Indahnya Menjaga Kerukunan Antar Umat Beragama

Indahnya Menjaga Kerukunan Antar Umat Beragama

PeciHitam.org Sudah bisa dipastikan bahwa setiap agama di dunia pastilah mengajarkan yang baik-baik pada umatnya, hanya saja dengan praktik yang sedikit berbeda, bahkan berbeda sekali.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Temasuk islam, islam adalah agama yang sangat menjaga keharmonisan hubungan horizontal (antar manusia) tidak peduli dari mana dia berasal. Manusia adalah sama dihadapan Tuhan, tidak ada yang spesial.

  1. Islam Agama Rahmat bagi Seluruh Alam

Kata Islam berarti damai, selamat sejahtera, penyerahan diri, taat dan patuh. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama Islam adalah agama yang mengandung ajaran untuk menciptakan kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan kehidupan manusia pada khususnya dan semua makhluk Allah pada umumnya, serta penyerahan diri, mentaati, dan mematuhi ketentuan-ketentuan Allah.

Menurut ajaran Islam, manusia yang diberikan amanat oleh Allah untuk menjadi khalifahNya di bumi, harus dapat menciptakan kemaslahatan bagi sesama makhluk.

Artinya bahwa, setiap perbuatan yang dilakukan manusia harus memberikan kebaikan dan tidak boleh merugikan atau menyakiti pihak lain dengan cara menegakkan aturan Allah.

Itulah wujud rahmat dari agama Islam sebagaimana dinyatakan oleh Allah dalam Q.S. al-Anbiya:107 ketika menjelaskan misi Rasulullah untuk menyampaikan agama Islam bagi umat manusia, yang artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.

  1. Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Insaniyah
Baca Juga:  Jarang yang Tahu, Inilah Rahasia di Balik Nama Para Nabi

Kata ukhuwah berarti persaudaraan, maksudnya perasaan simpati dan empati antara dua orang atau lebih. Masing-masing pihak memiliki satu kondisi atau perasaan yang sama, baik suka maupun duka, baik senang maupun sedih.

Jalinan perasaan itu menimbulkan sikap timbal balik untuk saling membantu bila pihak lain mengalami kesulitan, dan sikap untuk saling membagi kesenangan kepada pihak lain bila salah satu pihak menemukan kesenangan.

Ukhuwah atau persaudaraan berlaku bagi sesama umat Islam, yang disebut ukhuwah Islamiyah, dan berlaku pula pada semua umat manusia secara universal tanpa membedakan agama, suku, dan aspek-aspek kekhususan lainnya yang disebut sebagai ukhuwah insaniyah.

Konsep persaudaraan sesama manusia, (ukhuwah insaniyah) dilandasi oleh ajaran bahwa semua umat manusia adalah makhluk Allah.

Sekalipun Allah memberikan petunjuk kebenaran melalui ajaran Islam, tetapi Allah juga memberikan kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih jalan hidup berdasarkan pertimbangan rasionya.

  1. Kebersamaan dalam Pluralitas Agama
Baca Juga:  6 Sunnah Rasulullah Sebelum Tidur Ini Bisa Kita Terapkan Sehari-hari

Masyarakat Indonesia tergolong multi-agama, kultur dan etnis. Dari segi agama, Bangsa Indonesia memiliki kemajemukan, ada yang beragama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu.

Dari segi kultur, terdapat perbedaan adat istiadat antara satu daerah dengan daerah lain yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Begitu pula dengan etnis, bangsa Indonesia terdiri dari beragam suku yang jumlahnya mencapai ribuan. Keberagaman masyarakat Indonesia tersebut merupakan konsekuensi logis dari hukum alam (natural law, sunnatullah), sesuatu yang alamiah.

Hal ini pun bisa terjadi di negara lain. Akibat kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi, interaksi antarbangsa yang berbeda agama, kultur dan etnis tersebut tidak bisa dihindari lagi, kian mendekatkan hubungan manusia satu sama lain.

Alquran sendiri telah mengakui bahwa umat ini terdiri dari beragam agama (Q.S. al-Kafirun:1. 6), kultur (Q.S. ar-Rum:22), dan etnis (Q.S. al-Hujurat:13). Sikap menerima, memahami dan menghormati serta terlibat aktif dalam realitas kemajemukan antarkelompok ini disebut dengan pluralisme.

Melalui sikap demikian diharapkan muncul perilaku saling menghargai, kerja sama, tolong-menolong, toleransi dan seterusnya, antar komunitas yang berbeda, sehingga tercapai perdamaian, ketenangan dan persatuan.

Baca Juga:  Shalawat Asyghil: Doa dan Benteng Perlindungan dari Orang-orang Dholim

Sikap seperti ini mestilah tetap dipelihara, bila tidak, maka potensi konflik antarsuku, adat, ras dan agama (SARA), sewaktu-waktu bisa meletup menjadi ketegangan sosial yang tidak mudah dipulihkan ke kondisi semula.

Pluralisme sering dipahami sebagai salah satu faktor pemicu konflik sosial. Umumnya, konflik atau kerusuhan yang terjadi di tengah masyarakat dewasa ini lebih dominan disebabkan karena ketimpangan sosial, ketimbang hubungan antarpemeluk agama atau etnis.

Umat beragama sendiri pun tidak rusuh dengan sesama mereka. Hanya saja, umat beragama dijadikan alat untuk mempercepat meletusnya kerusuhan.

Ash-Shawabu Minallah

Mochamad Ari Irawan