمه )الى أن قال ومنها الاستعانة بالأرواح الأرضية بواسطة الرياضة وقراءة العزائم إلى حيث يخلق الله تعالى عقب ذلك على سبيل جرى العادة بعض خوارق وهذا النوع قالت المعتزلة إنه كفر لأنه لا يمكن معه معرفة صدق الرسل عليهم الصلاة والسلام للالتباس, ورد بأن العادة الإلهية جرت بصرف المعارضين للرسل عن إظهار خارق ثم التحقيق أن يقال إن كان من يتعاطى ذلك خيرا متشرعا فى كامل ما يأتى ويدر وكان من يستعين به من الأرواح الخيرة وكانت عزائمه لا تخالف الشرع وليس فيما يظهر على يده من الخوارق ضرر شرعى على أحد فليس ذلك من السحر بل من الأسرار والمعونة وإلا فهو حرام إن تعلمه ليعمل به بل يكفر إن اعتقد حل ذلك فإن تعلمه ليتوقاه فمباح وإلا فمكروه. إهـ هامش فتح الوهاب الجزء الثانى ص : 151 دار إحياء الكتب العربية

“Masalah : Dalam pembahasan bentuk-bentuk sihir dan hukumnya……dst

Di antara macam sihir yaitu meminta pertolongan dengan arwah arodhiyah dengan cara laku riyadhah dan membaca azimat-azimat yang setelahnya akan menimbulkan hal-hal aneh diluar kebiasaan pada umumnya.

Menurut kaum Mu’tazilah ini termasuk perbuatan kufur karena dapat menyerupai dan melemahkan kebenaran para utusan Allah akan mukjizatnya, sedang menurut pendapat ulama yang Tahqiiq (kuat dalam pernyataannya) hukumnya di perinci :

1. Boleh : Apabila pelakunya disiplin syari’at (mutasyarri’), kemudian yang dibaca (mantera) tidak bertentangan dengan syariát dan tidak menimbulkan dloror syar’i (termasuk menghilangkan kesadaran, akan tetapi tidak ada manfaat yang sebanding). Bila yang terjadi semacam ini, maka hal tersebut bukanlah sihir tetapi kelebihan dan ma’unah

2. Tidak boleh (haram) : Apabila pelakunya tidak disiplin syariát (fasiq) atau yang dibaca dilarang menurut syara’ atau menimbulkan dloror syar’i (termasuk hilangnya kesadaran dan tidak ada manfaat sebanding). [Hamisy Fath Al Wahaab II/151].

Hukum menggunkan Khodam jin muslim atau meminta bantuan kepada jin Muslim adalah boleh, dengan syarat dan diyakini bahwa itu hanya sebagai perantara saja. Sebagaimana dinukil dalam kitab Al Ajwibatul Gholiyah fii Aqidati Firqotin Naajiyyah karya Habib Zainal Abidin Ba’alawi

Baca Juga:  Ramalan Jodoh yang Diperbolehkan Menurut Islam dan Doa Cepat Dapat Jodoh

س: فهل يجوز طلب الإغاثة من غير الله ؟

ج: نعم، يجوز طلبها من غيره تعالى باعتبار أنَّ المخلوق – المستغاث به – سبب و واسطة، فإن الإغاثة وإن كانت من الله عز وجل على الحقيقة فلا ينافي أن الله تعالى جعل لذلك أسباباً و وسائط أعدَّها له، والدليل على ذلك قوله صلى الله عليه وسلم: (( والله في عون العبد ما كان العبد في عون أخيه )) رواه مسلم . وقوله صلى الله عليه وسلم في حقوق الطريق: (( وأن تغيثوا الملهوف وتهدوا الضال )) رواه أبو داود . فنسب الإغاثة إلى العبد وأضافها إليه وندب العباد أن يعين بعضهم بعضا ، فالمستعين بغير لله لا يطلب منه أن يخلق شيئاً وإنما قصده منه أن يدعو الله له في تخليصه من شدة مثلاً .

