Ini Daftar Kitab yang Dikaji di Pesantren Pada Abad 19

Ini Daftar Kitab yang Dikaji di Pesantren Pada Abad 19

PeciHitam.org – Kitab-kitab berbahasa Arab sudah dikenal dan dipelajari di beberapa tempat di Nusantara ini sejak sebelum abad ke-16 Masehi. Sudah banyak usaha-usaha untuk menerjemahkan kitab berbahasa Arab tersebut ke dalam bahasa Melayu dan Jawa.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Pada abad ke-16 itu, banyak sekali kitab yang berbahasa Arab, Jawa, dan Melayu dibawa ke Eropa oleh orang-orang Belanda. Di antara kitab-kitab yang dibawa itu terdapat kitab-kitab tafsir, kitab fikih yang berjudul At-Taqrib fil Fiqhi yang disertai terjemahan bahasa Jawanya.

Kitab fikih pernikahan islami dalam bahasa Arab yang dilengkapi terjemahan baris per baris, kitab syair-syair pujian terhadap Rasulullah yang akrab dikenal sebagai Qasidah Al-Burdah karya Al-Bushiri, kitab-kitab tasawwuf dalam bahasa Arab berikut terjemahan dalam bahasa Jawa dan kitab fikih karangan Abu Syuja’ Al-Asbahani.

Nuruddin Ar-Raniri yang pernah tinggal di Aceh pada abad ke-17, misalnya, ternyata, diketahui pernah menulis sebuah kitab fikih dalam bahasa Melayu yang berjudul Ash-Shirath Al-Mustaqim. Bahkan hingga saat ini, kitab-kitab tersebut masih banyak dikaji di beberapa daerah.

Demikian pula dengan Abdur Rauf As-Singkili. Selain menulis kitab-kitab kesufian pada abad ke-17 itu, ia juga pernah menulis sebuah kitab fikih mazhab Syafi’i yang berjudul Mir’ah Ath-Tullab fi Ashl Ma’rifah Al-Ahkam Asy-Syar’iyyah li Al-Malik Al-Wahhab. Menulis kitab fikih mazhab Syafi’I seolah menjadi kecenderungan ulama-ulama selanjutnya.

Baca Juga:  Kitab Al Muwaththa ( Kitab Yang Disepakati) Karya Imam Malik

Pada abad ke-19, pemerintah kolonial Belanda mulai mendata pesantren-pesantren yang ada. Pada 1831, pemerintah mencatat sekitar 1.853 jumlah lembaga pendidikan Islam tradisional yang terdapat di Jawa saja dengan jumlah murid sekitar 16.556 orang.

Beberapa puluh tahun kemudian, sekitar 1873, pemerintah kolonial kembali mencatat sekitar 20.000 sampai 25.000 pesantren yang tersebar di berbagai pulau di Nusantara dengan jumlah murid sekitar 300.000.

Pemerintah kolonial Belanda juga pernah mendata kitab-kitab pelajaran yang digunakan di pesantren-pesantren. Diperolehlah data yang menjelaskan keterangan tentang kitab-kitab yang dipakai di pesantren-pesantren besar, baik di Jawa maupun Madura. Uniknya, kitab-kitab yang dipakai di Jawa ternyata juga dipakai dalam pengajaran-pengajaran agama yang ada di surau-surau Sumatera Barat.

Dalam bidang fikih, ada dua jenis kitab fikih, yaitu fikih ibadah dan fikih umum. Pada fikih ibadah, digunakan kitab Safinah An-Najah, Sullam At-Taufiq, Masa-il As-Sittin, Mukhtashar karya Abdullah bin Abdirrahman Bafadhl, Minhajul Qawim karya Ibnu Hajar Al-Haitami, Al-Hawasyi Al-Madaniyah, dan Ar-Risalah karya Ahmad bin Zain Al-Habsyi.

Baca Juga:  Kitab al Wasith fi al Madzhab Karya Imam Al Ghazali

Adapun fikih umum, kitab-kitab yang digunakan adalah Fathul Qarib, Al-Iqna’ Syarh Mukhtashar, Tuhfah Al-Habib, Al-Muharrar, Minhaj Ath-Thalibin karya Imam Nawawi, Al-Mahalli Syarh Minhaj Ath-Thalibin, Fathul Wahhab, Fathul Mu’in dan Tuhfah Al-Muhtaj karya Ibnu Hajar Al-Haitami.

Dalam bidang bahasa Arab, mayoritas pesantren waktu itu menggunakan kitab Muqaddimah Al-Ajurumiyyah, Mutammimah Al-Ajurumiyah, Al-Fawakih Al-Janiyyah, Al-Imrithi, Syarh Al-Ajurumiyah milik Al-Kafrawi, Al-‘Awamil Al Mi-ah, Alfiyah, Minhaj Al-Masalik, Syarh Alfiyah Ibn Aqil, Tamrin Ath-Thullab, Al-Kafiyah karya Ibnul Hajib, Qathrun Nada, Mujib An-Nida Syarh Qathrun Nada, dan Al-Misbah.

Bidang akidah hanya menggunakan beberapa kitab yang baku di antara mereka. Kitab-kitab yang dimaksud antara lain adalah Bahjatul ‘Ulum beserta dengan syarh (penjelasannya), Ummul Barahin dan Fathul Mubin Syarh Ummil Barahin, Al-‘Aqaid Ash-Shughra beserta syarh, Al-Mufid karya Ibnu Sulaiman Al-Jazuli, Kifayatul Awam, Al-Miftah fi Syarh Ma’rifah Al-Islam, Jawharah At-Tauhid, dan Iftahul Murid.

Bidang akhlak (tasawwuf) digunakan kitab Ihya’ ‘Ulumuddin, Bidayatul Hidayah dan Minhajul ‘Abidin yang ketiganya merupakan karya Imam Al-Ghazali. Kemudian, ada juga kitab Al-Hikam karya Ibnu Athaillah Al-Iskandar, Syu’abul Iman karya Muhammad bin Abdillah Al-Iji, dan Hidayah Al-Azkiya’ ila Thariq Al-Awliya’.

Khusus dalam bidang tafsir, kitab yang digunakan pesantren-pesantren masa itu kompak satu kitab, Tafsir Jalalain. Dalam bidang hadits, hampir tidak ditemukan sama sekali kitab khusus yang mengkaji hadis pada waktu itu.

Baca Juga:  Sunan Abu Dawud, Kitab Hadits Karya Imam Abu Dawud

Hasil pendataan yang ada seolah-olah ingin menunjukkan bahwa pelajaran-pelajaran yang diadakan di pesantren-pesantren pada abad ke-19 hanya tertuju pada permasalahan fikih dan tasawwuf.

Mohammad Mufid Muwaffaq