Kisah Kedermawanan Qais bin Sa’d; Rela Berhutang Untuk Membantu Temannya

Kisah Kedermawanan Qais bin Sa’d; Rela Berhutang Untuk Membantu Temannya

PeciHitam.org – Qais bin Sa’d bin ‘Ubadah merupakan seorang sahabat nabi dari kaum Anshar Madinah. Ia merupakan orang yang terkenal sangat cerdas sebelum masuk Islam.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Setelah mengenal Nabi, ia masuk Islam dan berusaha mengubah gaya hidupnya serta menawarkan diri mengabdikan hidupnya pada nabi (nyantri selama sepuluh tahun). Menurut Anas bin Malik bahkan posisi Qais bin Sa’d ini diibaratkan seperti perwira tinggi untuk seorang pemimpin.

Ada kisah menarik nan menggelitik yang tercantum dalam kitab al-Risalah al-Qusyairiyyah karya Imam Abu al-Qasim Abdul Karim al-Qusyairi tentang Qais bin Sa’d bin Ubadah. Berikut redaksi kisahnya:

وقيل: مرض قيس بن سعد بن عبادة فاستبطأ إخوانه فسأل عنهم فقيل: إنهم يستحيون مما لك عليهم من الدَّين فقال: أخزي الله تعالي مالا يمنع الإخوانه من الزيارة, ثم أمر من ينادي من كان لقيس عليه دَين فهو منه في حل فكسرت عتبته بالعشي لكثرة من عاده

Dikisahkan bahwa kala itu Qais bin Sa’d bin ‘Ubadah sedang sakit. Kawan-kawannya pun belum ada yang menjenguknya. Maka kemudian Qais bin Sa’d menanyakan mereka, dan dijawab: “Sesungguhnya mereka malu (menjenguk)mu karena masih memiliki tanggungan (utang) padamu.” Qais bin Sa’d berkata: “Allah akan menghinakan harta yang menghalangi saudara-saudaranya untuk berkunjung.” Kemudian Qais memerintahkan seseorang untuk mengumumkan bahwa barangsiapa yang berutang pada Qais, maka ia telah membebaskannya. Lalu sore harinya, ambang pintu (rumah)nya rusak karena terlalu banyaknya orang yang ingin (datang) menjenguknya.

Baca Juga:  Kisah Nabi Musa Telanjang Berlarian Mengejar Batu

Hal ini tidak mengherankan, mengingat Kedermawanan Qais bin Sa’d dan keluarganya sangat masyhur pada waktu itu. Mereka bahkan tidak segan-segan membantu orang yang sedang membutuhkan tanpa pamrih. Ayahnya Qais, yaitu Sa’d bin Ubadah, sangat masyhur kedermawanannya, begitu juga dengan kakek buyutnya yang bernama Dulaim.

Bahkan berkat kemasyhuran kedermawanan Dulaim bin Haritsah sampai ada ungkapan yang begitu terkenal di Yatsrib. Ungkapan ini tercantum dalam kitab Siyar A’lam al-Nubala’ katya al-Dzahabi, berikut redaksinya “siapapun yang menyukai daging tebal, datanglah ke rumah Dulaim bin Haritsah.”

Kedermawanan Qais bin Sa’d ini pun membuatnya tidak ragu untuk berhutang demi memenuhi kebutuhan orang lain yang membutuhkannya. Bagaimana mungkin ada orang yang begitu dermawannya sampai rela berhutang demi kebutuhan orang lain? Namun ada satu riwayat dalam kitab Siyar A’lam al-Nubala’ yang menyebutkan demikian, berikut kisahnya:

كان قيس بن سعد يطعم الناس في أسفاره مع النبي—صلى الله عليه وسلم—وكان إذا نفد ما معه تدين، وكان ينادي في كل يوم، هلموا إلى اللحم والثريد

“Qais bin Sa’d memberi makan orang-orang yang sedang melakukan perjalanannya bersama Nabi saw, jika ia kehabisan (bekal) apa yang bersamanya (miliknya), ia akan berutang, dan berseru (kepada orang-orang) setiap hari, kemarilah (untuk memakan) daging dan tsarid (sejenis roti yang berkuah).”

Baca Juga:  Kisah Sayyidina Ali Membeli Unta Malaikat Jibril Seharga 100 Dirham

Perilaku Qais ini membuat sahabat Abu Bakar dan Umar khawatir, sebab bukan tidak mungkin ia akan menghabiskan harta ayahnya jika berutang untuk memenuhi kebutuhan orang lain pun ia lakukan.

Dalam sebuah riwayat dalam kitab Tarikh Madinah Dimasyq karya Ibnu ‘Asakir, disebutkan:

كان قيس يستدين ويطعمهم، فقال أبو بكر وعمر: إن تركنا هذا الفتى، أهلك مال أبيه

“Qais (sering) berutang dan memberi makan orang-orang. Abu Bakar dan Umar berkata: “Jika kita biarkan pemuda ini (tetap melakukannya), dia akan menghabiskan harta ayahnya.”

Di luar dugaan, ketika Sa’d bin Ubadah atau ayahanda Qais mendengar perkataan keduanya yaitu Abu Bakar dan Umar meskipun niatnya memang baik, ia pun tidak setuju dengan mereka. Ia bahkan sangat bangga terhadap kedermawanan anaknya ini.

Dukungan yang diberikan oleh ayahnya ini menunjukkan bahwa kedermawanan yang ia tanamkan ternyata menurun kepada Qais. Dukungan Sa’d bin Ubadah ini tercantum dalam riwayat berikut:

خرج قيس بن سعد في جيش فيهم عمر بن الخطّاب, فجعل قيس ينفق علي الجيش حتي قفلوا, فقال بعضعم لسعد: إنّ ابنك فيس لم يزل ينفق علي الجيش حتي قفلوا, فقال سعد: أتبخلوني في ابني, والله إنّي لأحمده علي السخاء وأذمّه علي البخل

Baca Juga:  Kisah Nabi Nuh dalam al-Quran, Bagaimanakah Detailnya?

“Qais keluar (berpergian) dengan pasukan yang di dalamnya ada Umar bin Khattab. Qais membiayai (kebutuhan) pasukan hingga mereka kembali. Sebagian dari pasukan tersebut melapor kepada Sa’d (ayah Qais): “Sesungguhnya anakmu, Qais, selalu membiayai (kebutuhan) pasukan (selama perjalanan) hingga mereka kembali.” Sa’d berkata: “Apa kalian hendak membuat bakhil anakku (dengan melaporkan ini). Demi Allah, sesungguhnya aku sangat memuji Allah atas kedermawanan, dan aku sangat mencela kebakhilan.”

Riwayat-riwayat yang telah disebutkan di atas mengindikasikan bahwa kedermawanan yang dilakukan oleh Qais ini memang tidak perhitungan. Ia tanpa ragu membiayai kebutuhan orang lain yang membutuhkan.

Qais khawatir jangan sampai seluruh harta yang ia miliki menjadi sebab dihinakan Allah karena menghalangi tersambungnya silaturahim antar saudara ataupun teman.

Mohammad Mufid Muwaffaq