Karomah Syaikh Nawawi al-Bantani, Menjadikan Telunjuk Sebagai Lampu

karomah syaikh nawawi

Pecihitam.orgSyaikh Nawawi al-Bantani lahir di Banten, 1230 H – wafat di Mekkah, 1314 H. Beliau adalah seorang ulama Indonesia yang menetap di Mekkah, Arab Saudi.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Beliau juga seorang intelektual yang sangat produktif menulis kitab, jumlah karyanya tidak kurang dari 115 kitab yang meliputi bidang ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadits.

Berikut ini antara lain karomah-karomah beliau:

Daftar Pembahasan:

Menjadikan Telunjuknya Lampu

Pada suatu waktu beliau pernah mengarang kitab dengan diterangi telunjuk beliau yang dijadikan lampu. Saat itu dalam sebuah perjalanan dan di dalam syuqduf atau rumah-rumahan tidak ada lampu, sedangkan inspirasi begitu kuat mengisi kepalanya.

Beliau kemudian berdoa memohon kepada Allah agar telunjuk kirinya dapat menjadi lampu supaya dapat meneranginya untuk menulis.

Dari situ lahirlah kitab bernama Maraqi al-‘Ubudiyyah syarah Matan Bidayah al-Hidayah yang harus dibayar beliau dengan cacat pada jari telunjuk kirinya. Cahaya yang Allah berikan pada jari telunjuk kiri beliau itu membekas tidak pernah hilang.

Melihat Ka’bah dari Jakarta

Karomah Syaikh Nawawi al-bantani selanjutnya adalah di saat beliau mengunjungi salah satu masjid di Jakarta yakni Masjid Pekojan.

Masjid yang dibangun oleh salah seorang keturunan cucu Rasulullah saw Sayyid Utsman bin ‘Agil bin Yahya al-‘Alawi. Kiblat Masjid itu ternyata salah, padahal yang menentukan kiblat masjid itu adalah Sayyid Utsman sendiri.

Kemudian, beliau kedatangan anak remaja (Syaikh Nawawi) yang menyalahkan arah kiblatnya. Ketika seorang remaja tak dikenal menyalahkan penentuan kiblat itu, kagetlah Sayyid Utsman.

Diskusipun terjadi dengan seru antara mereka berdua. Sayyid Utsman tetap berpendirian kiblat Mesjid Pekojanya itu sudah benar. Sedangkan Syaikh Nawawi remaja berpendapat arah kiblat masjid tersebut harus dibetulkan.

Saat kesepakatan tak bisa diraih karena masing-masing mempertahankan pendapatnya dengan keras, Syaikh Nawawi meletakan tangan kirinya ke bahu Sayyid Utsman (merangkul) dan tangan kananya menunjuk sesuatu.

Baca Juga:  4 Pesan Moral Dibalik Kisah Nabi Ismail AS

Syaikh Nawawi berkata: “ Lihatlah Sayyid!, itulah Ka΄bah tempat Kiblat kita. Perhatikanlah! Tidakkah Ka΄bah itu terlihat amat jelas? Sementara Kiblat masjid ini agak kekiri. Maka kiblatnya perlu digeser ke kanan agar tepat menghadap Ka΄bah”. Ujar Syaikh Nawawi remaja”.

Sayyid Utsman termangu keheranan. Ka΄bah yang terlihat dengan mengikuti telunjuk si anak remaja memang terlihat jelas.

Sayyid Utsman merasa takjub dan menyadari remaja yang bertubuh kecil di hadapannya ini telah dikaruniai kemuliaan, yakni terbukanya nur basyariyyah. Dengan karomah itu, di manapun Syaikh Nawawi berada Ka΄bah tetap terlihat.

Dengan penuh hormat, Sayyid Utsman langsung memeluk tubuh kecil beliau dan berjabat tangan sambil mencium tanganya, ketika Sayyid Utsman ingin mencium tanganya, ditariklah tanganya (Syaikh Nawawi), Sayyid Utsman pun kebingungan mengapa beliau tidak mau?,

Sayyid Utsman pun bertanya dan Syaikh Nawawi menjawab: “Karena saya tidak pantas untuk bersalaman sambil dicium begitu oleh mu”. Subhanallah alangkah bagusnya akhlak beliau. Hingga kini, jika kita mengunjungi Masjid Pekojan akan terlihat kiblat digeser, tidak sesuai aslinya.

Mayatnya yang Utuh

Sudah menjadi peraturan Pemerintah Saudi bahwa mayat yang sudah setahun dikubur harus digali lagi. Tulang belulang mayat diambil dan disatukan dengan tulang belulang mayat yang lain.

Selanjutnya semua tulang itu dikuburkan di tempat lain di luar kota. Lubang kubur yang dibongkar dibiarkan tetap terbuka hingga datang jenazah berikutnya terus silih berganti. Kebijakan ini dijalankan tanpa pandang bulu.

Siapapun dia, pejabat atau orang biasa, saudagar kaya atau orang miskin, sama terkena kebijakan tersebut. Inilah yang juga menimpa makam Syaikh Nawawi. Setelah kuburnya genap berusia satu tahun, datanglah petugas dari pemerintah kota untuk menggali kuburnya.

Tetapi yang terjadi adalah hal yang tak lazim. Para petugas itu tak mendapati tulang belulang seperti biasanya. Yang mereka temukan ialah satu jasad yang masih utuh dan tidak kurang satu apapun. Tidak lecet atau tanda-tanda pembusukan seperti lazimnya jenazah yang telah lama dikubur. Bahkan kain putih kafan penutup jasad beliau tidak sobek, masih harum dan tidak lapuk sedikitpun.

Baca Juga:  Kisah Karomah Mbah Soleh yang Meninggal Sembilan Kali

Tentu saja kejadian ini mengejutkan para petugas. Mereka lari berhamburan mendatangi atasannya dan menceritakan apa yang telah terjadi.

Setelah diteliti, sang atasan kemudian menyadari bahwa makam yang digali itu bukan makam orang sembarangan. Langkah strategis lalu diambil. Pemerintah melarang membongkar makam tersebut.

Jasad beliau lalu dikuburkan kembali seperti sediakala. Sampai sekarang makam Syaikh Nawawi tetap berada di Ma΄la, Mekah. Dan yang paling aneh kuburan beliau adalah satu-satunya kuburan yang tumbuh rumput bahkan rumputnya hijau dan bagus.

Tidur di Lidah Ular

Konon pada suatu malam hari dimana beliau melanjutkan perjalananya ke Mekkah, beliau kelelahan dan mencari sebuah gubuk yang tak berpenghuni. Setelah mencari-cari akhirnya beliau menemukan lampu yang sangat redup dan kecil.

Akhirnya beliau tiba disuatu tempat tersebut dan memulai untuk beristirahat. Dibenak beliau bertanya: “Kok dasar saung ini sangat lembut dan empuk ya???”. Saking lelahnya beliau tidak terlalu mempersoalkan hal tersebut, tidurlah beliau dengan meletakan tongkatnya dengann posisi berdiri.

Pagi pun datang dan beliau terbangun dari tidurnya untuk sholat dan kemudian melanjutkan perjalananya. Setelah beberapa langkah beliau dari tempat istirahatnya tadi, tangan beliau menyentuh darah dari ujung tongkatnya, dengan heran beliau lalu menoleh kebelakang dan terlihat ular raksasa yang sedang beranjak pergi.

Tanpa disadari ternyata semalem beliau tidur dilidah seekor ular raksasa dan tongkatnya yang berposisi berdiri tersebut merintangi kedua gigi ular itu. Beliau pun langsung menyebut kalimat istigfar dan memuji kebesaran Allah SWT dengan mengucapkan kalimat kebesaran-NYA.

Baca Juga:  Abdullah bin Mas'ud Pernah Protes dengan Gus Baha, Ada Apa?

Memetik Buah Rambutan di Mekkah

Di Mekkah beliau mendirikan tempat mengajar dengan murid yang lumayan banyak. Disuatu hari beliau menerangkan kepada para santri-santrinya:

Syaikh Nawawi: “Sunnah Islam jika berbuka puasa hendaknya makan makanan yang manis terlebih dahulu. Jika disini terdapat buah kurma, ditempatku ada yang tidak kalah manisnya dengan kurma!”

Santri-santri: “Iya syaikh jika ditempat kami kurma, lalu bagaimana dengan tempat syaikh yg tidak tumbuh pohon kurma?”

Syaikh Nawawi: “Sebentar”

Beliau lalu menyembunyikan tanganya ke belakang tubuhnya!. Santri-santri pun sangat heran apa yang dilakukan gurunya tersebut dan terdengar ditelinga para santri-santri suara seperti orang yang sedang mengambil buah-buahan dari pohon.

Kemudian Syaikh Nawawi menyuguhkan buah Rambutan yang persis seperti baru diambil dari pohonya. Santri-santri pun sangat terheran-heran dengan apa yang dilakukan oleh gurunya tersebut.

“Nah ini yang pertama kali aku makan ketika berbuka puasa di tempatku, silahkan dicicipi”. Kata Syaikh Nawawi sambil membagikanya kepada para santri dikelasnya.

Para santri pun langsung mencicipi dan sangat menikmati kemanisan buah rambutan yang diberikan gurunya itu.

Sebenarnya masih banyak lagi karomah syaikh Nawawi al Bantani, namun setidaknya itulah lima karomah beliau yang paling masyhur dan banyak ditulis di buku-buku biografi beliau.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *