PeciHitam.org – Para ulama sejak dulu telah sepakat bahwa ada kemukjizatan dalam al-Quran yang menjadi bukti bahwa al-Quran merupakan Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
Jika kita berkata “mukjizat Al-Quran” maka ini berarti bahwa mukjizat (bukti kebenaran) tersebut adalah mukjizat yang dimiliki atau yang terdapat di dalam Al-Quran, bukannya bukti kebenaran yang datang dari luar Al-Quran atau faktor luar. Sebelumnya telah dijelaskan apa yang dimaksud dengan mukjizat, kemudian masuk pada penjelasan mukjizat Al-Quran.
Pertama kali Allah menantang untuk membuat semacam “keseluruhan Al-Qur’an”. Sebagaimana dipahami dari Surat Aṭ-Ṭur [52]: 33-34.
أَمْ يَقُولُونَ تَقَوَّلَهُ بَلْ لَا يُؤْمِنُونَ ٣٣ فَلْيَأْتُوا بِحَدِيثٍ مِثْلِهِ إِنْ كَانُوا صَادِقِينَ ٣٤
Artinya: “ataukah mereka mengatakan: “Dia (Muhammad) membuat-buatnya” sebenarnya mereka tidak beriman. Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al-Qur’an itu jika mereka orang-orang yang benar.”
Selanjutnya karena tantangan tersebut tidak dapat mereka layani, antara lain dengan dalih bawa “kami tidak mengetahui sejarah buat terdahulu“ (yang merupakan sebagian kandungan Al-Qur’an maka untuk tahap kedua Allah meringankan tantangan itu dengan firman-Nya, Artinya: “bahkan mereka mengatakan: “Muhammad telah membuat-buat Al-Qur’an itu”.
Katakanlah: “(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar”.
Setelah tantangan tahap kedua ini pun tak mampu mereka layani sedangkan mereka tetap bersikeras untuk tidak mengakui kebenaran Al-Qur’an, maka untuk ketiga kalinya datang tantangan yang kali ini lebih ringan daripada tantangan tantangan-tantangan sebelumnya. Kali ini adalah firman Allah,
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ ٣٨
Artinya; “atau (patutkah) mereka mengatakan “Muhammad membuat-buatnya.” Katakanlah: “(Kalau benar yang kamu katakan itu), Maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar.” (QS. Yunus [10]: 38).
Tiga tahapan tantangan di atas, yang keseluruhannya disampaikan ketika Nabi Saw masih berada di Makkah, masih ditambah lagi dengan tantangan tahap keempat yang kali ini dikemukakan ketika Nabi Saw telah berhijrah ke Madinah, yaitu yang diabadikan dalam Surah Al-Baqarah [2]:
وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ ۲۳
Artinya: “dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 23)
Mukjizat Al-Qur’an ini akan terus sesuai dengan kondisi zaman dan peradaban-peradaban yang terus dipelajari dari masa ke masa. Abdul Jabbar Al-Mu’tazily mengatakan mukjizat Al-Hassiyati hanya bisa dirasakan oleh orang yang menyaksikan pada saat itu lain halnya dengan Al-Qur’an yang bisa dirasa oleh semua orang. Begitu juga ulama-ulama berpendapat pada masa itu.
Pada masa kontemporer ini, pola pemikiran telah berkembang seperti yang dikatakan oleh Muhammad Abduh, mukjizat Al-Qur’an itu adalah kumpulan dari perkataan dan perbuatan, dan keduanya itu dapat diterima oleh akal manusia serta mudah dipahami bagi mereka yang ingin memahami isi kandungan Al-Qur’an tersebut.
Menurut Muhammad Abduh mukjizat Al-Qur’an itu adalah benda yang berbenda mati, namun hidup tanpa sebab. Sedangkan menurut Rasyid Ridha mukjizatnya Al-Qur’an itu baqa’ sampai hari kiamat.
Muhammad Ali Al-Shabuni dalam kitabnya al-Tibyan menyebutkan segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an sebagai berikut:
- Susunannya yang indah, berbeda dengan susunan yang ada dalam bahasa orang-orang Arab.
- Terdapat uslub yang unik yang berbeda dengan semua uslub-uslub bahasa Arab.
- Ia mengandung sifat mungkin dan membuka peluang bagi seorang makhluk untuk mendatangkan yang sejenisnya.
- Bentuk undang-undang yang detail lagi sempurna melebihi setiap undang-undang buatan manusia.
- Menggambarkan hal-hal yang gaib yang tidak bisa diketahui kecuali dengan wahyu.
- Tidak bertentangan dengan pengetahuan-pengetahuan umum yang dipastikan kebenarannya.
- Menepati janji yang ada dalam Al-Qur’an.
- Mengandung prinsip-prinsip ilmu pengetahuan di dalamnya.
- Berpengaruh kepada semua pengikut dan musuhnya.
Quraish Shihab berpendapat bahwa pada garis besarnya mukjizat Al-Qur’an itu tampak dalam tiga hal pokok:
- Susunan redaksinya yang mencapai puncak tertinggi dari sastra bahasa Arab.
- Kandungan ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu yang diisyaratkannya.
- Ramalan-ramalan yang diungkapkan, yang sebagian telah terbukti kebenarannya.
Begitulah pembahasan mengenai kemukjizatan al-Quran menurut para ulama yang harus diyakini oleh kaum muslimin sampai kapanpun.