… س: ما الدليل على مشروعية الاستغاثة ؟

ج: لذلك أدلة كثيرة، منها ما رواه البخاري في صحيحه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (( إنَّ الشمس تدنو يوم القيامة حتى يبلغ العرق نصف الإذن، فبينما هم كذلك استغاثوا بآدم ثم بموسى ثم بمحمد صلى الله عليه وسلم … )) الحديث، فقد أجمع أهل الموقف كلهم على جواز الاستغاثة بالأنبياء عليهم السلام وذلك بإلهام من الله تعالى لهم وفي ذلك أدلّ دليل على مشروعية الاستغاثة بغير الله . ومنها ما رواه الطبراني أنه صلى الله عليه وسلم قال: (( إذا ضل أحدكم – أي عن الطريق – أو أراد عوناً وهو بأرض ليس فيها أنيس، فليقل: ياعباد الله أغيثوني )) وفي رواية: (( أعينوني فإن لله عباداً لا ترونهم )) . فهذا الحديث صريح في جواز الاستغاثة والنداء بالغائبين من الأحياء والأموات، والله أعلم .

“Pertanyaan: “Bolehkah meminta tolong kepada selain Allah ?”

Jawaban : Ya boleh meminta pertolongan kepada selain daripada Allah dengan keyakinan bahwa makhluk yang dimintai pertolongan adalah sebagai sebab dan perantara, maka sesungguh pertolongan itu dari Allah secara haqiqi dan tidak bisa dinafikan bahwa pertolongan Allah itu memiliki sebab sebab dan perantara. Perantara yang Allah sediakan untuk manusia dan dalil itu ialah sabda rasulullah: “Allah akan menolong hambanya selagi hambanya menolong saudaranya”. (HR Muslim)

Dan sabda rosulullah mengenai hak hak jalan : “Hendaklah kamu menolong orang yang Mengeluh dan memberi petunjuk kepada orang yang tersesat dijalan”. (HR Abu dawud ).

Maka dinisbahkan pertolongan itu kepada hamba dan disandarkan kepadanya dan disunnahkan bagi seorang hambah menolong hambah yang lainnya. Maka yang dimintai pertolongan kepada selain Allah tidak harus dituntut dapat menciptakan sesuatu dan sesungguhnya ia itu bermaksud berdoa memohon kepada Allah untuk melepaskan kesulitan itu sebagai misal.

Baca Juga:  Hukum Membantah Orang Tua yang Salah, Benarkah Anak Pasti Durhaka?

“Pertanyaan : Apa dalil syariat tentang itu ?”

“Jawaban : Dalil tentang itu banyak, diantaranya hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam shohihnya rasul bersabda: “Sesungguhnya didekat matahari pada hari kiamat nanti sehingga keringat bercucuran sampai ketelinga manusia meminta tolong kepada nabi Adam kemudian nabi Musa lalu kepada nabi Muhammad shollahu alaihi wasallam”. (Al Hadis).

Telah sepakat Ahlu tauqif semuanya bolehnya meminta tolong kepada Para nabi itu dengan ilham dari Allah berkaitan dengan itu pula terdapat dalil syara’ bolehnya meminta pertolongan selain dari Allah diantaranya hadits riwayat Thabrani Nabi bersabda:

“Apabila diantara kamu tersesat disuatu jalan dan mengharapkan pertolongan yang mana ditempat itu tidak ada seorang pun manusia maka katakanlah: “Wahai hamba Allah Aghitsuni (tolonglah aku) dalam suatu riwayat (a’inuni ) maka sesunggunya Allah memiliki hamba hamba yang mana engkau tidak melihat mereka. Hadits ini maknanya terang dalam hal kebolehan memohon pertolongan dan menyeru yang ghaib bagi yang hidup maupun yang sudah mati. Wallahu a’lam”

Kesimpulan

Dalam Islam hukum menggunakan khodam atau meminta bantuan Khodam jin muslim adalah boleh. Selama yang diyakini hanya sebagai sebab atau perantara semata. Sedangkan memohon bantuan kepada khodam jin kafir adalah haram.

Syirik itu merupakan bentuk dosanya sedangkan musyrik adalah pelakunya. Seseorang dihukumi musyrik jika ia menyakini penuh jin / khodam tersebut memiliki kekuatan mutlak dan tidak menyaksikan bahwa segala sesuatunya dari Allah swt. Naudzubillah min dzalik.

Wallahu a’lam bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik