Kerajaan Demak; Sejarah dan Hubungannya dengan Walisongo

Kerajaan Demak; Sejarah dan Hubungannya dengan Walisongo

PeciHitam.org – Islam berkembang di Nusantara berkat banyak Ulama dan jerih payah para penyebar terdahulu. Salah satu pusat penyebaran Islam di Nusantara, khususnya Jawa berasal dari Kerajaan Islam Demak.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Otoritas kerajaan yang menisbatkan diri kepada Islam memberi ruang dan dukungan politik dalam perkembangan Islam lebih masif dan luas. Jika sebuah gerakan penyebaran agama tanpa didukung oleh kekuatan politik, kiranya berkembangnya akan berjalan lambat dan evolutif.

Untuk memahami jasa dan perkembangan Islam yang dinaungi oleh Kerajaan Demak berikut penjelasannya secara lengkap.

Daftar Pembahasan:

Sejarah Kerajaan Demak

Sejarah Demak tidak bisa dilepaskan dari sejarah kerajaan Majapahit. Kerajaan yang pernah besar dan jaya pada masa Raja Hayam Wuruk dan Patih “Fenomenal” Gajah Mada yang akhirnya takluk oleh zaman. Gambaran keruntuhan Majapahit digambarkan dalam sebuah pepatah “Sura Dira Jayaningrat Lebur Dening Pangestuti”.

Kejayaan Majapahit oleh sumpah Palapa-nya Gajah Mada (Bukan Gaj Ahmada) menjadikan munculnya istilah Nusantara (Nusa Wantara). Kemudian kerajaan ini berangsur redup dan pada paripurnanya dipimpin oleh Raja Brawijaya ke-V bergelar Bhre Kertabhumi.

Salah satu keturunan dari Brawijaya V ini kemudian menjadi pendiri dari Kerajaan Islam Demak, Kerajaan Islam pertama di Jawa. Anak Raja ini kemudian menjadi santri dari Syaikh Ibrahim Asmarakandi (ayah Sunan Ampel Surabaya) dan memeluk Islam . Anak Brawijaya V tersebut bernama Raden Patah (arab: Fattah).

Raden Patah merupakan anak Brawijaya V dari Selir beliau keturunan Ras Cina bernama Siu Ban Ci (Wandan Sari). Nama Marga Cina dari Raden Patah adalah Panembahan Jin Bun sebagaimana tertera dalam Kuil Sam Po Kong Semarang. Beliau kelahiran Palembang setelah Ibunya dihadiahkan kepada Bupati Palembang.

Pada masa dewasa, Raden Patah pergi ke Jawa untuk berguru di Ampel Surabaya. Setelah selesai pendidikan beliau membuka Hutan di daerah Glagahwangi untuk didirikan Pesantren. Kemudian hari Pesantren ini besar dan menjadi cikal bakal kerajaan Demak.

Demak merupakan Nama pemberian ayah Raden Patah atas tanah perdikan (bebas Pajak) yang dihadiahkan kepada Raden Patah. Peralihan kekuasaan Majapahit ke Kerajaan Demak dalam litersai sejarah sangat rumit. Mitos dan legenda menjadi kental dengan kisah peralihan kekuasaan ini.

Baca Juga:  Sejarah Lahirnya Mazhab Syafi'i, Sebuah Perjalanan Intelektual Sang Imam

Kisah Sabdo Palon dan Nala Genggong berasal dari mitologi keruntuhan kerajaan Majapahit ini.

Catatan sejarah yang pasti, bahwa Raden Patah menggantikan legitiminasi kerajaan Majapahit secara sah karena merupakan keturuan dari Raja Terakhir Majapahait, Prabu Bhre Kerthabhumi. Dan peralihan kerajaan ini dari basis Hindu-Budha menjadi kerajaan dengan basis Islam. Kesahan Raden Patah menjadi raja Demak Bintoro diakui oleh semua ahli sejarah.

Raja Kerajaan Demak

Demak dalam nama resmi Negara tidak menggunakan istilah “Kerajaan” akan tetapi menggunakan “Kesultanan”. Karena gelar dari pemimpin Negara Demak adalak seorang “Sultan” (bahasa Arab dari Raja). Hal tersebut menjadi kekhasan dalam sistem kenegaraan Islam.

Kerajaan ini tercatat menjadi pelopor penyebaran agama Islam di Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya. Walaupun pada satu sisi kerajaan ini tidak berumur panjang, peninggalan Masjid Agung Demak menjadi simbol dan bedug Islam di Nusantara.

Kesultanan Demak dipimpin oleh Raden Patah dengan Gelar “Senapati Jimbun Ningrat Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama” atau ada yang menyebut “Sultan Syah Alam Akbar”. Beliau memimpin sampai tahun 1518 dan meninggal pada usia 63 Tahun. Makam beliau berada di Makam Sultan di sekitaran Masjid Agung Demak.

Setelah beliau wafat digantikan oleh Pati Unus atau Adipati Unus (Yat Sun), yang merupakan anak sulung Raden Patah. Pati Unus dalam mengemban kerajaan berwawasan Nusantara sebagai kebijakan utama.

Wawasan Nusantara adalah sebuah kerangka kebijakan “Harus Jaya di Lautan/ Maritim”. Pada masa ini juga singgungan dengan Portugis dimulai di daerah Malaka.

Beberapa kali Pati Unus yang mendapat gelar Pangeran Sabrang Lor karena memimpin tentara Demak untuk merebut Pelabuhan Malaka dari Portugis.

Setelah Patih Unus mangkat pada tahun 1521, digantikan oleh Sultan Trenggana. Beliau berjasa dalam mengembangkan Islam di Jawa Tengah dan Timur sampai merebut Sunda Kelapa (Jakarta, sekarang) dari Kerajaan Pajajaran.

