Ibnu Sina, Ilmuan Islam yang Dijuluki Bapak Kedokteran Moderen

ibnu sina

Pecihitam.org – Ibnu Sina merupakan seorang filsuf, ilmuwan, dokter, dan penulis aktif yang lahir di zaman keemasan Peradaban Islam. Pada zaman tersebut ilmuwan-ilmuwan muslim banyak menerjemahkan teks ilmu pengetahuan dari Yunani.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Di kalangan orang-orang Barat, Ibnu Sina dikenal dengan panggilan Avicenna. Selain itu, Ia juga dikenal sebagai seorang penulis yang produktif. Dan sebagian besar karyanya adalah tentang filsafat dan pengobatan.

Ibnu Sina adalah ‘Bapak Pengobatan Modern’ hal ini karena begitu banyak jasa dan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal adalah al Qanun fi at Thib atau di dunia barat terkenal dengan nama The Canon of Medicine. Buku ini menjadi rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.

Ibnu Sina lahir pada 980 masehi di Afsana, sebuah desa dekat Bukhara (sekarang dikenal dengan Uzbekistan), ibukota Samaniyah, sebuah dinasti Persia di Central Asia dan Greater Khorasan. Ibunya, bernama Setareh, berasal dari Bukhara dan Ayahnya yang berasal dari Balkh Khurasan adalah seorang pegawai tinggi pada Dinasti Samaniah kala itu.

Sejak kecil, ia sudah menunjukkan kepandaian yang luar biasa. Di usia 5 tahun, ia telah belajar menghafal Alquran. Selain menghafal Alquran, ia juga belajar mengenai ilmu-ilmu agama.

Ia belajar Ilmu kedokteran pada usia 16 tahun. Tidak hanya belajar mengenai teori kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada orang sakit dan melalui perhitungannya sendiri, ia juga menemukan metode-metode baru dari perawatan.

Baca Juga:  Mengenal Syekh Taqiyuddin an Nabhani Pendiri Hizbut Tahrir

Pada usia 18 tahun anak muda ini memperoleh status penuh sebagai dokter yang berkualitas dan menemukan bahwa “Kedokteran adalah ilmu yang sulit ataupun berduri, seperti matematika dan metafisika.

Kepopulerannya sebagai dokter bermula ketika ia berhasil menyembuhkan Nuh bin Mansur (976-997), salah seorang penguasa Dinasti Samaniah. Sebab banyak ahli dan tabib sebelumnya tidak berhasil menyembuhkan penyakit sang raja tersebut.

Karena telah menyembuhkan sang raja, sebagai penghargaan, Ibnu Sina diminta menetap di istana. Namun hal itu ditolaknya dengan halus, sebagai gantinya ia hanya meminta izin khusus untuk dapat mengunjungi perpustakaan kerajaan yang kuno dan antik. Siapa sangka, dari sanalah ilmunya yang luas makin bertambah.

Selain terkenal sebagai seorang dokter, Ibnu Sina juga ahli dalam ilmu agama , matematika, logika, fisika, geometri, astronomi, metafisika dan filosofi. Dan Ibnu Sina juga memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan pada usia yang masih sangat muda.

Tak hanya itu, ia juga mendalami masalah-masalah fikih dan menafsirkan ayat-ayat Alquran. Ia banyak menafsirkan ayat-ayat Alquran untuk mendukung pandangan-pandangan filsafatnya.

Ketika Ibnu Sina berusia 22 tahun, ayahnya meninggal. Setelah kematian ayahnya ia mulai berkelana, menyebarkan ilmu dan mencari ilmu yang baru. Tempat pertama yang menjadi tujuannya menuntut ilmu adalah Jurjan, sebuah kota di Timur Tengah. Di sinilah ia bertemu dengan Abu Raihan Al-Biruni, seorang sastrawan dan ulama besar dan Ia kemudian berguru kepadanya.

Baca Juga:  Gus Miftah; Biografi, Metode Dakwah Hingga Islamnya Deddy Corbuzier

Setelah dari Jurjan ia melanjutkan pengembaraan menuntut ilmunya ke Rayy dan Hamadan. Yaitu adalah sebuah kota dimana karyanya yang monumental al Qanun fi at Thib mulai ditulis. Di tempat ini pula Ibnu Sina banyak berjasa, terutama pada raja Hamadan.

Seakan tak pernah hilang dahaga ilmunya, ia melanjutkan lagi perjalanannya, kali ini Iran menjadi kota tujuannya. Di sepanjang jalan yang dilaluinya itu, banyak lahir karya-karya besar yang memberikan manfaat besar pada dunia ilmu kedokteran khususnya.

Ia juga banyak menyumbangkan karya-karya asli dalam dunia kedokteran. Itulah mengapa Ibnu Sina mendapat julukan Bapak Kedokteran Dunia. Sebab awal perkembangan dunia kedokteran tidak bisa lepas dari nama besar Ibnu Sina itu sendiri.

Dalam al Qanun fi at Thib contohnya, ia menulis ensiklopedia dengan jumlah jutaan item mengenai pengobatan medis dan obat-obatan. Ia juga orang yang pertama kali memperkenalkan penyembuhan secara sistematis, dan hal ini dijadikan rujukan hingga tujuh abad lamanya.

Selain itu untuk pertama kalinya Ibnu Sina pula lah yang menggambar dan mencatat anatomi tubuh manusia secara lengkap. Dan dari sini ia akhirnya berkesimpulan bahwa, setiap bagian tubuh manusia, dari ujung rambut kepala sampai ujung kaki kuku semuanya saling berhubungan.

Ia juga orang yang pertama kali merumuskan, bahwa kesehatan jasmani dan kesehatan jiwa adalah berkaitan dan saling mendukung satu sama lain. Lebih khusus lagi, Ibnu Sina pula yang mengenalkan dunia kedokteran pada ilmu yang sekarang diberi nama farmasi dan pathology, yang menjadi bagian penting dari ilmu kedokteran.

Baca Juga:  Biografi Syekh Salim Al Hadhromi Pengarang Kitab Safinatun Najah

Selain The Canon of Medicine, ada satu lagi kitab karya Ibnu Sina yang tak kalah dahsyatnya pula. Asy-Syifa, begitu judul kitab karyanya ini. Sebuah kitab tentang cara-cara pengobatan sekaligus obatnya. Di dunia ilmu kedokteran kitab ini menjadi semacam ensiklopedia dan filosofi dunia kedokteran. Dalam bahasan latin, kitab ini begitu di kenal dengan nama ‘Sanatio’.

Ibnu Sina wafat pada tahun 428 H/1037 M di kota Hamdan, Iran. Beliau wafat setelah menyumbangkan begitu banyak hal kepada khazanah keilmuan umat manusia terutama di bidang kedokteran. Hampir sebelas abad sudah Ibnu Sina meninggalkan kita, namun ilmu dan karyanya sampai sekarang masih berguna bagi siapapun.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik