Pendapat Para Ulama Tentang Istiqomah, dari Makna, Kiat Hingga Manfaatnya

Berikut Adalah Pendapat Para Ulama Tentang Istiqomah Terkait Makna, Kiat dan Manfaatnya

PeciHitam.org – Keberhasilan di Dunia maupun di Akhirat merupakan buah dari tindakan Manusia di dunia. Seseorang yang mengharapkan kesuksesan dalam pekerjaan, harus bersungguh-sungguh dalam bekerja sesuai dengan standar pekerjaan yang baik. Hal itu juga berlaku dalam bidang spiritual.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ibadah seharusnya dilakukan dengan sebaik-baiknya serta bersungguh-sungguh. Ibadah yang baik akan membawa efek positif untuk lebih baik lagi dan ibadah tersebut mampu menghasilkan sesuatu yang dapat dirasakan baik secara lahir maupun batin. Salah satu kunci untuk mampu meraih manisnya buah dari amal ibadah yang dilakukan adalah dengan sikap istiqomah dalam beribadah.

Apa sebenarnya Istiqomah yang sangat mempengaruhi terhadap kesuksesan bagi hidup manusia dan salah satu kewajiban dalam beribadah?

Daftar Pembahasan:

Asal Kata Istiqomah

Istiqomah adalah sebuah istilah dalam bahasa Arab yang bermakna “Konsisten dan Teguhdalam melakukan kegiatan atau ibadah. Kata dasar dari Istiqomah adalah kata (قام)-qaama yang bermakna “Berdiri”. Kata tersebut mendapat tambahan Huruf (ا س ت) dan ikut wazan (استفعل) menjadi (استقامة)yang berfaidah Muthawa’ah.

Faidah muthwa’ah adalah mengerjakan sebuah pekerjaan dengan sungguh-sungguh. Maka kata (استقامة) menjadi bermakna, mendirikan dengan sungguh-sungguh atau “Konsisten serta Teguh”. Faidah ini berasal dari pengertian Ilmu sharaf (Morfologi Bahasa Arab).

Dalam al-Qur’an disebutkan tentang sikap Beristiqomah, teguh dan konsisten, sebagaimana dalam surah Al-Fatihah 6-7 dan Yunus 89;

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (٦)صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ (٧

Artinya; “Tunjukilah Kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat” (Qs. Al-Fatihah: 6-7)

Kata (الْمُسْتَقِيمَ) dimaknai dalam ayat di atas sebagai jalan yang lurus, yang bermaksud jalan orang-orang terdahulu yang shaleh. Kata tersebut satu suku kata dengan kata Istiqomah, yang menjadi unsur penting dalam ibadah kita.

Baca Juga:  Mengapa Fatwa Ulama Bisa Beda Meski Rujukannya Sama

قَالَ قَدْ أُجِيبَتْ دَعْوَتُكُمَا فَاسْتَقِيمَا وَلا تَتَّبِعَانِّ سَبِيلَ الَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ (٨٩

Artinya; “AlIah berfirman: “Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang Lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak Mengetahui” (Qs. Yunus: 89)

Beberapa ayat yang menyebutkan tentang kosa kata Istiqomah atau yang berdasar itu, mengartikannya dengan jalan yang lurus. Jalan lurus artinya selalu teguh serta Konsisten berjalan sesuai perintah dan agama Allah SWT. Tidak ada jalan terbaik selain jalan beristiqomah dengan Agama Allah SWT.

Istiqomah Menurut Para Ulama

Banyak sekali kata-kata motivasi untuk mendorong  manusia beriman agar selalu berIstiqomah dengan perbuatan baik. Dalam kitab Muradan al-Ajurumiyah karya Ulama KH. Durmujdi Ibrahim dinukilkan sebuah syair yang sangat bagus;

حَيْثُمَا تَسْتَقِمْ يُقَدِّرْ لَكَ اللهُ                   نَجَاحًا فِي غَابِرِ اْﻷَزْمَانِ

Transliterasi; “Hautsuma tastaqim Yuqaddir Lakallahu – Najahan fii Ghabiril Azmaani”

Artinya; “Barang siapa berIstiqomah, Niscaya Allah SWT akan menempatkan kita dalam kesuksesan dimanapun dan kapanpun” (dalam Muradan Al-Ajurumiyah)

Jelas sekali disebutkan bahwa seorang yang mempunyai sifat Konsisten serta teguh (Istiqomah) maka akan sangat bermanfaat dalam kehidupan kita. Karena dengan bersikap teguh dalam pendirian dan konsisten dalam kebaikan menjadikan kita orang terpercaya. Sikap yang sangat mahal belakangan ini.

Bahkan Rasulullah SAW mewanti-wanti supaya kita selalu bersikap Istiqomah dalam segala bidang. Ada sebuah riwayat yang terkonfirmasi baik, yang sering menjadi landasan para kaum santri. Berikut adalah redaksinya;

الاستقامة خير من ألف كرامة

Artinya; “Sikap (Konsisten dan Teguh)Istiqomah lebih baik daripada seribu karomah”

Kiranya hal ini sangat masuk akal, karena dengan perbuatan yang terus-menerus dalam kosisten akan menghasilkan sesuatu yang besar. Pepatah Indonesia-pun menyebut “sedikit-demi sedikit lama-lama menjadi bukit”. Pepatah ini sangat sesuai dengan pesan dari sikap Istiqomah dalam Islam.

Baca Juga:  Kisah Asiyah binti Muzahim, Istri Firaun yang Dijamin Masuk Surga

Kiat Istiqomah

Kebaikan dan keunggulan dari sikap Istiqomah harus selalu dibiasakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Oleh karenanya perlu adanya habitual atau pembiasaan untuk selalu Istiqomah;

I’tikad atau kemauan yang Kuat

Karena tanpa itikad kuat dan niat tulus serta dibarengi dengan kemauan keras untuk ‘memaksa’ diri kita agar tetap lurus, berpendirian kokoh, tidak mudah goyah oleh sesuatu yang jelek dan goyang. Fokus dalam tujuan kepada Allah SWT dan kemauan yang kuat berawal dari membiasakan melakukan kebaikan, meski ringan dan sedikit.

Pembinaan Intensif

Konsistensi berawal dari pembiasaan dan ‘pemaksaan’ dari dalam diri kita. Tahap selanjutnya adalah memelihara pembiasaan amal-amal walaupun kecil dan ringan.

Keteladanan

Sebagaimana dalam surat Al-Qur’an terkait Nabi Muhammad SAW, yang disifati sebagai teladan yang baik. Umat butuh guru yang bisa ditiru (Uswah hasanah). Usaha umat untuk istiqamah sangat membutuhkan teladan dari para ulama sebagai pewaris nabi. Oleh karenanya dalam Pesantren-pesantren salaf (Lirboyo, Al-Falah, Al-Huda, Tegalrejo) selalu mendahulukan Akhlak yang baik dalam kehidupan dengan tujuan menjadi Uswah Hasanah.

Manfaat Istiqomah

Setiap tindakan dalam berbuat baik pasti selalu berhubungan dengan hasil apa yang adakn didapatkan seseorang. Sama dengan sikap Istiqomah, yang bisa dipetik dari sikap ini?

Salah satu manfaat sikap istiqomah, dijelaskan oleh Imam Nawawi Al-Bantani dalam kitab beliau 40 Hadits Pilihan, bahwa seseorang dengan sikap ini “Akan mendapat kabar gembira besok Hari kiamat”. Imam Nawawi mendasarkan pada ayat;

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (٣٠

Artinya; “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan Kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu” (Qs. Al-Fushilat; 30)

Redaksi kata Istiqomah dalam ayat ini adalah (ثُمَّ اسْتَقَامُوا)-meneguhkan pendirian mereka, yang mana janji Allah akan menggemberikan orang-orang yang beristiqomah.

Baca Juga:  Istimewa, Inilah Khasiat Al Quran Sebagai Obat Segala Penyakit

Beberapa hasil yang bisa dipetik dalam kita bersikap Istiqomah adalah sebagai berikut;

  1. Orang yang melakukan sikap istiqomah akan mendapatkan kedudukan mulia di sisi Allah SWT. Tandanya dengan turunnya malaikat untuk membawa kabar gembira atau berupa kepuasan batin dan ketenangan jiwa
  2. Orang-orang istiqomah akan mendapat garansi kehidupan yang nyaman, damai dengan keadaan, menjauhnya duka lara, dan tegar dalam segala cobaan kehidupan
  3. Janji Allah SWT, bahwa orang Istiqomah akan masuk NikmatNya (Surga)
  4. Manfaat Istiqomah tidak hanya didapatkan untuk dirinya sendiri, akan tetapi juga melebar kepada orang lain.

Pada akhirnya, istiqomah dengan berbagai keunggulan dan keutamaan tidak hanya berlaku tataran ‘Ubudiyah (Ibadah Konensional) belaka. Istiqomah juga berlaku dalam konteks akidah (teologi), syariah (hukum), akhlak, ilmu, dan perjuangan di jalan Allah. Ingatkan bahwa janji Allah itu nyata. Dan kita selalu memohon kepada Allah SWT;

نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ (٣١

Artinya; “kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta” (Qs. AL-Fushillat: 31).

Ash-shawabu Minallah

Mochamad Ari Irawan