Beliau juga menundukan kerajaan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa. Sultan Trenggana meninggal pada tahun 1546 Masehi dalam sebuah invasi militer ke Pasuruan.

Baca Juga:  Sunan Kudus dan Kisah Perang Kerajaan Demak Islam Melawan Majapahit

Pengganti Sultan Trenggana adalah Sunan Prawoto atau Raden Mukmin yang memerintah hanya sebentar dari tahun 1546-1549 M. Sunan Prawoto adalah seorang Sultan yang condong pada kehidupan spiritual, dan pada masa ini daerah pelabuhan utama Demak seperti Cirebon, Gresik, Surabaya dan Banten lepas berkembang sendiri.

Sunan Prawoto pada akhir hayatnya wafat terbunuh oleh suruhan sepupunya sendiri yaitu Arya Penangsang. Seorang penguasa Lokal Kabupaten Jipang Panolan (daera Kabupaten Blora sekarang) yang kemudian memindahkan kekuasaan ke daerah Jipang. Akan tetapi literasi tentang penerus Demak jarang yang memasukan kerajaan Jipang.

Kerajaan Demak menjadi penting dalam sejarah Legitiminasi kekuasaan di Jawa. Secara berurutan, Legitimiasi kerajaan Islam di Jawa yaitu Demak, Pajang, Mataram Islam. Mataram Islam kemudian berurutan menjadi Kerajaan Kartasura, berganti menjadi Kasunanan Surakarta kemudian terpecah menjadi Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.

Demak dan Walisongo

Keberadaan Kerajaan Demak memang tidak bisa dilepaskan dari sejarah Walisongo. Sebuah dewan dakwah yang selalu menempatkan Moderasi dalam Islam. Tidak memetingkan “Bungkus” tapi isi yang sesuai dengan ajaran islam.

Walisongo sebagaimana sebuah dewan mengalami berbagai dinamika dan pergantian dari generasi sebelumnya. Mereka memiliki wilayah dakwah untuk menyebarkan Islam di masing-masing daerah tersebut. Akan tetapi secara literal Walisongo yang terkenal hanya 9 Wali sebagai berikut;

  1. Sunan Gresik bernama Asli Maulana Malik Ibrahim, Makam beliau berada di Kota Gresik dekat dengan Surabaya. Beliau beroperasi dakwah disekitaran Gresik yang waktu dulu menjadi salah satu pelabuhan penting.
  2. Sunan Ampel atau Raden Rahmat. Beliau dimakamkan di belakang masjid Ampel Surabaya. Beliau merupakan guru dari beberapa Walisongo yang lainnya. Beliau berdakwah di daerah Surabaya dan sekitarnya.
  3. Sunan Bonang atau Raden Makdum Ibrahim yaitu putra dari Sunan Ampel dari Istri Nyai Ageng Manila. Beliau berdakwah di daerahTuban Jawa Timur dan dimakamkan disana. Beliau berdakwah menggunakan kesenian, sampai Gelar Beliau “Bonang” adalah musik dalam kategori Gamelan.
  4. Sunan Drajat atau Raden Qasim, putra Sunan Ampel, beliau berdakwah di daerah Lamongan Jawa Timur dengan berinisiasi membuat panti asuhan bagi orang-orang fakir miskin dan anak terlantar.
  5. Sunan Kudus atau Raden Ja’far Shadiq. Nasab Beliau bersambung kepada Nabi Muhammad SAW sebagaimana wali-wali lainnya. Selain sebagai tokoh Agama, beliau juga menjabat sebagai Panglima Perang Kerajaan Demak pada masanya. Beliau menganwinkan arsitektur Hindu dan Islam sebagaimana situs peninggalan beliau di Kota Kudus.
  6. Sunan Giri atau Raden Paku atau ‘Ainul Yakin. Beliau adalah cucu dari Raja Blambangan yang beragama Hindu. Beliau mendirikan pemerintahan Mandiri yang terkenal dengan Nama Giri Kedhaton.
  7. Sunan Kalijaga atau Raden Syahid, wali yang terkenal Nyentrik karena merangkap sebagai Dalang Wayang Kulit. Lewat dakwah Wayang Kulit ini banyak orang yang masuk Islam. Beliau dimakamkan di Kadilangu Kabupaten Demak
  8. Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga dengan nama Asli Raden Umar Syahid. Beliau berdakwah disekitaran Gunung Muria. Makam beliau berada disalah satu bukit Gunug Muria bernama Colo.
  9. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah yang berdakwah di daerah Cirebon dan Jawa Barat. Beliau merupakan cucu Raja Padjajaran.
Baca Juga:  Kisah Surat Nabi Muhammad SAW Kepada Kaisar Heraclius

Peran Walisongo dalam Kesultana Demak adalah sebagai penasihat Spiritual dan ujung tombak dakwah islam. Kesultanan menyediakan otoritas dan Walisongo ini melakukan pendekatan kepada warga menggunakan media Budaya, Kesenian, Arsitektur dan lain sebagainya.

Metode pengembangan media dakwah lewat kesenian Wayang sangat efektif dalam menyampaikan pesan dakwah Islam yang Rahmatan lil ‘Alamin. Melalui Kebudayaan menjadi ritus Tahlil, 7 harian, 7 Bulanan bayi, selamatan dan kenduri menjadikan Islam masuk secara halus dan efektif. Inilah yang kemudian dikenal dengan Islamisasi Nusantara dengan jalan Damai.

Ash-Shawabu Minallah.

Mochamad Ari Irawan