Islam adalah Agama Toleransi, Sejak Dahulu, Kini dan Nanti

islam agama toleransi

Pechitam.org – Agama Islam mengajarkan setiap pemeluknya untuk hidup dengan penuh toleransi. Sejak pertama kali dibawa Rasulullah dan hadir di muka bumi, Islam telah mengajarkan nilai toleransi yang salah satunya mengatur bagaimana hubungan dengan umat beragama lain.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Toleransi dalam ajaran agama Islam bukan hanya terdapat dalam ajaran secara tekstual, namun juga telah menjadi karakter dan tabiat hampir seluruh umat Islam dari zaman Rasulullah SAW sampai sekarang ini.

Daftar Pembahasan:

Pengertian Toleransi dalam Islam

Toleransi artinya membangun hubungan yang baik dengan sesama manusia (hablun minannas). Dalam KBBI toleran bermakna ; bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.

Toleransi dalam Islam disebut al-tasamuh. Hanya saja, kalimat tersebut memang tidak ditemukan secara eksplisit dalam Al Quran. Namun, Al Quran menulis semua toleransi dalam sikap saling menghargai, menerima, serta menghormati keragaman budaya dan perbedaan berekspresi.

Meski demikian, dalam ajaran agama Islam toleransi juga seperti yang tertera pada surah Al-Kafirun yaitu lakum dinukum waliyadin. Bagimu Agamamu, Bagiku Agamaku. Sederhana, kamu dengan agamamu dan aku tidak ikut campur, dan aku dengan agamaku kamu tidak ikut campur.

Sikap toleransi bukan untuk mengorbankan diri sendiri, ketika kita memberikan ruang bagi orang lain, bukan berarti akan mengubah sikap serta keyakinan yang ada dalam diri kita sendiri. Disinilah letak keindahan dari sebuah toleransi antar manusia apalagi antar umat beragama.

Dari sikap toleransi kita belajar bagaimana menjadi istiqomah pada jalan dan keyakinan kita, tanpa mengganggu pendapat dan pendirian orang lain. Toleransi juga sebagai gambaran cara bersyukur menurut Islam dan cara mensyukuri nikmat Allah kita terlahir dengan berbagai perbedaan.

Contoh Tentang Toleransi

Contoh toleransi dalam ajaran agama Islam tertulis dalam Quran surat Al Mumtahanan ayat 8-9. Dalam surat tersebut, Allah SWT berfirman agar setiap Muslim berperilaku baik kepada pemeluk agama lain selama tidak ada sangkut pautnya dalam agama. Hal ini juga menjelaskan bagaimana batasan toleransi dalam Islam.

لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ
اِنَّمَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ قَاتَلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَاَخْرَجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوْا عَلٰٓى اِخْرَاجِكُمْ اَنْ تَوَلَّوْهُمْۚ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

Baca Juga:  Mengapa Kita Memperingati Hari Kelahiran Nabi, Bukan Hari Wafatnya?

lā yan-hākumullāhu ‘anillażīna lam yuqātilụkum fid-dīni wa lam yukhrijụkum min diyārikum an tabarrụhum wa tuqsiṭū ilaihim, innallāha yuḥibbul-muqsiṭīn. Innamā yan-hākumullāhu ‘anillażīna qātalụkum fid-dīni wa akhrajụkum min diyārikum wa ẓāharụ ‘alā ikhrājikum an tawallauhum, wa may yatawallahum fa ulā`ika humuẓ-ẓālimụn

Artinya: Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu dalam urusan agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah orang-orang yang zalim.

Kemudian Dalam Alquran ditemukan banyak contoh tentang toleransi. Dalam kontes keluarga, misalnya, disebutkan apabila kedua orang tua kita menyuruh kepada agama lain (kemusyrikan), maka kita tidak boleh mematuhinya karena dalam Islam tiada kepatuhan kepada makhluk apabila durhaka kepada khalik.

Namun demikian, kita disuruh tetap membangun hubungan yang baik dengan kedua orang tua, keluarga atau saudara non Islam, walaupun mereka sempat mengajak untuk mempersekutukan Allah SWT.

Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam kisah Luqman al Hakim dalam al Quran surat Luqman ayat 15, Allah SWT berfirman,

وَاِنْ جَاهَدٰكَ عَلٰٓى اَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا ۖوَّاتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ اَنَابَ اِلَيَّۚ ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

wa in jāhadāka ‘alā an tusyrika bī mā laisa laka bihī ‘ilmun fa lā tuṭi’humā wa ṣāḥib-humā fid-dun-yā ma’rụfaw wattabi’ sabīla man anāba ilayy, ṡumma ilayya marji’ukum fa unabbi`ukum bimā kuntum ta’malụn

Artinya: Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku

Contoh konkrit lainnya tentang toleransi adalah dari Rasulullah Saw sendiri. Dikisahkan pada suatu hari, Rasulullah SAW sedang duduk-duduk dan ditemani para sahabat. Tiba-tiba, didepan beliau lewat jenazah yang sedang diantar menuju ke pemakaman. Rasulullah Saw kemudian berdiri, dan memberi hormat.

Baca Juga:  Inilah yang Menyebabkan Istri Durhaka Kepada Suaminya

Salah seorang sahabat kemudian menyampaikan kepada beliau bahwa jenazah yang lewat itu adalah orang Yahudi, tak pantas memperoleh penghormatan. Namun, Nabi Saw balik bertanya, “Alaisat nafsan (bukankah ia juga manusia)?” (HR Bukhari dan Muslim).

Riwayat ini dikutip oleh Syekh Yusuf Qardhawi sebagai salah satu contoh toleransi dalam agama Islam. Dikatakan, toleransi adalah sikap menghormati dan menghargai adanya perbedaan-perbedaan, baik pendapat, pemikiran, agama, dan adat istiada (budaya).

Prinsip Toleransi dalam Islam

Menurut syekh Yusuf al Qardhawi, dalam agama Islam, toleransi berakar pada empat prinsip.

Pertama, prinsip keragaman, pluralitas (al-ta`addudiyah).

Keragaman sejatinya merupakan sifat alam, dan bagian dari sunnatullah (hukum Allah). Orang Muslim, kata Qardhawi, meyakini Keesaan Allah (al-Khalik) dan keberagaman ciptaan-Nya (makhluk). Dalam keragaman itu, kita disuruh saling mengenal dan menghargai. Hal ini sebagaiman Firman Allah QS al-Hujurat: 13.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Kedua, prinsip bahwa perbedaan terjadi karena kehendak Tuhan (waqi` bi masyi’atillah).

Setiap apapun ketentuan Allah yang terjadi di alam semesta ini pasti ada kebaikan di dalamnya. Termasuk perbedaan dalam adanya berbagai agama. Jika Allah menghendaki, bukankah dengan mudah saja semua penduduk bumi menjadi Islam. Namun, hal demikian tidak dikehendaki-Nya.

وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ لَءَامَنَ مَن فِى ٱلْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا ۚ أَفَأَنتَ تُكْرِهُ ٱلنَّاسَ حَتَّىٰ يَكُونُوا۟ مُؤْمِنِينَ

Baca Juga:  Belajar Mengenal Tuhan dari Nabi Ibrahim Sang Bapak Agama

Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? (QS Yunus: 99).

Ketiga, prinsip yang memandang manusia sebagai satu keluarga (ka usrah wahidah).

Semua manusia, dari sisi penciptaan, kembali kepada satu Tuhan, yaitu Allah SWT. Dan dari sisi nasab, keturunan, semua akan kembali kepada satu asal (bapak), yaitu Nabi Adam AS. Pesan ini terbaca dengan jelas dalam surah al-Nisa ayat 1 dan dalam khutbah Nabi SAW yang amat mengesankan pada haji wada`.

Keempat, prinsip kemuliaan manusia dari sisi kemanusiannya (takrim al-Insan li-insaniyyatih).

Manusia adalah makhluk tertingi ciptaan Allah, bahkan sangat dimuliakan dan dilebihkan atas makhluk-makhluk lainnya. Allah Swt berfirman.

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِىٓ ءَادَمَ وَحَمَلْنَٰهُمْ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ وَرَزَقْنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلْنَٰهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS al Isra: 70)

Bahkan begeitu mulianya sosok manusia hingga ia dinobatkan sebagai khalifah di muka bumi,

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةً

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi” (QS al-Baqarah: 30).

Toleransi Islam diajarkan dalam konteks sosial, bukan vertikal dengan satu tujuan, yaitu mewujudkan rasa aman dan damai bagi seluruh umat manusia. Wallaha’lam bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik