Kaab bin Zuhair; Penulis Burdah Pertama, Mantan Pembenci Nabi Muhammad

Kaab bin Zuhair; Penulis Burdah Pertama, Mantan Pembenci Nabi Muhammad

PeciHitam.org – Tuduhan syirik dan bid’ah kepada orang yang membaca, mengamalkan qasidah Burdah memperlihatkan bahwa orang itu kurang paham sejarah dan riwayat Nabi Muhammad SAW.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Burdah secara Istilah berarti mantel/jubah. Akan tetapi Istilah tersebut kini lebih terkenal untuk merujuk pada syair-syair madah (pujian) kepada Nabi Muhammad SAW.

Pujian ke Nabi (madaih nabawiyah) mempunyai banyak versi dan jenis. Di Nusantara, kita mafhum mengenal Qasidah Burdah Li Imam Busiri atau Burdah pertama milik Kaab bin Zuhair.

Bahkan istilah Burdah sendiri muncul pada saat masa Rasulullah SAW. Pencipta Burdah pertama kali adalah Kaab ibn Zuhair yang hidup pada masa Nabi SAW.

Beliau mulanya adalah pembenci Nabi kelas wahid, karena sering mencela Nabi SAW dengan celaan yang sangat buruk dan menyakitkan.

Kaab bin Zuhair merupakan seorang penyair Arab, anak lelaki dari seorang penyair besar yang puisi-puisinya masuk dalam antologi puisi Muallaqot, Zuhair bin Abi Salma.

Pada masa sebelum Islam, bangsa Arab di Hijaz memiliki kebiasaan untuk menggelar festival puisi tahunan di Pasar Ukadz di pinggiran kota Mekkah.

Sebagai penghormatan, puisi-puisi terbaik dari festival ini akan digantungkan pada dinding Kabah sehingga kemudian dikenal sebagai puisi Muallaqot (yang digantung/ dipajang).

Baca Juga:  Kebijakan Pemberlakuan Hukum Adat dan Hukum Islam Masa Penjajahan Belanda

Profesi sebagai penyair pada masa itu hampir sama dengan profesi penyanyi saat ini, bahkan sebuah syair terkenal berfungsi sama seperti Media berita pada era ini.

Seorang penyair terkenal akan menjadi kaki tangan raja berkuasa, dan pasti dipenuhi segala kemewahan hidup sebagai kepercayaan raja. Oleh karenanya profesi  penyair pada masa itu sangat menjanjikan kekayaan harta.

Salah seorang yang sangat terkenal dalam hal syair pada masa itu adalah Imru Qois dengan kisahnya yaitu Laila-Majnun. Dan ayah Kaab ibn Zuhair terrmasuk dalam jajaran penyair besar masa itu.

Bakat hebat Kaab bin Zuhair sebagai penyair digunakan untuk mencaci Muhammad SAW dan pengikutnya. Muhammad SAW dan para Sahabat disifati sebagai orang yang gila, mabuk bahkan kesurupan karena sering membaca syair aneh yang ternyata adalah Al-Quran.

Kaab juga membuat puisi-puisi yang berisi hinan dan pelecehan terhadap wanita Muslimah pada masa itu. Semuanya dilakukan oleh Kaab bersebab kebencian terhadap Nabi SAW dan keengganannya menerima dakwah Islam.

Pengaruh puisi-puisi hoaks sangat kuat sehingga dia menjadi salah satu dari kelompok orang yang divonis mati oleh Nabi SAW. Para ulama menyatakan sekitar sembilan orang pria dan delapan orang wanita yang mendapat vonis itu.

Baca Juga:  Gonjang-ganjing Politik Masyarakat Arab Setelah Nabi Saw Wafat

Selain Kaab, orang yang masuk buruan orang islam adalah Wahsyi bin Harb (Pembunuh paman Nabi dalam perang Uhud). Kaab pertama kali mengetahui vonis dirinya diburu dari adiknya, Bujair bin Abi Salma, yang telah masuk Islam terlebih dahulu.

Kemudian Bujair mengirim surat ke kakaknya, Kaab, untuk mengabarkan tentang vonis tersebut dan menyarankan kakaknya agar menghadap dan meminta maaf kepada Nabi SAW. Bujair berkeyakinan sifat pemaaf Nabi SAW lebih besar dari marahnya. Awalnya, Kaab enggan minta maaf. Dia lebih memilih mencari perlindungan kepada suku-suku Arab.

Akan tetapi tidak satupun yang bersedia memberinya perlindungan termasuk kabilahnya sendiri. Putus asa, akhirnya Kaab pun memutuskan untuk menghadap Nabi SAW. Para sejarawan menyebutkan bahwa peristiwa ini terjadi beberapa tahun setelah Perang Hunain.

Syair-syair tentang permintaan maaf Kaab bin Zuhair inilah yang menjadi terkenal sebagai Burdah pertama dalam Islam. Burdah ini terkenal dengan nama Banat Suad Li Kaab bin Zuhair bin Abi Salma.

Banat Suad terdiri dari 59 bait syair yang sangat indah. Permintaan maaf Kaab kepada Nabi SAW dikabulkan, bahkan Nabi memberikan sebuah Mantel/ Jubah/ Selimut bergaris yang dalam Bahasa Arab dinamkan Burdah.

Baca Juga:  Peradaban Islam Masa Usman bin Affan

Semenjak itu, burdah melekat pada madaih nabawiyah (Pujian pada Nabi). Berikut cuplikan dari Burdah Pertama (Banat Suad Lil Kaab bin Zuhair);

بانت سعاد فقلتبي اليوم متبولمتيم إثرها لم يفد مكبول

وما سعاد غداة البين إذ رحلواإلا اغن غضيض الطرف مكحول

لا يفرحون غذا نالت رماحهمقوما وليسوا مجازيعا إذا نيلوا

لا يقع الطعن إلا في نجورهموما لهم عن حياض الموت تهليل

Demikian sejarah burdah Kaab bin Zuhair, yang dianggap sebagai burdah pertama atau pelopor burdah lainnya yang muncul setelahnya. Mudah-mudahan memberikan informasi baru bagi para pembaca sekalian. Wallahu A’lam.

Mohammad Mufid Muwaffaq