Iblis, Makhluk Pembangkang: Apakah Ia dari Bangsa Jin atau Malaikat?

Iblis

Pecihitam.org– Iblis, nama ini sudah tidak asing kita dengar. Sejak kecil, guru ngaji kita telah mengenal nama ini sebagai musuh manusia. Siapa dan seperti apakah Iblis yang juga sering disebut dalam Al-Qur’an ini?

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Pembahasan lengkap mengenai sosok yang konon tidak mau hormat kepada Nabi Adam dan merupakan makhluk pertama yang diusir dari syurga ini, dapat Anda baca dakam tulisan ini.

Termasuk tentang apakah Iblis merupakan golongan bangsa Jin atau bahkan dari jajaran malaikat yang mulia.

Daftar Pembahasan:

Nama Iblis

Iblis adalah nama yang dinisbatkan
kepada makhluk halus jenis setan. Menurut sebagian ulama, kata Iblis berasal dari Bahasa Arab, Ablasa yang
artinya jahat.

Dari nama ini dapat diduga bahwa pemiliknya adalah sosok makhluk jahat, yang memusuhi dan menjadi musuh siapa saja bahkan termasuk Allah SWT sendiri, Dzat Yang Maha Pencipta, Tuhan semesta alam.

Karenanya, ia lalu dijuluki sebagai ‘sang musuh’ (al-‘aduww) dan juga ‘musuh Allah’ (‘aduww Allah). Dengan status itu, ia selamanya tidak akan bisa berharap untuk mendapatkan kasih Allah.

Apakah Iblis Golongan Jin atau Malaikat?

Di antara para ulama terdapat perdebatan tentang hakekat dan substansi kebendaan dari Iblis, apakah ia tergolong dari jenis malaikat ataukah jin.

Posisi masing-masing pihak ternyata sangat tergantung pada bagaimana
mereka mendefinisikan istilah ‘malaikat
(malak) dan ‘jin’ itu sendiri.

Bagi yang membedakan antara substansi malaikat dengan jin secara tegas menyatakan bahwa berdasarkan QS 18:50, Iblis adalah makhluk dari golongan jin, bukan malaikat.

Sebaliknya, bagi sebagian lain yang tidak menarik garis tegas seperti ini, mereka beranggapan bahwa pada hakekatnya Iblis itu adalah makhluk dari golongan malaikat atau jenis malaikat.

Pendapat ini didasarkan pada firman Allah yang berbunyi: kemudian Tuhan memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Adam; maka semua malaikat bersujud, kecuali Iblis”.

Terlepas dari itu, Al-Jilli lebih senang untuk menyatakan, bahwa Iblis adalah mahluk yang terbuat dari nafsu (amarah).

Baca Juga:  Inilah 10 Gelar Putri Kesayangan Rasulullah (Fatimah Az Zahra)

Dulu, kata Al-Jilli, sebelum alam dunia ini tercipta, iblis itu bernama ‘Azazil. Ia diperintahkan oleh Allah agar selalu tunduk dan patuh serta melarangnya untuk menyembah selain Dia.

Terhadap perintah dan larangan
ini, ‘Azazil memang selalu tunduk dan selalu patuh bahkan sudah mengabdi kepada-Nya ribuan tahun lamanya.

Karena itu pula, kata Al-Jilli, ketika Allah SWT menyuruh para malaikat untuk bersujud kepada Adam a.s., ‘Azazil menolak perintah Allah tersebut karena
dalam anggapannya Adam itu bukan Allah.

Ia memang benar, Adam itu bukan Allah. Namun dengan itu tampak kenaifannya sendiri yaitu, kata Al-Jilli, bahwa nalar ‘Azazil tidak sampai untuk memahami dan menangkap esensi sesungguhnya dari perintah Allah yang baru, yaitu bahwa bersujud kepada Adam atas perintah-Nya berarti juga bersujud kepada-Nya.

Alih-alih mengakui kesalahan yang telah diperbuatnya karena ketidak fahamannya itu, sehingga dengan sengaja ‘Azazil membangkang terhadap perintah-Nya, ia bukannya bertobat mengakui kenaifan dirinya serta memohon ampun kepada-Nya melainkan justru menunjukkan keangkuhan dirinya.

Nabi Adam VS Iblis

Dalam legenda tentang awal penciptaan manusia, sosok Iblis muncul setidaknya dalam dua episode.

Pertama, seperti disinggung di atas, yaitu saat ia berani membangkang perintah Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam alaihissalam, yakni manusia pertama yang baru saja selesai diciptakan oleh Allah dengan segala kesanggupan dan kelebihan yang super dibandingkan dengan makhluk lain.

Karena pembangkangan dan kesombongannya itu, Allah mengutuk Iblis, sebagaimana disebutkan banyak surah di dalam Al-Qur’an, salah satunya dalam Surat Al-A’raf ayat 11 berikut:

وَلَقَدْ خَلَقْنٰكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنٰكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ لَمْ يَكُنْ مِّنَ السّٰجِدِيْنَ

Dan sungguh, Kami telah menciptakan kamu, kemudian membentuk (tubuh)mu, kemudian Kami berfirman kepada para malaikat, “Bersujudlah kamu kepada Adam,” maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia (Iblis) tidak termasuk mereka yang bersujud.

Kemudian, dalam episode kedua, Iblis muncul saat menggoda Nabi Adam dan Siti Hawa agar keduanya melanggar ketetapan Allah dengan mendekati dan memakan buah larangan.

Baca Juga:  Mengapa Al-Qur’an Turun secara Berangsur-angsur? Inilah Hikmahnya

Nabi Adam dan istrinya, Siti Hawa khilaf akan ketetapan Allah tersebut. Lalu terjerat begitu saja oleh godaan Iblis dengan memakan buah larangan yang dimaksud.

Akibatnya, Nabi Adam dan Siti Hawa terlempar dari surga dan harus menjalani kehidupan di dunia, sebagaimana disebutkan dalam Surat Al-Baqarah ayat 35-36 berikut:

وَقُلْنَا يٰٓاٰدَمُ اسْكُنْ اَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَاۖ وَلَا تَقْرَبَا هٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُوْنَا مِنَ الظّٰلِمِيْنَ

Dan Kami berfirman, “Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim!

فَاَزَلَّهُمَا الشَّيْطٰنُ عَنْهَا فَاَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيْهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوْا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۚ وَلَكُمْ فِى الْاَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَّمَتَاعٌ اِلٰى حِيْنٍ

Lalu setan memperdayakan keduanya dari surga sehingga keduanya dikeluarkan dari (segala kenikmatan) ketika keduanya di sana (surga). Dan Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain. Dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.”

Alasan Iblis Tidak Mau ‘Sujud’ pada Nabi Adam

Para ulama menjelaskan, ada dua alasan kenapa ‘Azazil menolak untuk sujud kepada Nabi Adam. Pertama, karena ‘Azazil merasa dirinya diciptakan lebih awal daripada Nabi Adam, sehingga statusnya sebagai makhluk surgawi yang tergolong lebih tua (senior).

Alasan kedua adalah karena Adam hanya terbuat dari tanah liat, sehingga secara material lemah (hina). Adapun bahan penciptaan iblis adalah dari api yang perkasa, sehingga dari sisi ini ia merasa secara substansial kualitasnya lebih baik daripada Nabi Adam.

Karena itu, dalam logika Iblis, mengapa harus bersujud kepada yang lebih buruk daripada dirinya.

Dilihat dari segi apapun, perintah bersujud semacam itu sangat tidak fair, tidak adil, merendahkan martabat, melecehkan, dan karena itu sangat tidak masuk akal.

Baca Juga:  Adakah Penjelasan Gempa Bumi dalam Al Quran? Bagaimana Doanya?

Itulah sebabnya, dalam pikiran Iblis, perintah demikian sangat tidak layak untuk dipatuhi. Sebaliknya, dari sisi Tuhan, justru karena dua kesalahan itu, kualitas kepatuhan Iblis tampak jelas tak tahan uji.

Oleh karena itu, Iblis pantas dikeluarkan dari Syurga, dikutuk dan dihukum.

Iblis melihat Adam sepenuhnya dengan ‘mata akal’, bukan dengan ‘mata cinta’ kepada Ilahi. ‘Mata akal’ memang tidak dapat menangkap keindahan Ilahi melalui ciptaan-ciptaan-Nya.

Berbeda dengan ‘mata cinta’ yang mampu menangkap setiap keindahan Tuhan pada segala ciptaan-Nya.

Karena itu, bisa dipahami alau Iblis yang tidak bisa menangkap percikan keindahan Ilahi pada diri ciptaan Tuhan yang bernama Adam.

Dikisahkan, di hadapan Tuhan dengan congkak, Iblis berkata, “Aku lebih baik daripada dia”, sebagaimana disebutkan dalam Surat Al-A’raf ayat 12.

Menurut para ahli sufi periode akhir, ungkapan ‘Aku’ yang diucapkan Iblis tersebut sama artinya dengan ungkapan ‘Aku’ yang diucapkan Firaun, yaitu ungkapan kekafiran dan ungkapan untuk menunjukkan kesombongan dirinya yang mensejajarkan dirinya dengan ‘Aku’ yang diucapkan, seperti disebutkan dalam Surat An-Nazi’at ayat 24 berikut

فَقَالَ اَنَا۠ رَبُّكُمُ الْاَعْلٰىۖ

(Fir’aun) berkata, “Akulah tuhanmu yang paling tinggi.”

Demikianlah tulisan kali ini yang membahas seluk beluk tentang Iblis, musuh utama manusia dalam menjalani kehidupan ini. Semoga kita senantiasa dijaga oleh Allah dari godaan nya yang menipu.

Faisol Abdurrahman