Inilah Kebiasaan Buruk Yang Sama-sama Dilakukan oleh Wahabi dan Rafidhoh

Inilah Kebiasaan Buruk Yang Sama-sama Dilakukan oleh Wahabi dan Rafidhoh

Pecihitam.org – Sejarah kehidupan manusia selalunya berulang. Di setiap zaman ada golongan yang baik dan ada yang buruk. Kalau kita lihat sejarah golongan yang menyimpang dari ajaran agama yang lurus, selalunya mempunyai “modus” yang hampir sama.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kami ingin paparkan perkara buruk apa yang sama-sama dilakukan oleh golongan yang mengkafirkan Shahabat radhiallahu anhum (Rafidhoh) dan golongan Tauhid 3 serangkai (Wahabi). Mengapa modus kedua golongan ini hampir sama, padahal keduanya adalah musuh bebuyutan yang kita lihat dengan jelas di akhir zaman ini. Jawaban singkatnya karena mereka berusaha ingin mengelabui sebanyak-banyaknya umat Islam agar mengikuti mereka, yaitu mengikuti penyimpangan ajaran mereka itu.

Memalsukan sumber rujukan ajaran Islam.

Sumber rujukan ajaran Islam adalah Qur’an, Hadits, Ijma dan Qiyas. Golongan yang mengkafirkan Shahabat radhiallahu anhum sudah ada di zaman Shahabat radhiallahu anhum. Di zaman itu sumber rujukan utama setelah Qur’an adalah hadits Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, karena para Shahabat masih hidup. Kitab belum banyak ditulis, sebab belum terlalu diperlukan. Para Shahabat radhiallahu anhum itulah “ilmu Qur’an dan Hadits yang hidup” dan menjadi model pengamalan Qur’an dan Hadits. Al-Quran adalah Kitab suci yang Allah jamin keasliannya, sebagaimana firman Allah dalam QS Al Hijr:9

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”

Maka golongan yang mengkafirkan Shahabat hanya dapat memalsukan hadits Rasulullah shallallahu alaihi wassalam untuk membelokan pemahaman Al Qur’an seperti yang difahami Sahabat. Para ulama mereka memalsukan hadits untuk menguatkan ajaran menyimpang mereka yang rapuh agar orang Islam yang awam mengikuti mereka. Pemalsuan ini dilakukan oleh ulama-ulama mereka.

Khalifah Bani Umayah yang terkenal dengan keadilannya yaitu Sayidina Umar bin Abdul Aziz radhiallahu anhu (wafat 101 H) memerintahkan para Ulama di zaman beliau untuk menyaring hadits-hadits yang beredar ketika itu. Ini di antara sebab munculnya ilmu dan ulama-ulama hadits pada abad 2 dan 3 Hijriyah.

Penganut Wahabi juga memalsukan sumber rujukan ajaran Islam yaitu dengan mentahrif dan memalsukan kitab Ulama Mu’tabar yang menjadi panduan umat Islam Ahlussunnah wal Jamaah untuk membelokkan pemahaman Al Qur’an seperti yang difahami oleh Shahabat radhiallahu anhum dan para Salafusholih. Yang melakukan ini juga ulama penganut 3 serangkai. Tujuannya sama yaitu untuk menguatkan ajaran menyimpang mereka yang rapuh agar orang Islam yang awam mengikuti penyimpangan mereka itu. Pemalsuan itu mereka lakukan dengan berbagai cara di antaranya.

Menukil Kitab I’anatuth Thalibin Secara Serampangan
Memasukan fahamannya melalui catatan kaki Kitab Riyadhush Sholihin
Kitab Nahwu pun Diubah
Mengubah Kitab Ihya Ulumuddin Karya Imam Gozali
Kitab Bulughul Maram Diubah
Kitab-kitab Aswaja Lainnya

Cara pemalsuan seperti ini sudah dilakukan oleh umat terdahulu yaitu golongan ahlul kitab, Yang melakukannya juga alim ulama di kalangan mereka. Mereka memalsukan Kitab suci Taurat dan Injil. Tujuannya sama untuk menyokong penyimpangan ajaran mereka yang sebenarnya rapuh agar orang Islam awam pengikut Nabi Musa alaihi salam dan Nabi Isa alaihi salam dapat dikelabui mengikuti kesesatan mereka. Al Qur’an menyebutkan kejahatan mereka itu dalam QS Al Baqarah:75-79..

Baca Juga:  Begini Makna yang Terdapat dalam Istilah Ramadhan Kareem dan Dasar Penyebutannya

أَفَتَطْمَعُوْنَ أَنْ يُؤْمِنُوْا لَكُمْ وَ قَدْ كَانَ فَرِيْقٌ مِّنْهُمْ يَسْمَعُوْنَ كَلاَمَ اللهِ ثُمَّ يُحَرِّفُوْنَهُ مِن بَعْدِ مَا عَقَلُوْهُ وَ هُمْ يَعْلَمُوْن

Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?

وَ إِذَا لَقُوا الَّذِيْنَ آمَنُوْا قَالُوْا آمَنَّا وَ إِذَا خَلاَ بَعْضُهُمْ إِلَىَ بَعْضٍ قَالُوْا أَتُحَدِّثُوْنَهُمْ بِمَا فَتَحَ اللهُ عَلَيْكُمْ لِيُحَآجُّوْكُم بِهِ عِنْدَ رَبِّكُمْ أَفَلاَ تَعْقِلُوْنَ

Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: “Kamipun telah beriman,” tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata: “Apakah kamu menceritakan kepada mereka (orang-orang mukmin) apa yang telah diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu; tidakkah kamu mengerti?

أَوَلاَ يَعْلَمُوْنَ أَنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّوْنَ وَ مَا يُعْلِنُوْنَ

Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan?

وَ مِنْهُمْ أُمِّيُّوْنَ لاَ يَعْلَمُوْنَ الْكِتَابَ إِلاَّ أَمَانِيَّ وَ إِنْ هُمْ إِلاَّ يَظُنُّو

Dan setengah dari mereka adalah yang tidak kenal tulisan, tidak mereka ketahui akan al-Kitab, kecuali dongeng-dongeng, dan tidak ada mereka selain bersangka ­sangka.

فَوَيْلٌ لِّلَّذِيْنَ يَكْتُبُوْنَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيْهِمْ ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللهِ لِيَشْتَرُوْا بِهِ ثَمَناً قَلِيْلاً فَوَيْلٌ لَّهُمْ مِّمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيْهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُمْ مِّمَّا يَكْسِبُوْنَ

Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.”

Memalsukan sejarah dan pribadi tokoh panutan Umat Islam

Selain memalsukan sumber rujukan ajaran Islam, golongan yang menyimpang juga memalsukan sejarah dan pribadi tokoh panutan Umat islam. Ini adalah di antara cara licik yang amat berbahaya. Tokoh panutan itu mahal dan mempunyai pengaruh yang besar walaupun tokoh itu sudah wafat.

Golongan yang mengkafirkan Sahabat radhiallahu anhum melakukan pemalsuan sejarah di satu sisi dengan menghina bahkan mengkafirkan banyak Shahabat radhiallahu anhum, seperti Sayidina Abu Bakar dan Sayidina Umar bin Khathab radhiallahu anhuma termasuk para istri Nabi, Siti Aisyah binti Abu Bakar dan Siti Hafshah binti Umar bin Khattab. Sehingga dengan itu mereka menolak hadits para Shahabat radhiallahu anhum, Termasuk Abu Hurairah radhiallahu anhu, padahal beliau adalah Shahabat perawi hadits yang terbanyak.

Di sisi yang lain mengklaim bahwa Shahabat tertentu dan Shahabat di kalangan ahlul bait dan keturunannya berfahaman seperti mereka, seperti Sayidina Ali bin Abi Thalib, Siti Fathimah binti Rasulillah, Sayidina Hasan dan Sayidina Hussein, radhiallahu anhum.

Baca Juga:  Tahukah Kamu? Inilah Nama-nama Lain dari Nabi Muhammad Saw

Kemudian mereka meng”klaim” bahwa anak dan cucu Rasulullahu shallallahu alaihi wassalam adalah Imam-Imam yang berfahaman seperti mereka, seperti Sayidina Ali Zainal Abidin, Sayidina Muhammad Al Baqir, Sayidina Ja’far Shadiq dan seterusnya. Padahal mereka itu adalah Ulama Besar Ahlussunnah Wal jama’ah. Bahkan Sayidina Ja’far Shadiq adalah guru dari para Imam Mazhab.

Para ahlul Bait Rasulullah shallallahu alaihi wassalam mengakui 4 Khulafahurrasyidin Sayidina Abu Bakar, Sayidina Umar bin Khattab, Sayidina Usman bin ‘Affan dan Sayidina All bin Abi Thalib. Jauh sekali dari merendahkan para Sahabat apa lagi mengkafirkan. Bahkan para Imam itu selain keturunan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam melalui Sayidatina Fathimah radhiallahu anha, adalah juga cucu Sayidina Abu Bakar dari garis keturunan ibu.

Hal ini juga dilakukan oleh golongan Tauhid 3 serangkai alias Wahabi. Setelah mereka memalsukan Kitab rujukan umat. mereka juga memalsukan sejarah dan pribadi Ulama Ahlussunnah wal Jamaah. Di antaranya cerita palsu yang mereka gembar gemborkan adalah:

A. Mereka memalsukan pemahaman Aqidah yang dipegang oleh para Imam Mazhab (Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Syafei, Imam Malik dan Imam Abu Hanifah),

Karena mereka hidup sebelum Imam Abul Hasan Al Asy’ari, dikatakan oleh Wahabi bahwa para Imam itu beraqidah seperti mereka yaitu memahami ayat Mutasyabihat secara zahir. Padahal jauh sekali perbedaannya. Imam Mazhab dan Ulama Salaf kebanyakannya adalah bertafwid (tidak membahas) sama sekali tentang ayat Mutasyabihat), sedang orang yang mengaku Salaf, tetapi beraqidah membagi Tauhid menjadi 3 memahami makna zahir, dan tidak tafwid (tidak membiarkan tanpa mengetahui maknanya), tanpa tahrif (tidak mengubah teks), tanpa takwil (mengalihkan arti), tanpa menta’thil (tidak menolak makna zahirnya) dan tanpa takyif (tidak bertanya bagaimana).

Pemahaman ini sangat syubhat dan menjurus ke faham Mujassimah Apa perbedaannya ?

Tafwid terhadap ayat Mutasyabihat oleh para Imam Mazhab dan Ulama Salaf adalah

1. Membaca ayat Mutasyabihat, tanpa memahami dan membahas maknanya. Mengimani bahwa ayat itu adalah dari sisi Allah, sebagaimana QS 3:7
2. Men”tahzih” yaitu mensucikan Allah dari Sifat yang tidak layak yaitu dari Sifat Jism (berjasad, berbentuk). Hanya makhluk yang bersifat Jism.
3. Menyerahkan makna yang sebenarnya hanya kepada Allah Yang Maha Mengetahui

Tidak mentakwil terhadap ayat Mutasyabihat oleh golongan Tauhid 3 serangkai

1. Membaca ayat Mutasyabihat, tanpa memahami dan membahas maknanya. Mengimani bahwa ayat itu adalah dari sisi Allah, sebagaimana QS 3:7
2. Menetapkani Sifat Allah dengan makna zahir ayat sehingga mereka katakan Allah punya Tangan, Allah punya Wajah, Allah punya Kaki, Allah turun dari langit setiap pagi dini hari, Allah ada di atas, Allah bersemayam di atas Arasy, jadi yang mereka tetapkan ada Dzat Allah punya sifat yang demikian.
3. Kemudian mengatakan Tangan, Wajah, Kaki, turunNya Allah dari langit setiap pagi dini hari, adanya Dzat Allah di atas, bersemayamNya Allah di atas Arasy, tidak serupa dengan makhluk. Makna zahir tidak ditafwid (tidak dibiarkan tanpa penetapan makna), tidak ditahrif (tidak diubah), tidak dita’thil (tidak ditolak sebagian/seluruh makna), tidak di takwil (tidak di alihkan ke makna lain).

Baca Juga:  Filosofi dan Makna di Balik Kontruksi Masjid Agung Demak

Kita lihat betapa jauh berbeda antara “Tafwid“nya Ulama Salaf dan “Tidak mentakwil“nya penganut Tauhid 3 serangkai. “Tafwid”nya Ulama Salaf sama sekali tidak menyerupakan Allah dengan makhluknya, sedang “Tidak-mentakwil”nya penganut Wahabi adalah syubhat meyakini Allah mempunyau Jism (bertubuh/bersosok/bervolume). Sifat Jism adalah sifat makhluk, walaupun mereka katakan Jism Allah berbeda dengan Jism makhluk.

B. Memalsukan riwayat hidup Imam Abul Hasan Al Asya’ri.

Semasa hidupnya beliau hanyalah melalui 2 fase saja, tetapi dipalsukan menjadi 3 fase yaitu

a. Fase Muktazilah
b. Fase Ahlussunnah wal Jamaah yang ajaranya kita anut sekarang
c. Di akhir hayatnya dikatakan beliau bertaubat kembali kepada Salaf seperti pemahaman yang mereka.

Sehingga mereka katakan ajaran Asy’ariyah berbeda dengan Imam Abul Hasan Al Asy’ari. Ini adalah pembohongan besar yang buruk sekali.

Para Ulama besar yang Kitabnya samapai hari ini menjadi rujukan Ulama Islam Ahlussunnah wal Jamaah adalah mengikuti Imam Abul Hasan Al Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al Maturidi dalam Aqidah. Mereka mengikuti satu dari 4 Imam Mazhab dalam berfiqih. Selain itu mereka semua adalah bertasawuf (ahli sufi).

Penyebaran Islam di tanah melayu, disebarkan melalui ulama Tasawuf yang beraqidah mengikuti Imam Abul Hasan Al Asy’ari dan bermazhab Syafei. Mayoritasnya bertasawuf dengan mengikuti Tariqat Qodiriyah (Tariqat yang diasaskan oleh Syeikh Abdul Qodir Jaelani dari Bagdad/Iraq), Tariqat Syadziliyah (mengikuti Imam Hasan Al-Syadzili dari Mesir), dan Tariqat Naqyahbandiyah (mengikuti Syeikh Bahauddin Naqsyahbandi dari Uzbekistan).

KH Hasyim Asy’ari menuliskannya dalam Kitab Risalah Ahlussunnah wal Jamaah (lihat Bagian penting Kitab Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah susunan KH Hasyim Asy’ari).

C. Memalsukan riwayat Imam Ghazali, seorang Ulama besar bermazhab Syafei dan ber Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah Asy’ariyah, dikatakan juga telah bertaubat di akhir hayatnya, mengikuti Aqidah seperti mereka.

Ini semua adalah pembohongan yang luar biasa buruknya, yamg mesti mereka pertanggung jawabkan di akhirat kelak. Semoga Allah memberikan hidayah kepada kita semua dan menjaga kita dari fitnah mereka. Wallahu a’lam

Source: Pemuda Desa

Redaksi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *